Sabtu, 03 Oktober 2009

Penyegaran Teologi dan Pastoral Para Imam KAMS: Formation - Information-Transformation

Keprihatinan
Team OF KAMS adalah team yang dibentuk untuk membantu Bapa Uskup dalam tugasnya membina dan mendampingi serta menganimasi para imamnya baik secara individu maupun secara kolegial komunitas para imam di Keuskupan Agung Makassar ini. Pertanyaan yang selalu menggelitik dalam pertemuan kami adalah bagaimana kami sebagai tim membantu Bapa Uskup dalam mengembankan tugas yang penting ini. “Apa yang bisa ditawarkan/diberikan oleh tim ini bagi rekan-rekan imam se-KAMS secara pribadi maupun secara kelompok kolegialitas hidup para imam dalam pengembangan diri dan keterampilan serta pengetahuan demi peningkatan efisiensi dan efektivitas pelayan kepada umat. Dalam pertemuanya pada tanggal 15 April 2009 dijabarkan beberapa program kerja tahunan yang dianggap cukup realistis dan terjangkau. Selain kegiatan retret tahunan yang diorganisir oleh team OF (On-going Formation) ada lagi kegiatan kunjungan ke setiap kevikepan oleh team OF.

Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan need assessment lewat dialog dengan rekan-rekan imam di setiap kevikepan, mengetahui serta tanggap peduli akan apa yang mereka butuhkan demi pengembangan diri (teologis, psikospiritual) maupun peningkatan efisiensi serta efektivitas pelayanan pastoral. Selain itu kegiatan kunjungan ini bertujuan untuk memberikan animasi serta dukungan bagi para rekan imam di lapangan. Kegiatan yang lain yang direncanakan merupakan kegiatan rutin tahunan seminar penyegaran yang berkelanjutan. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk seminar selama satu atau dua hari tentang pelbagai topik yang ada pautannya dengan spiritualitas para imam, dan pelayanannya di tengah umat.

“Berubahlah oleh Perubahan Budimu”
Seri yang pertama dari kegiatan penyegaran ini dilaksanakan pada tgl 3-6 Agustus 2009 di Baruga Kare. Dengan tema khusus: “berubahlah oleh perubahan budimu” (Rom 12:1) seminar ini bertujuan agar para peserta mendapatkan penyegaran dan bahkan pembaharuan dalam cara pandang dan gaya hidup praktek berpastoral. (formation - information – transformation process). Maka topik yang disentuh kali ini adalah pembaharuan di bidang teologi sakramen. Inilah bidang para imam/pastor seharusnya lebih tahu dan mengerti dari pada kaum awam, atau bidang para imam lebih pakar dari pada bidang-bidang pengetahuan lainya.

Kehadiran Romo Martasudjita, imam projo Semarang sebagai pakar dalam bidang teologi sakramen ini sungguh memperkaya proses pembinaan selama tiga hari itu. Romo Marta menjelaskan bahwa dengan pembaharuan teologi dewasa ini khususnya sejak Konsili Vatikan II pengertian sakramen tidaklah dipahami secara terbatas pada tujuh sakramen. Sakramen memiliki makna yang lebih luas. Sakramen sebagai kata yang menerjemahkan kata mysterion (Yunani) selalu merujuk pada pengalaman akan Yang Ilahi. Sejak saat pembaharuan teologi Vatikan II, Gereja telah mulai dipahami sebagai sakramen (LG1,9.48) – “realitas simbolis yang menghadirkan karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Kristus bagi dunia.” Romo Marta lebih lanjut menegaskan bahwa sakramen-sakramen bukanlah suatu “benda” atau “ritus” tetapi suatu “peristiwa” Gereja yang menampakan dan menghadirkan karya penyelamatan Allah dalam Kristus bagi dunia. Ekaristi kudus adalah topik yang secara khusus dibahas dalam seminar kali ini. Keterlibatan beliau dalam mempromosikan penerapan TPE baru serta kepakarannya dalam bidang ekaristi membuat beliau mendapat nama baru romo Marta Ekaristi. Informasi segar yang menyangkut rationale (dasar pemikiran, red.) di belakang perubahan-perubahan dalam tata perayaan ekarist sungguh memperkaya pemahaman kita akan ekaristi dan cukup banyak dari para peserta yang sadar akan kekeliruan-kekeliruan kecil dalam menerapkan tata perayaan ekaristi baru. “Ekaristi merupakan pusat dan akar hidup imam”, Romo Marto tegaskan. Namun selama Sembilan tahun menjadi formator dia tidak menemukan seminaris yang memiliki motivasi menjadi imam karena ingin memimpin ekaristi. Sementara imamat dan ekaristi sebenarnya tidak pernah bisa dan boleh dipisahkan.

Topik yang dibahas juga adalah teologi moral, menyangkut isu-isu moral yang aktual dan bagaimana sikap resmi Gereja dalam menanggapi permasalahan-permasalahan moral tersebut. Romo Peter Aman, OFM yang diundang sebagai pemateri dalam membahas topik tersebut. Romo Peter- seorang doktor teologi moral- yang lebih banyak berkecimpung di komisi JPIC OFM ini membagi topik pembahasannya dalam tiga topik yaitu Kekristenan/Gereja sebagai komunitas moral, hubungan Gereja dengan transformasi sosial dan Gereja dengan masalah ekologi.

Mengutip John Milburn Thompson beliau menegaskan bahwa menjadi kristen tidak saja mengacu kepada suatu sistem agama atau kepercayaan, tetapi mengacu kepada “cara berada”: berbagi dalam cara berada Kristus yang menderita dan mengubahnya menjadi hidup baru.” Lagi dia mengutip kata-kata Paus Benediktus XVI: “menjadi Kristen tak sama dengan menjadi anggota partai, tetapi menjadi manusia sejati berkat hidup kristiani; bukan seseorang yang menaati hukum atau norma tetapi seorang yang menjadi bebas demi kebaikan manusia.” Dalam melihat peran Gereja dengan transformasi sosial dia mengutip Gaudium et Spes yang mengatakan bahwa Gereja hadir sebagai “kritik” terhadap dunia dan juga “suara hati” bagi dunia: kekuatan yang mengarahkan dunia (GS 44). Keprihatinan ekologis sebagai bagian dari hidup dan tanggungjawab moral Gereja merupakan suatu yang baru dan sangat informatif bagi banyak peserta. Kepekaan sosial akan ketidakadilan dan masalah ekologis hendaknya menjadi prioritas tugas pastoral Gereja secara khusus para imam.
Lanjutkan...!

Seminar yang dihadiri sekitar 40 lebih peserta ini (karena keterbatasan dana) disambut sangat entusias oleh peserta seminar. Semua menyerukan “lanjutkan…..” (bukan euforia pemilu tentunya). Para peserta memberikan kesan bahwa penyegaran-penyegaran seperti ini (dari segi metodologi dan proses tidak terlalu padat atau cukup santai, dan dari segi content/isi sangat informatif dan sangat relevan) perlu dipertahankan dan sebaiknya dilanjutkan. Kegiatan seperti ini sungguh meneguhkan kolegialitas hidup para imam, komentar yang lain. Team OF juga tentu merasa puas dengan suksesnya kegiatan ini. Atas nama rekan se-tim kami mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan Bapa Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’ dan partisipasi aktif para rekan imam dalam membangun hidup kita sebagai individu maupun secara komunitas imam se-KAMS. Terimakasih juga kepada penyumbang dana yang tidak disebutkan namanya dalam tulisan ini, tanpa partisipasi mereka dan kita semua kegiatan dan kesempatan bersama (on going formation) yang informatif (information) dan mungkin juga transformatif (transformation) ini tidak akan terwujud.*** Penulis: Pastor Kamil Kamus, cicm

Tidak ada komentar: