Selasa, 18 Desember 2007

Komunitas Basis Gerejawi: Tantangan dan Konsekuensi Pastoral (Masukan Komisi Kateketik KWI 2001)

Kalau kita sudah memilih KBG sebagai jalan untuk hidup bergereja secara baru maka konsekuensinya ialah bahwa kita mesti menghayati secara sungguh-sungguh visi Gereja yang baru dan menjalankan suatu pastoral yang sungguh baru pula. Untuk itu diperlukan perubahan visi dan kerja pastoral sbb.:

1. Subjek Pastoral
Para awam harus bangkit menjadi pelaku kerasulan dan pelaku pastoral. Awam tidak boleh lagi dilihat lagi hanya sekedar objek pastoral atau kaki tangan hirarki, tetapi sungguh menjadi subjek/pelaku pastoral. Itu berarti pastoral “pastor sentris harus sungguh direlatifisir”. Apakah para Pastor secara mental siap melepaskan pelbagai “kekuasaan dan privilage” yang mereka miliki selama ini?

2. Aliansi Pastoral
KBG beraliansi dengan: kelompok anawim, kaum tani dan buruh, rakyat kecil khususnya kelompok marginal.

3. Gaya kepemimpinan pastoral
> Kalau gaya pastoral institusional cenderung bersifat otoriter, paternalistis, dari atas ke bawah, maka gaya KBG bersifat komunikasi iman dan dialogal partisipatif. Suatu gerakan pastoral dari bawah, dari antara kelompok basis. Pastoral yang beralih tekanan :
- Dari pola pembinaan massal yang mengutamakan jumlah besar (massa) ke pola pastoral basis yang mengutamakan daya guna dan hasil guna.
- Dari pola “serba koordinatif” yang bergaya pejabat/priayi ke pola lebih komunikatif yang merakyat supportif dan inspiratif.
- Dari pola indoktrinasi yang mengejar produk sebanyak mungkin bahan/masukan ke pola partisipasi yang menekan proses dan keterlibatan aktif peserta.

> Dalam karya pewartaan gaya pastoralnya sangat mementingkan pola proses dimana dibangkitkan penyadaran yang mendalam. Ia tidak terlalu menekankan rumusan-rumusan yang doktriner tetapi kesadaran beriman. Tidak moralitas, tetapi membangun hidup yang optimis.

> Dalam bidang pengudusan kegiatan bersifat terpadu antara ibadat dan kehidupan nyata sehari-hari, antara rohani dan jasmani. Tidak bersifat dikotomis. Kekudusan tidak terpusatkan pada praktek-pratek kesalehan, tetapi lebih kepada komitmen kepada sesama dan dunia. Menekankan aspek personal, dari hati dan spontan.

> Dalam bidang pembangunan sosial ekonomi pendekatan partisipatif. Bersama umat, oleh umat dan untuk umat, yang membuat umat menemukan lagi kemampuan, harkat dan martabat dirinya.

4. Bidang Kegiatan Pastoral
> Membangun Gereja/KBG
Membangun Gereja/KBG menjadi komunitas kristiani, yang disemangati dengan cinta kasih, iman dan harapan yang sama. Gereja masyarakat injili yang berpusat pada Kristus dan dijiwai dengan Roh Kudus, KBG yang berdaya hidup alternatif seperti Gereja perdana.
> Membangun Kerajaan Allah
Gereja berada dan hadir bukan untuk dirinya sendiri. Gereja hendaknya menjadi tanda dan sakramen keselamatan dunia. Gereja yang akan berusaha untuk membangun Kerajaan Allah di dunia. Itu berarti :
- Peranan pelayanan pastoral bergeser dari perhatian kepada kepentingan intern KBG semata, kepada horizon yang lebih luas, yang tujuannya ialah mengembangkan kemanusiaan yang utuh dan terpadu.
- Pengertian tentang pelayanan pastoral yang dulunya hanya bertolak dari sudut pandangan pemenuhan karya perutusan/misi, kini berubah menjadi satu pilihan secara sengaja memihak suatu konteks atau kelompok tertentu, dimana kesaksian kenabian, kritik, konsientisasi dan rangsangan, merupakan pelayanan pastoral tersendiri. Kita lebih terbuka pada situasi konkret Indonesia, yang diwarnai oleh kemiskinan.
- KBG dalam dunia melihat manusia yang konkrit sebagai “Locus Theologicus” sebagai pokok refleksi teologi. Dialog dengan dunia memaksa orang beriman untuk berrefleksi terus atas pengungkapan iman di dalam KBG dan perwujudan dalam hidup sehari-hari.

5. Tujuan Pastoral
> Pengembangan iman umat yang mempribadi tetapi sekaligus beraspek sosial. Ditanam rasa tanggungjawab dan kebebasan anak-anak Allah. Membangun umat yang bisa memberi kesaksian tentang cinta Allah yang menyelamatkan.
> Pencapaian keselamatan aktual, sekarang ini di dunia ini, selain keselamatan eskatologis, kelak di surga.
> Keselamatan lahir batin. Keselamatan bagi manusia yang utuh, keselamatan bagi jiwa raganya. Makanya kita berusaha supaya manusia sungguh menghayati martabatnya sebagai manusia secara utuh melalui proses pemerdekaan dan pemberdayaan.

6. Wadah-wadah Pastoral
> Kalau Gereja institusional melihat wilayah paroki yang luas sebagai wadah pastoralnya dengan perhatian utama pada stasi pusatnya, maka Gereja komunio justru melihat kelompok basis Gerejani sebagai pusat kegiatan pastoralnya. Kelompok basis sungguh menjadi basis pastoralnya.
> Organisasi-organisasi massa sebagai wadah kegiatan pastoral memang tidak diabaikan, namun pola pastoral ini lebih memusatkan perhatiannya pada kelompok-kelompok kecil yang terbentuk oleh kesamaan, fungsional dan interese pastoralnya menjadi tidak bersifat massal, tetapi pastoral kelompok kecil dan pastoral jaringan simpul-simpul (net-work, penjala manusia).

7. Proses Pastoral
> Pertama: melihat, mendalami dan menganalisa situasi sehingga kita mendapat gambaran yang cukup lengkap tentang kenyataan hidup masyarakat. Kenyataan hidup bisa baik, bisa juga problematik dan buruk (kondisi rill).
> Langkah berikutnya ialah refleksi biblis dan teologis. Refleksi biblis/teologis ini menolong kita untuk menemukan visi kristiani untuk menyoroti situasi yang ada dan mencari jalan untuk usaha penangannya (membuat program). Dengan itu diharapkan program kerja yang direncanakan sungguh bersifat pastoral (kondisi ideal).
> Langkah berikutnya lagi ialah menyusun rencana untuk bertindak. Rencana yang disususn hendaknya sesuai dengan tuntutan-tuntutan pembuat suatu rencana kerja yang baik (strategic pastoral planning)
> Langkah terakhir ialah pelaksanaan program. Sebuah pelaksanaan program, mungkin tercipta suatu situasi baru (lebih baik atau lebih buruk) atau situasinya tetap sama (tidak atau belum berhasi). Situasi itu dilihat, dialami dan dianalisa dstnya … (Operational Pastoral Planning).

Kalau proses ini berjalan secara baik, akan membawa perubahan demi perubahan. Proses transformasi dengan banyak segi bisa terjadi. Dengan demikian komunitas-komunitas itu akan semakin bersikap kristiani atau Gerejani. Gaya hidup alternatif bisa dipupuk. Proses pastoral ini menuntut supaya partisipasi umat KBG dilibatkan semaksimal mungkin. Mereka turut menganalisa situasi, merefleksinya dari segi iman, bersama-sama menyusun rencana dan melaksanakannya. Suatu proses pemberdayaan seluruh umat sudah terjadi.***

Tidak ada komentar: