Selasa, 18 Desember 2007

Rapat Dewan Imam KAMS: Kombas dan Tindak Lanjut

Pengantar
Rapat terakhir keanggotaan Dewan Imam KAMS masa-bakti 2002-2007 yang berlangsung tgl 27-29 November 2007 di Baruga Kare Makassar memilih tema KOMBAS (atau Komunitas Basis Gerejawi, KBG, red.) sebagai agenda pembahasan pokok. Untuk mengantar dan mempertajam diskusi, diundanglah seorang “pakar KOMBAS” dari luar KAMS yakni Rm. Gabriel Unto da Silva, dipanggil Romo Gaby. Ketika beliau tugas belajar di Roma, KOMBAS diambil sebagai tema disertasi; sekarang ybs. bekerja sebagai co-vikjen sekaligus Koordinator Komunitas Basis Gerejawi (KBG) dari Keuskupan Larantuka.

Dalam homili pada Misa Pembukaan, Rm. Gaby kembali menggarisbawahi “roh evangelisasi” sebagaimana dikemukakan dekrit Konsili Vatikan II Ad Gentes dan ensiklik Sri Paus Yohanes Paulus II Redemptoris Missio (7 Desember 1990). Benih firman mesti bertumbuh subur dan menghasilkan buah berlimpah-ruah di dalam setiap situasi yang ada. Rm. Gaby menyentil pandangan seorang ahli yang menerangkan evangelisasi dengan memakai gambaran kosmos yakni planet tata-surya: bintang, bulan dan matahari. Bintang; dialah yang pertama muncul menerangi kegelapan malam namun langsung menghilang menjelang datangnya pagi. Bintang menggambarkan Yesus, Dialah alpha, yang pertama datang namun sangat singkat; hanya 3 tahun berkarya di tengah orang banyak dan sesudahnya wafat (hilang). Benda angkasa kedua, bulan. Bulan bergerak perlahan-lahan, mulai dari bulan sabit hingga bulan purnama. Bulan menggambarkan para rasul yang berangkat membawa pewartaan Injil sehingga semakin meluas. Dan terakhir, matahari. Matahari cepat naik, gelap menjadi terang; sang mentari memberikan kehangatan kepada semua mahluk hidup di bumi. Matahari menggambarkan Gereja dengan gerakan evangelisasi-nya. Agar benar-benar memberikan kehangatan hidup maka re-evangelisasi bagi Gereja mutlak perlu; dan dalam rangka itu dibutuhkan metode baru! KOMBAS dipilih Gereja Indonesia sebagai cara hidup menggereja yang baru.

Latar-belatang KOMBAS:
Teologi Pembebasan - dengan bahasa image: Mesir, Eksodus dan Tanah Terjanji
Para teolog Amerika Latin merefleksikan bahwa Gereja, di dalam memenuhi misi evangelisasinya, perlu mendalami kembali sejarah keselamatan yang dimilikinya. Salah satu sejarah keselamatan yang memberi ilham pembebasan di zaman Israel adalah cerita Keluaran. Cerita Keluaran memberikan kita 3 model situasi yang perlu kita renungkan sebagai bahasa image untuk perjuangan ziarah di zaman kita.

a. Mesir
Setiap persoalan yang kita hadapi sekarang, rupanya tidak luput dari apa yang disebutkan dalam Kitab Keluaran yakni kata Mesir. Seperti diceriterakan di sana, Mesir adalah tempat nenek moyang bani Israel, Abraham bersama anak-anaknya, pernah datang mengadu nasib. Mereka mencoba membangun arti kebahagiaan hidup dengan mengabdikan diri entah di lahan pertanian, peternakan, tanur besi, ataukah infrastruktur, di suatu dunia asing, dunia milik orang lain.
Mesir perlu direfleksikan karena Mesir merupakan bahasa image akan sejarah dunia ini sebagai sejarah yang penuh dengan situasi ketertindasan, situasi ketidakadilan dan situasi yang penuh dengan kemalangan akibat dijajah oleh bangsa lain. Mungkin seperti Israel kita selama ini hidup di Mesir. Hidup di bawah penindasan oleh bangsa lain? Oleh negara sendiri: struktur-struktur kemasyarakatan, politik, ekonomi, hukum? Oleh diri kita sendiri: kebodohan dan kelemahan dosa kita?
Satu hal yang menarik tentang pengalaman di Mesir adalah hubungan Israel dengan Yahwe. Dalam situasi yang serba tertekan itu Israel memiliki kekuatan dari dalam mereka sendiri yakni kedekatan dengan Allahnya yang mereka kenal sebagai Tuhan yang melihat kesengsaraan umat-Nya. Allah yang berbelarasa terhadap tangisan rakyat-Nya, Allah yang berpihak kepada Israel yang menderita.

b. Eksodus
Setelah orang memiliki kesadaran akan situasinya sebagai bangsa dijajah maka langkah berikutnya adalah orang akan memiliki kesadaran pula untuk bagaimana membebaskan diri dari tatanan yang tidak sehat itu. Inilah konsep dasar yang harus kita miliki dari kata eksodus sebagaimana yang disebutkan Kitab Keluaran. Eksodus bermula dari kesadaran Israel sebagai bangsa yang dijajah. Kesadaran itu selanjutnya membangun sikap di dalam diri mereka untuk senantiasa bermigrasi besar-besaran, keluar dari Mesir. Dari Mesir mereka diarahkan kepada utopia pembebesan tanah terjanji. Utopia cita-cita, harapan dan motivasi yang hanya bisa dicapai jika orang mempunyai tekad eksodus, keluar. Eksodus adalah semangat dan tekad perjuangan, melawan segala bentuk kemapanan tatanan yang ada, khususnya tatanan-tatanan yang menindas.
Eksodus itu bukan saja soal semangat dan ketekadan keluar tetapi dia juga simbol proses. Proses yang dimaksudkan adalah bahwa eksodus bukanlah terdiri dari satu gagasan komando tetapi dalam multi unsur, yang seakan-akan membentuk suatu bangunan net-work yang rapih, yang membawa mereka ke keberhasilan perjuangan pembebasan itu sendiri.
Elemen-elemen kekuatan eksodus itu dilihat dalam proses dan memiliki tahap-tahap perjuangan yang jatuh bangun di dalam praksis ziarah itu sendiri. Karena itu, padang gurun yang dilewati di masa Keluaran, dimengerti juga sebagai simbol pencobaan, tantangan, kesulitan, kesukaran dari godaan dunia ini. Dia merupakan tempat kekelaman, tetapi sekaligus adalah malam pembebasan yang bersifat dinamis. Padang gurun itu sendiri memberi inspirasi juga tentang pentingnya sikap pengurbanan, perihal kecermatan dan semangat perjuangan yang pantang mundur. Karena di dalam ziarah itu toh selalu ada saja godaan berupa suara sumbang yang meminta mereka untuk kembali lagi ke Mesir. Kembali kepada status quo yakni kepada sistem yang menindas termasuk usaha-usaha yang menghentikan arus proses perubahan itu sendiri.

c. Tanah Terjanji
Hal berikut yang menjadi tema utama yang tidak terelakkan dalam setiap gerakan, ataukah perjuangan adalah pertanyaan ke mana perjuangan itu mau diarahkan. Maka Tanah Terjanji adalah bahasa image untuk segala cita-cita, motivasi gerakan, harapan, sasaran, ataukah visi, pandangan future oriented thinking yang harus dimiliki. Supaya perjuangan itu jangan menjadi robot, ataukah bagaikan banten ketaton, kerbau yang asal mengamuk. Tanah Terjanji menunjukkan arah, sasaran mengapa sesuatu perjuangan perlu dibangun, mengapa sekarang kita bersusah payah, mengapa dedikasi kita harus dikedepankan dan pengorbanan kita perlu diberikan.

Rapat Dewan Imam: Tindak-lanjut KOMBAS di KAMS
Menindaklanjuti sosialisasi dan pelatihan Kombas yang diupayakan selama ini, rapat Dewan Imam KAMS tgl. 27-29 November 2007 menyepakati sejumlah hal sbb:
Mendukung kevikepan-kevikepan yang sudah melakukan pelatihan untuk melaksanakan program yang sudah disepakati 3-6 Oktober 2007 yang lalu.
Melanjutkan pelatihan yang sama di setiap kevikepan dalam tahun 2008.
Hendaknya semangat Kombas mengubah pola pikir dan gaya hidup para imam.
Sharing Injil 7 Langkah didalami para imam, bahkan diusulkan menjadi bahan retret 2008.

Penutup
Sebagai penutup, berikut diperkenalkan Sharing Injil 7 Langkah yang kiranya sangat membantu dalam rangka memberdayakan KOMBAS.
1. Kita mengundang Tuhan
Marilah kita masuk ke dalam suasana doa. Tuhan senantiasa dekat, kitalah yang kadang menjauh. Kita mengundang Tuhan Yesus untuk datang mengetuk hati kita. Kita mohon rahmat-Nya untuk membuka hati kita dan menerima Tuhan tinggal di dalamnya. Silakan salah seorang memanjatkan doa.

2. Kita membaca Kitab Suci
Mari kita buka Kitab Suci ….., Bab….., Ayat …..
Silakan salah seorang membacanya dengan perlahan-lahan dalam suasana doa dan dengan suara lantang.
Apakah ada yang memiliki Kitab Suci versi yang lain? Jika ada, silakan membaca.

3. Kita memilih kata-kata dan merenungkannya
Kita pilih kata-kata atau kalimat pendek yang paling menyentuh hati kita.
Masing-masing dari kita dipersilakan untuk mengulanginya dengan hikmat, perlahan-lahan dalam suasana doa, sebanyak 3 kali.
Berilah jeda beberapa saat di antara setiap pengulangan.
(Setelah itu, kita baca perikop ini sekali lagi. Silakan salah seorang membacanya dengan perlahan-lahan dalam suasana doa).

4. Kita hening sejenak. Kita dengarkan apa yang dikatakan Tuhan kepada kita
Kita hening selama … menit; kita persilakan Tuhan sendiri bersabda kepada kita melalui kata-kata yang menyentuh kita.

5. Kita sharing apa yang telah kita dengarkan dalam hati kita
Kata-kata mana yang sungguh menyentuh kita secara pribadi.
Mohon kita tidak berdiskusi apalagi berkhotbah.
Pakailah “saya” bukan “kita”.

6. Kita membicarkan tugas-tugas yang “diberikan” kepada kelompok kita
Laporkan tugas yang disepakati dalam pertemuan sebelumnya.
Tugas apa lagi yang mesti dilaksanakan selanjutnya.
Dalam langkah ini diharapkan ditemukan dan disepakati – dengan terang Kitab Suci – tugas-tugas yang berkaitan dengan aneka masalah di sekitar kelompok, baik berkaitan dengan masyarakat maupun lingkungan.

7. Kita berdoa secara spontan
Kini kita semua diundang untuk memanjatkan doa secara spontan, suatu doa yang tulus yang muncul dari lubuk hati kita masing-masing. Dipersilakan.
Marilah kita tutup pertemuan ini dengan doa Bapa Kami.***
Diedit dari bahan Rapat Dewan Imam KAMS tgl. 27-29 November 2007
P. Frans Nipa, Pr

Tidak ada komentar: