Rabu, 18 Maret 2009

Politik di Tengah Orang Muda Katolik

Keluarga Mahasiswa Katolik Kevikepan Makassar menggelar kegiatan Dialog Interaktif bertajuk “Politik di Tengah Orang Muda Katolik”. Kegiatan ini dilaksanakan pada 7 Februari 2009 di aula KAMS dengan menghadirkan dua narasumber: Romo Eddy Kristiyanto OFM, penulis buku “Sakramen Politik: Mempertanggungjawabkan Memoria” dan Bpk. Basuki Tjahaja Purnama, mantan Bupati Belitung Timur.

Dialog dibuka dengan Kata Pengantar Vikep Makassar P. Jos van Rooy. Dalam sambutannya, Vikep menyambut baik terselenggaranya kegiatan ini yang disebutnya dapat menumbuhkan kesadaran berpolitik khususnya di kalangan orang muda Katolik di Kevikepan Makassar sebagai bentuk keterlibatan Gereja di tengah masyarakat.

Rm. Eddy Kristiyanto OFM menyampaikan pandangannya mengenai Sakramen Politik dengan memaparkan situasi sosial masyarakat terkini di Indonesia, dan panggilan Gereja untuk terlibat aktif dalam pembangunan masyarakat.
Mengenai istilah “Sakramen Politik”, beliau menjelaskan: “Sebelum penetapan oleh Konsili Trente (1545-1563), jumlah sakramen dalam Gereja Katolik Roma pernah jumlah sakramen mencapai duapuluhan, tetapi juga pernah "belasan". Akan tetapi, sejak Konsili Trente, Gereja Katolik Roma tidak lagi memperdebatkan jumlah sakramen. Tujuh saja.”

Menurut Rm. Eddy, bagi orang Kristen, terlibat dalam dunia politik itu merupakan rahmat istimewa, mengingat misteri ‘inkarnasi' sendiri langsung berkaitan dengan hal tersebut. Bukankah suatu pencerahan bagi kegelapan dunia ini ketika Allah menjadi manusia, Ia rela menjadi salah seorang anggota masyarakat warga? Kekotoran dan kehirukpikukan dunia ini tidak menjadikan-Nya miris dan apatis, tetapi justru sebaliknya. Maka secara teologis keterlibatan para anggota Gereja dalam dunia politik mendapat dasar kokoh kuat pada misteri inkarnasi.

“Dengan membangun Rumah Sakit dan Sekolah-sekolah, sebetulnya Gereja pun sudah berpolitik dalam pengertian luas”, kata pengajar di STF Driyarkara Jakarta ini.

Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM, mantan Bupati Belitung Timur (ingat setting film Laskar Pelangi?) lebih banyak men-sharingkan pengalamannya dalam dunia politik serta keyakinan panggilan sebagai murid Kristus untuk terjun ke dalam dunia politik.

Basuki merupakan etnis Tionghoa pertama yang menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur. Ahok, demikian ia biasa disapa, memang dikenal memiliki keinginan kuat dan kepedulian besar terhadap kesejahteraan rakyat. Ahok bercerita bahwa masuknya dia ke dunia politik didasari oleh pesan sang ayah (Zhong Kim Nam) yang pernah berkata “Kamu cocoknya jadi pejabat. Karena pengusaha yang mau pikirkan rakyat banyak itu tidak mungkin”.

Ahok menemukan Sabda Tuhan yang menyentuh hatinya pada Mazmur 9:19 “Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara.” Itulah yang mendorongnya masuk ke kancah politik praktis dan dijadikannya sebagai dasar pijakan.

Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur tahun 2005, Basuki berpasangan dengan Khairul Effendi, BSc ikut sebagai calon Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Dengan mengantongi suara 37,13 persen pasangan ini terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung Timur definitif pertama.

Ketika menjadi wakil rakyat di DPRD Kabupaten Belitung Timur, Ahok dikenal sebagai seorang politisi yang bersih. Ia dan rekan satu partainya pernah mengembalikan sisa uang perjalanan dinas dari kunjungan kerja ke Malang-Jawa Timur. Pengembalian uang sisa perjalanan dinas ini bukan suatu hal yang dianggap baik dan wajar oleh rekan lainnya yang di DPRD, malah ia dimusuhi dan dikucilkan oleh rekan-rekan anggota DPRD lainnya.

Oleh pimpinan dewan, melalui rapat internal di DPRD, ia tidak diperkenankan menjabat sebagai pimpinan dalam alat kelengkapan DPRD, baik itu komisi atau fraksi.
Ahok di nobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari unsur penyelenggara Negara. Ahok dinilai berhasil menekan semangat korupsi pejabat pemerintah daerah. Ini ditandai dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur. Ahok mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyat.

Kejujuran dan ketulusannya dalam mengabdikan diri untuk kesejahteraan rakyat dan Republik Indonesia juga menghantarkan Ahok menjadi salah seorang dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia oleh Tempo. Kisah hidup dan perjalanan karir Ahok pun telah dibukukan dan diterbitkan oleh Gramedia berjudul: “Tidak Selamanya Orang Miskin Dilupakan”.

Acara ini diisi dengan permainan band dan dialog peserta dengan nara sumber. Antusiasme peserta pada babak tanya-jawab ini menunjukkan rasa ingin tahu di kalangan orang muda Katolik terhadap mahluk asing bernama “politik”.

P. John da Cunha selaku Pastor Mahasiswa mengatakan bahwa kegiatan Dialog Interatif ini baru merupakan awal dari serangkaian kegiatan Pendidikan Politik bagi Mahasiswa.

Sebagai langkah awal, kegiatan yang digerakkan oleh KMK-KMK beberapa kampus di Kevikepan Makassar ini dapat dikatakan berjalan baik, lancar dan mendapat sambutan positif umat. *** Penulis: Toni

Tidak ada komentar: