Minggu, 13 Desember 2009

Sebuah Renungan di Tahun Imam

PENGANTAR
Sebentar lagi kita akan kembali merayakan Berita Gembira NATAL yang disampaikan malaikat Tuhan: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk. 2:10-11). Seyogianya perayaan Natal tahun ini membawa makna khusus bagi kita para imam. Sebab ini adalah perayaan iman HUT kelahiran Yesus Kristus dalam ‘TAHUN IMAM’. Satu-satunya dasar keberadaan imamat dalam Gereja (Katolik) ialah Yesus Kristus. Bukankah imam disebut ‘alter Christus’, ‘Kristus yang lain’?

Paus Benediktus XVI mencanangkan “Tahun Imam dalam Rangka Peringatan 150 Tahun ‘Dies Natalis’ Seorang Imam Paroki dari Ars” melalui sebuah surat tertanggal Vatikan, 16 Juni 2009. ‘Tahun Imam’ ini dimulai pada Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus, Jumat 19 Juni 2009, hari yang seturut tradisi dipersembahkan untuk doa bagi pengudusan kaum klerus, dan akan berakhir pada hari raya yang sama tahun 2010. Gema ‘Tahun Imam’ ini telah berkumandang di seluruh Gereja, dan di mana-mana mendapat tanggapan positif serta disambut hangat, tidak terkecuali di Indonesia. Di berbagai tempat oleh berbagai komunitas telah diadakan aneka bentuk kegiatan, seperti: retret imam, seminar dan penyegaran, rekoleksi, adorasi, doa untuk para imam, penerbitan buku, dsb. Di awal sambutan pencanangan ‘Tahun Imam’ tersebut di atas, Sri Paus menegaskan: “Tahun ini… dimaksudkan untuk memperdalam komitmen segenap imam pada pembaruan batin demi kesaksian Injil yang terlebih berhasil guna dan mengena di dunia pada masa kini”. Di bagian lain Sri Paus mengungkapkan tujuan ini dengan kata-kata, “dalam rangka menggalakkan usaha mencapai kesempurnaan spiritual dari para imam, di mana keefektifan pelayanan mereka bergantung”. Tulisan di bawah ini dimaksudkan sebagai sebuah upaya, betapa kecil pun, dalam mendukung tercapainya maksud tujuan ‘Tahun Imam’ tersebut.

JATI DIRI IMAM: ‘ALTER CHRISTUS’
Imam seringkali disebut ‘alter Christus’, ‘Kristus yang lain’. Apa artinya? Dengan sebutan itu tentu tidak dimaksudkan bahwa seorang imam menjadi se-hakekat (consubstantialis) dengan Kristus. Sebab Kristus adalah Imanuel, Allah-manusia, yang dalam Tritunggal Mahakudus se-hakekat dengan Bapa dan Roh Kudus. Sedangkan kita, sebagai imam, tetaplah manusia biasa. Yang dimaksudkan dengan sebutan itu ialah, bahwa sebagai imam kita mengambil bagian dalam tridharma pokok Kristus, yaitu (-di sini kita mengikuti urutan menurut Konsili Vatikan II, PO, 4-7 dan 13-): mewartakan Sabda Allah (nabi/guru), menguduskan umat Allah (imam), dan menggembalakan umat Allah (pastor). Ketiga tugas utama tersebut dirumuskan dengan jelas dan tegas dalam tiga pertanyaan berurutan pada ritus penyelidikan di upacara tahbisan imamat kita.

Namun segera harus ditambahkan, bahwa sebutan ‘alter Christus’ itu tidak hanya mengandung makna fungsional belaka. Lebih dari itu! Hal ‘lebih’ itu kiranya lebih termaktub dalam sebutan lain ini: imam sebagai ‘configuratio Christi’ (keserupaan dengan Kristus). Sebutan ini digunakan antara lain dalam Anjuran Apostolik bagi pendidikan calon imam, Pastores Dabo Vobis, yang dikeluarkan Paus Yohannes Paulus II tahun 1992 (PDV,21). ‘Serupa’/’menyerupai’ berarti “dibentuk berdasarkan sebuah model”. Yesus Kristus memberi kepada kita sebagai imam sebuah model, pola, atau contoh untuk diikuti. Dengan daya guna tahbisan imamat, kehidupan kita ditandai, dibentuk, dan dicirikan oleh cara berpikir dan bertindak seperti Yesus Kristus (PDV,21). Jika jalan hidup kita sebagai imam akan ditandai, dibentuk, dan dicirikan dengan cara Yesus berpikir dan bertindak, maka kita tertuntut semakin mengenal Dia lebih dalam (lih. Strange, 2007:37).

Dan itulah yang dimaksudkan dengan pertanyaan ke-4 pada ritus penyelidikan dalam upacara tahbisan imamat kita. Setelah ke-3 pertanyaan menyangkut kesediaan menerima dan melaksanakan tri-tugas tersebut di atas, segera mengikut pertanyaan ke-4, sebagai berikut: “Kristus, Sang Imam Agung, telah mempersembahkan diri demi kita kepada Bapa. Bersediakah saudara dari hari ke hari semakin erat mempersatukan diri dengan Kristus, Tuhan, dan dengan demikian hidup untuk Allah demi keselamatan umat manusia?” Dalam teks Latin pertanyaan yang sangat padat ini dirumuskan hanya dalam satu kalimat. Di sini kita mengikuti terjemahan Pater Reiner Kaczynski, yang kiranya secara cermat mengungkapkan isi yang dimaksudkan (Kaczynski, 1994: 159-164). Bagian terakhir dari teks, “demi keselamatan umat manusia”, menegaskan tujuan dari tri-tugas yang diberikan dan disanggupi si calon tahbisan untuk selanjutnya dilaksanakan sebagai imam. Tetapi ini mempersyaratkan bahwa kita sebagai imam hidup hanya untuk Allah, seperti Yesus Kristus. Karena itu sebagai imam kita berkewajiban untuk “dari hari ke hari semakin erat mempersatukan diri dengan Kristus, Tuhan”, yang sebagai “Imam Agung telah mempersembahkan diri demi kita kepada Bapa”.

Dengan demikian, teks pertanyaan penyelidikan ke-4 pada upacara tahbisan imamat di atas menggemakan apa yang ditegaskan dalam Kitab Suci: “Ia (Yesus) memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil” (Mrk. 3:13-14). Yesuslah yang memanggil kita menjadi imam. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Tetapi Yesus tetap menghargai kebebasan kita. Kita menjawab positif panggilan-Nya, kita datang kepada-Nya. Ia “menetapkan 12 orang”, sebuah kelompok khusus, dalam kebersamaan, bukan sendiri-sendiri. Apa tujuan pembentukan kelompok khusus ini? Pertama-tama, “untuk menyertai Dia”. Apa persis maksud ungkapan ini? Berarti berada bersama Dia secara riil. Patut dicatat apa yang dikatakan oleh seorang hamba perempuan Imam Besar kepada Petrus ketika Yesus dihadapkan ke Mahkamah Agama Yahudi. Perempuan itu menuduh Petrus bukan dengan berkata, “Engkau juga murid Yesus”, melainkan “Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus” (Mrk. 14:67). Jadi ciri khas dari orang-orang ini bukanlah bahwa mereka, terikat pada Yesus semata-mata secara intelektual, melainkan bahwa mereka selalu berada bersama dengan Dia secara fisik, secara nyata. Selanjutnya, tujuan kedua Yesus membentuk “kelompok 12” ialah “untuk diutus-Nya mewartakan Injil”. Tidak dikatakan bahwa “mereka bersama-sama dengan Dia dan mereka mewartakan Injil”. Adalah Dia yang mengutus mereka untuk mewartakan Injil. Dengan lain kata, dalam hubungan Yesus dengan orang-orang-Nya, inisiatif selalu berada pada pihak Yesus. Dan Injil yang harus diwartakan itu tiada lain dari Yesus Kristus sendiri, misteri Kerajaan Allah. Mereka selalu bersama Dia karena harus memberi kesaksian tentang Dia. Mereka tidak bersama-sama dengan Yesus karena mereka harus diberi instruksi dan kemudian diutus untuk meneruskannya kepada orang lain. Mereka bersama-sama dengan Yesus agar mengenal Dia secara akrab dalam satu persekutuan hidup, dan selanjutnya memberi kesaksian tentang Dia. Pentingnya “berada bersama Yesus” tidaklah terutama untuk meniru beberapa ucapan atau mengumpulkan sejumlah ungkapan Yesus, melainkan untuk mengidentifikasikan diri pada cara hidup-Nya, cara Dia bertindak, demi memberi kesaksian tentang Dia dengan cara yang sama. (Martini, 1980: 37-43 dan 1983:29-31).

Menjelang akhir hidup dan karya-Nya di depan umum, pada Perjamuan Malam Terakhir, Yesus menegaskan kepada Kelompok Duabelas itu: “Aku telah memberi teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepada kamu” (Yoh. 13:15). Tentu teladan yang dimaksudkan Yesus tidak hanya terbatas pada apa yang dibuat-Nya pada malam itu: membasuh kaki murid-murid-Nya. Teladan yang dimaksudkan-Nya menyangkut seluruh hidup dan karya-Nya, yang masih akan memuncak pada Jumat Agung di atas salib. Manakah ciri utama teladan hidup dan karya yang diberikan Yesus? Menurut Kardinal Carlo Maria MARTINI (1983:92-94) ada tiga ciri yang paling menonjol yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya:

Pertama, Yesus tampil dengan sikap hati lepas-bebas. Ia memiliki kebebasan penuh dalam hati, tidak melekatkan diri pada apa pun saja yang dapat menghalangi Dia dalam melaksanakan tugas perutusan-Nya: pendapatan, kepentingan pribadi, karier, kekuatiran-kekuatiran personal. Ia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala (Luk. 9:58). Di padang gurun Dia menolak godaan materiil, kekuasaan dan popularitas murahan (Luk. 4:1-13). Dia menolak dijadikan raja (Yoh. 6:15). Dengan keluarga-Nya pun Ia menjaga jarak (Mat. 12:46-50). Menjelang akhir hidup-Nya, Dia dengan kebebasan penuh menuju Yerusalem, walaupun Dia tahu di sana Dia akan ditangkap, disiksa dan dijatuhi hukuman mati di salib. Dan Yesus mengajarkan sikap hati lepas-bebas ini kepada para pengikut-Nya; mereka tidak perlu kuatir akan apa pun (Luk. 12:22-32). “Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Luk. 12:33-34).

Kedua, Yesus memasrahkan diri seutuhnya kepada Allah, Bapa-Nya. Kedekatan Yesus dengan Bapa sudah mulai tampak ketika Ia masih remaja. Ketika pada umur 12 tahun Ia tertinggal di Bait Allah dan kemudian berhasil diketemukan di sana oleh orang tua-Nya, Ia berkata: “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk. 2:49). Dalam hidup-Nya di depan umum, di tengah kesibukan-Nya yang luar biasa dalam mewartakan kerajaan Allah, pada malam hari atau pagi-pagi buta, demikian kita baca dalam Injil, Ia mengundurkan diri ke tempat sunyi di puncak bukit atau di bawah rerindang pohon-pohon zaitun, untuk apa? Untuk berdoa, berkomunikasi dengan Bapa. Ia menegaskan: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Di taman Getsemani, menjelang Dia ditangkap, Ia mengungkapkan kepasrahan total itu dalam bentuk doa: “Bapa, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk. 22:42). Dan sebelum menghembuskan nafas terakhir di atas salib, Ia berseru: “Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk. 23:46). Dan Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk mempercayakan secara penuh hidup mereka ke dalam tangan Bapa. Karena “bapa mana di antara kamu, jika anaknya minta ikan daripadanya, akan memberikannya ular?... Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Luk. 11:11.13). Dan lagi: “Karena itu Aku berkata kepadamu: janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai… Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu” (Luk. 12:22.30-31).

Sesungguhnya kedua ciri utama di atas mempunyai kaitan erat satu dengan yang lain. Untuk dapat memasrahkan diri seutuh-utuhnya kepada Bapa, Yesus harus lepas-bebas dari segala kelekatan lain. Selanjutnya, penyerahan diri secara total kepada Bapa itu bukanlah tanpa kesulitan. Itu menuntut pengorbanan dan pengingkaran diri. Dan itulah ciri utama ketiga: makna salib dalam hidup dan karya Yesus. Dalam Injil Lukas, tiga kali pemberitahuan tentang penderitaannya seakan membingkai bab 9 sampai 18. Yang pertama: “Anak manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Luk. 9:22). Yang kedua pada 9:44, dan ketiga pada 18:31. Dan di situ Yesus mengajar murid-murid-Nya agar siap sedia memikul salibnya: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku” (9:23).

Pada titik ini barangkali bergunalah mengutip kesaksian Pastor Roderick Strange, sebagai berikut: “Semua tampak sangat baik sampai saat kita ‘ditempatkan’ dalam sebuah ujian. Kita diutus untuk tugas perutusan yang baru yang tidak sesuai dengan rencana dan kemampuan kita. Terlebih lagi, peristiwa itu datang pada saat situasi batin kita tidak siap. Itupun masih ditambah dengan kemampuan kita yang terbatas… Keadaan sedang menguji kita. Ketika kepercayaan diri berkurang, kita menjadi tidak aman dan mudah kecewa. … Kita mungkin merasa terancam, berada dalam risiko. Tetapi, justru di sinilah kita menemukan salib, rasa sakit yang tidak dapat kita duga, penderitaan yang datang secara tiba-tiba. Dengan caranya sendiri, naluri kita akan bereaksi untuk menghindari risiko yang mungkin timbul”. Lalu kita harus menantang diri kita sendiri, “Apakah kita yakin bahwa ‘apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat” (1 Kor. 1:25.27)? … Jika saya selalu mencari ‘kesesuaian’ atau ‘rasa nikmat’ bagi diri saya sendiri, jika saya hanya bertindak sesuai dengan kemampuan saya serta menolak bekerja sama dengan keadaan yang tidak menguntungkan, pekerjaan yang saya lakukan hanya akan menjadi buah karya saya semata. Jika demikian, bagaimana kemuliaan Allah dapat terungkap dalam tindakan saya?” (Strange, 2007:83-85).

Dasar dari ketiga ciri pokok hidup dan karya Yesus tersebut di atas tiada lain dari KASIH sejati, tanpa syarat, tanpa batas. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). Dan, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (15:12). Kasih sejati seperti inilah yang akan membawa terwujudnya Kerajaan Allah, di mana semua dijadikan anak-anak dari satu Bapa, dan karenanya satu sama lain menjadi saudari-saudara dalam satu keluarga dengan kesatuan sempurna, sebagaimana didoakan Yesus, Sang Imam Agung (Yoh. 17).

Setiap imam tentu sadar bahwa dia tidak pernah akan mampu menjadi ‘alter Christus’ yang sempurna. Tetapi justru karena itu, kita berkewajiban dari hari ke hari belajar lebih mengenal Kristus, dan semakin erat mempersatukan diri dengan-Nya, serta membiarkan Dia sendiri berkarya lewat kita, yang penuh keterbatasan dan kelemahan ini. Kiranya model tepat kita dalam hal ini ialah Paulus, yang menegaskan: “Jika aku lemah maka aku kuat” (2 Kor. 12:10), karena “bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20).

Santo Yohanes Maria Vianney, pelindung para imam, doakanlah kami!
Malino, 13 Desember 2009,
Hari Minggu Adven III,

+ John Liku-Ada’

DAFTAR BACAAN

IMAM Jantung Hati Yesus;
2009 Kumpulan Refleksi dari Berbagai Sudut Pandang tentang Imamat dan Pelayanan Imam, (Penerbit OBOR, Jakarta).

Kaczynski, Reiner
1994 “Seid Ihr bereit…?” Geistliche Vorträge zur Diakonen- und Priesterweihe, (Als Manuskript gedruckt, München).

Lepen, Rafael, SMM
2009 Santo Yohanes Maria Vianney; Pelindung Para Imam, (Penerbit OBOR, Jakarta).

Martini, Carlo Maria, SJ.
1980 L’Itinerario Spirituale dei Dodoci nel Vangelo di Marco, (Centrum Ignatianum Spiritualitatis, Roma).
1983 L’Evangelizzatore in San Luca; Meditazione del Cardinale Carlo Maria Martini, (Editrice Ancora, Milano).

Rahner, Karl
1979 Meditations on Priestly Life, (Sheed and Ward, London).

Strange, Roderick
2007 The Risk of Discipleship; Imamat Bukan Sekedar Selibat, (Penerbit Kanisius, Yogyakarta).

Jean-Louis Kardinal Tauran Berkunjung di Makassar

Kardinal Jean-Louis Tauran, Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama (President of the Pontifical Council for Interreligious Dialogue) mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Sebagai bagian dari kunjungan tersebut, yang berlangsung 24 November - 1 Desember 2009, Kardinal Tauran juga mengunjungi kota Makassar.
Kedatangan Kardinal Tauran di Makassar disambut sangat antusias oleh umat Katolik kota Makassar. Sejak kedatangannya di kota “Anging Mammiri” pada Sabtu, 28 November 2009, antusiasme itu telah nampak sekali. Panitia penyambutan, yang dikoordinir oleh Pastor Marsel Lolo Tandung, Pr., Wakil Sekretaris Keuskupan Agung Makassar terlihat sangat sibuk. Penyambutan oleh Panitia di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin cukup meriah yang ditandai dengan pengalungan rangkaian bunga. Kardinal Tauran yang disertai oleh Mgr. Leopoldo Girelli, Apostolic Nuncio untuk Indonesia, Mgr. Johannes Pujasumarta, Uskup Bandung selaku anggota Dewan Kepausan untuk Dialog antar umat beragama, dan Sekretaris Pribadi Kardinal Pater Markus Solo Kewuta SVD, serta sejumlah rombongan dari komisi HAK KWI (Rm. Benny Susetyo, Pr. dan Rm. B.S.Mardiatmadja, SJ), dan dari Departemen Luar Negeri. Kardinal beserta rombongan mampir di keuskupan sekaligus dijamu santap malam oleh Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’. Selanjutnya mereka menginap di Hotel Santika, Makassar.
Acara resmi Kardinal Tauran di Makassar dimulai pada hari Minggu, 29 November 2009, dengan Perayaan Ekaristi konselebrasi meriah di Gereja Hati Kudus Yesus, Katedral. Kardinal Tauran bertindak sebagai selebran utama didampingi oleh konselebran masing-masing Mgr. Leopoldo Girelli, Mgr.John Liku-Ada’ Pr, dan Mgr. Johannes Pujasumarta, Pr didampingi oleh para imam yang hadir pada kesempatan tersebut. Suasana inkulturasi sangat menonjol dalam perayaan ekaristi meriah ini dengan ditampilkannya lagu-lagu daerah Makassar, Toraja, dan Manado, juga dimeriahkan dengan tari Maengket dan Cakalele. Kardinal Tauran dalam kotbahnya sangat menekankan perlunya pengembangan dialog dan komunikasi yang intensif di antara para pemeluk keyakinan, yang memiliki berbagai keberagaman, sehingga tidak saja terjalin sikap toleransi melainkan juga saling menghargai dan menghormati berdasarkan pada kasih yang tulus dan iklas.
Setelah perayaan ekaristi maka acara kunjungan Kardinal Tauran di Makassar diisi dengan dialog dan berbagi pengalaman antar-umat beriman dari berbagai agama. Kegiatan yang berlangsung di Aula Keuskupan Agung Makassar ini diikuti oleh para tokoh-tokoh agama yang tergabung dalam Forum Komunikasi antar Umat Beragama (FKUB tingkat Provinsi Sulsel dan tingkat kota Makassar), para tokoh umat Katolik dari berbagai kalangan, termasuk juga wakil dari Dewan Pastoral Paroki sekota Makassar dan sekitarnya.
Acara yang dipandu oleh Pastor Marsel Lolo Tandung, Pr., selaku Ketua Komisi HAK Keuskupan Agung Makassar, diawali dengan sambutan selamat datang dari Bapa Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar, Mgr.John Liku-Ada’ Pr., dilanjutkan dengan sambutan singkat dari Ketua FKUB Sulawesi Selatan, Bapak KH.Abdulrahman K. Tampak hadir dalam pertemuan dialog ini antara lain Prof.Dr.HM.Saleh Putuhena (mantan Rektor UIN), Bapak KH.Nasaruddin Razak (Pengurus Wilyah Muhammadiah), Bapak Ir. Yongris (mewakili pimpinan Walubi), Wakil dari PHDI, dan Bapak Nyoman Suarta (mewakili agama Hindu) serta banyak lagi tokoh-tokoh lintas iman di wilayah Sulawesi Selatan umumnya dan kota Makassar pada khususnya.
Acara diisi dengan pengantar dialog oleh Kardinal Tauran. Dalam pengantarnya Kardinal Tauran menggarisbawahi beberapa hal berhubungan dengan dialog antar penganut agama. Kardinal Tauran menggarisbawahi perlunya menempatkan kembali agama sebagai jiwa kemanusiaan. Kemanusiaan itulah yang seharusnya menjadi dasar dialog antar-agama sehingga dapat tumbuh suatu kesadaran bahwa semua manusia itu sama kedudukannya di hadapan Tuhan. Selanjutnya, dasar dari sebuah dialog antar agama haruslah lebih dari sekedar sebuah sikap toleransi, dialog antar-agama bermuara pada dialog dalam kasih persaudaraan sebagai sesama ciptaan Allah yang harus saling mengasihi karena kasih berasal dari Allah sendiri. Kardinal Tauran juga menegaskan perlunya upaya mengedepankan sikap saling mengenal antar umat beriman yang melampaui toleransi itu melalui proses pendidikan yang teratur dan terencana, sehingga dapat menjangkau tidak saja para elit tetapi juga sampai ke akar rumput (grass-root) masyarakat.
Acara ini sendiri diakhiri dengan santap siang bersama seluruh peserta pertemuan dengan Kardinal Tauran. Selanjutnya seusai pertemuan, Kardinal Tauran bersama rombongannya, antara lain Apostolic Nuncio Mgr.Leopoldo Girelli, Uskup Bandung Mgr.Pujasumarta, Pr., Romo Markus SVD., Romo BS.Mardiatmadja, SJ., Romo Benny Susetyo, Pr., kembali ke Hotel Santika untuk menyiapkan perjalanan selanjutnya ke Yogyakarta.***

Biografi Kardinal Jean-Louis Tauran

Kardinal Jean-Louis Tauran lahir di Bordeaux, Perancis, pada 5 April 1943.
Ia ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1969 dan kemudian bekerja di kota Bordeaux.
Jean-Louis Tauran memperoleh gelar sarjana di bidang filsafat, teologi, serta doktor di bidang hukum Gereja dari Universitas Gregoriana, Roma. Pada tahun 1975, Tauran mulai bertugas sebagai diplomat. Penempatan awalnya adalah menjadi duta Vatikan di Republik Dominika dan kemudian di Lebanon.
Pengalaman di Lebanon inilah yang menjadikan Tauran sangat paham mengenai dunia Islam dan dunia Timur Tengah. "Saya mengenal Timur Tengah melalui jendela Lebanon," begitu ungkapnya.
Di Lebanon, Suriah, dan negara-negara Teluk Persia itulah, Tauran mengenali Islam yang sesungguhnya. "Kami bisa bicara mengenai kebudayaan, kasih, dan perdamaian," ujarnya.
Pada pada 1991, ia ditahbiskan menjadi Uskup Agung (tituler) dan diangkat menjadi Secretary for Relations with States. Dengan jabatan tersebut, Mgr. Tauran bertindak sebagai Menteri Luar Negeri Vatikan.
Selama menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Mgr. Tauran banyak memimpin delegasi Vatikan ke berbagai konperensi internasional. Beliau banyak bertemu dengan para pemimpin negara-negara Islam terkemuka, seperti Raja Hassan dari Marokko, Presiden Mubarak dari Mesir, Raja Hussein dari Yordania, dan Presiden Afez Hassad dari Suriah. Beliau bahkan juga bertemu dengan Presiden Khatami dari Iran. "Saya banyak diskusi dengan beliau, antara lain mengenai Thomas Aquinas. Presiden Khatami ternyata banyak membaca buku Thomas Aquinas, " ungkap Mgr. Tauran.
Pada tahun 2003, Mgr. Tauran diberi gelar Kardinal oleh Paus Yohannes Paulus II dan empat tahun kemudian, pada 25 Juni 2007, ia ditunjuk menjadi Presiden dari Pontifical Council for Inter-religious Dialogue. (*)

Siaran Pers: Kardinal Jean-Louis Tauran ke Indonesia

Kardinal Jean-Louis Tauran, Presiden Dewan Kepausan Dialog Antar-agama (Pontifical Council for Interreligious Dialogue/PCID) dari Vatikan, akan mengadakan kunjungan resmi ke Indonesia. Beliau akan berada di Indonesia mulai dari tanggal 24 November 2009 hingga tanggal 1 Desember 2009. Selama di Indonesia, beliau akan menginap di Kedutaan Besar Vatikan, kediaman Nuntius Apostolik (Duta Besar), Uskup Agung Leopoldo Girelli. Kunjungan ini merupakan sesuatu yang istimewa karena inilah untuk kedua kalinya seorang Presiden PCID (setingkat Menteri) berkunjung ke Indonesia.
Pada bulan Juli 1994 lalu, Presiden PCID 1984-2002, Kardinal Francis Arinze, telah mengunjungi Indonesia dan mendapat sambutan yang hangat.
Makna Kunjungan Pontifical Council for Interreligious Dialogue (PCID) atau Lembaga Kepausan untuk Dialog Antar-agama adalah sebuah lembaga yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan dialog antaragama berdasarkan semangat Konsili
Vatikan II (1962-1965), khususnya berdasarkan deklarasi Nostra Aetate (1965).
PCID didirikan pada tahun 1964 oleh Paus Paulus VI (1897-1978). Awalnya, lembaga itu bernama Sekretariat untuk Non-Kristiani. Namun kemudian pada tahun 1988, nama itu diganti menjadi Pontifical Council for Interreligious
Dialogue. Lembaga resmi Vatikan urusan hubungan antaragama ini memiliki tiga tanggungjawab utama. Pertama, untuk memajukan saling pengertian, saling hormat, dan saling kerjasama antara umat Katolik dengan umat agama-agama
lain; kedua, untuk mendorong studi dan penelitian agama-agama, dan ketiga,
untuk mengembangkan pendidikan bagi mereka yang bekerja untuk memajukan dialog.
Kehadiran PCID tersebut menjadi sarana dan jembatan bagi Vatikan untuk membangun hubungan antarmasyarakat dunia berdasarkan jati diri kemanusiaan yang sejati. Dialog antaragama atau antarbudaya tidak lagi merupakan sesuatu yang muncul karena situasi, tetapi telah menjadi sebuah keharusan vital untuk masa depan hubungan antarbangsa. Atas dasar ini, maka Vatikan sangat menekankan otonomi dari PCID tersebut. Dalam beberapa pertemuan dengan Kedutaan Besar RI untuk Tahta Suci Vatikan, selalu ditekankan bahwa Vatikan sangat memberi apresiasi khusus terhadap kemampuan pemerintah RI dalam mengedepankan cara dialog guna membangun
kehidupan masyarakat dan kehidupan antar umat beragama yang harmonis, khususnya di saat di banyak belahan dunia benturan antaragama dan antarkebudayaan begitu dominan. Atas dasar apresiasi terhadap kemajemukan dan keharmonisan antaragama dan antarbudaya tersebut, maka Paus mengirimkan Kardinal Jean-Louis Tauran, Presiden PCID, untuk berkunjung ke Indonesia.
Bagi Kardinal Tauran, inilah kunjungannya yang pertama ke Indonesia.
Vatikan melihat Indonesia memiliki jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia dan menyadari betapa peran Indonesia dalam membangun citra Islam di dunia saat ini sangat menentukan. "Saya selalu mencoba untuk melihat apa yang sama dalam kemanusiaan ini. Karena dari situlah, kita bisa menghidupi
secara bersama-sama tujuan hidup kita," begitu pernah dikatakan oleh Kardinal Tauran dalam sebuah wawancara.

Jadwal Kunjungan
Dalam lawatannya ke Indonesia ini, Kardinal Tauran akan berkunjung ke Departemen Luar Negeri dan Departemen Agama untuk bertemu dan mengadakan pembicaraan dengan kedua menteri dari departemen-departemen tersebut.
Menurut rencana, Kardinal Tauran juga dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai sebuah ungkapan kunjungan resmi ke Indonesia.
Kardinal Tauran tidak hanya bertemu dengan para pejabat negara belaka. Beliau juga akan mengunjungi berbagai tempat yang memiliki makna khusus. Beliau akan mengunjungi Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta, dua tempat ibadat di Ibu Kota Indonesia, yang bertetangga secara harmonis. Masjid Istiqlal dan gereja Katedral merupakan lambang dari hubungan antara umat Islam dan Katolik di Indonesia, yang telah hidup rukun sejak zaman lampau, kini, dan juga di masa mendatang. Harapan-harapan ini bersumber dari batin masyarakat Indonesia yang merindukan keadilan, cinta dan harmoni. Dan nilai-nilai tersebut bahkan telah dicantumkan dalam Pancasila, yang membuat masyarakat Indonesia mampu memilih semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai semboyan hidup mereka.
Secara kongkrit, Kardinal Tauran akan merasakan makna semboyan tersebut
dalam pertemuan dengan para pemimpin dari Wahid Institute, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Beliau juga akan bertemu dengan sahabat-sahabatnya, Prof. DR. Hasyim Muzadi dan Prof. DR. Din Syamsuddin, yang telah lama memiliki hubungan yang akrab dengan Gereja Katolik di Indonesia. Kepada mereka, Kardinal Tauran akan menyampaikan salam dari Paus Benediktus XVI.
Presiden PCID ini, yang melihat pentingnya persatuan Umat Kristen, juga akan berkunjung ke Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).
Beliau juga akan mengunjungi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, salah satu dari 16 universitas Katolik di Indonesia.
Setelah jadwal acara yang padat di Jakarta, Kardinal Tauran akan mengunjungi kebanggaan pariwisata Indonesia, yaitu Bali. Di sana, beliau
akan berdialog dengan para pemimpin umat Katolik dan umat Hindu.
Makassar, kota terbesar dan wilayah timur Indonesia, mendapat kehormatan kunjungan seorang Kardinal asal Perancis. Di kota itu, Kardinal Tauran akan merayakan Ekaristi bersama umat Katolik dan kemudian mengadakan pertemuan dengan para pemimpin agama di wilayah itu.
Kunjungan Kardinal dari Dewan Kepausan Dialog Antar-agama ke Indonesia ini
tidaklah lengkap bila tidak pergi ke Yogyakarta. Di kota budaya itu, Kardinal Tauran akan berdialog dengan umat Katolik dari Keuskupan Agung Semarang. Beliau juga akan memberikan cermah di Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga, mengunjungi Candi Borobudur, serta berkunjung ke Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Hari terakhir lawatan Kardinal Tauran akan dipakai untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri RI, DR. R.M.Marty M. Natalegawa, di Wisma Pancasila untuk sebuah acara diskusi bersama. Setelah itu, Kardinal Tauran akan
berkunjung ke Istana bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Hasil seluruh kunjungan Kardinal Tauran ke Indonesia ini akan disampaikan kepada kantor Konperensi Wali Gereja Indonesia (KWI). Apa yang telah didialogkan oleh Kardinal Tauran tersebut akan dijadikan sebagai bahan acuan bagi KWI, yang sejak lama memang telah membangun hubungan yang baik antara Gereja Indonesia dengan agama-agama lain di Nusantara. *** Oleh: Panitia Penerimaan Kunjungan Kardinal Jean-Louis Tauran ke Indonesia
(Departemen Luar Negeri - Konperensi Wali Gereja Indonesia (KWI) - Kedutaan Vatikan di Indonesia)

PESAN PASTORAL SIDANG KWI 2009 Perihal “Karya Evangelisasi Gereja Katolik Indonesia di Bidang Kesehatan”

Pangkal Refleksi Kita
01. Hari studi KWI yang diadakan pada tanggal 2 - 4 November 2009 mengambil tema “Wajah Misi kita di bidang Kesehatan: Refleksi KWI atas Karya Evangelisasi Gereja Katolik Indonesia di Bidang Kesehatan”. Para peserta sidang yang terdiri atas para Uskup, utusan keuskupan, utusan lembaga kesehatan yang diselenggarakan baik oleh keuskupan-keuskupan maupun tarekat, Perdhaki (Persatuan Dharma Karya Kesehatan Indonesia), KOPTARI (Konferensi Pimpinan Tarekat Religius Indonesia), UNIO Indonesia (Paguyuban Imam Diosesan Indonesia), telah terlibat secara sungguh-sungguh dalam tukar pikiran dan pengalaman. Pada hari-hari studi tersebut, para peserta melihat kembali karya evangelisasi Gereja Katolik Indonesia di bidang kesehatan. Disadari bahwa karya pelayanan kesehatan yang telah lama dikerjakan oleh Keuskupan-keuskupan maupun tarekat religius, merupakan bagian tak terpisahkan dari panggilan dan perutusan Gereja untuk mewartakan Kerajaan Allah. Karya ini juga merupakan perwujudan nyata kepedulian Gereja akan persoalan pembangunan kesehatan masyarakat.

02. Para peserta hari studi menyadari sepenuhnya bahwa karya kesehatan ada karena kita berguru pada Yesus yang menyembuhkan demi pewartaan Kerajaan Allah. Karya ini strategis karena langsung mewujudkan kasih dan perhatian Allah kepada mereka yang menderita. Karena itu, karya ini harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, penuh keramah-tamahan, kasih sayang, dan menyeluruh (holistik) karena sakit yang diderita seseorang bukanlah hanya mengena pada fisiknya melainkan juga keseluruhan eksistensinya (bdk. Dolentium Hominum, 2). Kalau kita melihat sakit dan penderitaan secara lebih dalam, kita menyadari bahwa hal itu lebih daripada sekedar persoalan medis tetapi langsung menyentuh hakikat manusia (bdk. Gaudium et Spes, 10). Hakikat manusia ini pula yang menjadikan karya kesehatan mempunyai sisi insani sekaligus ilahi. Bagi kita, penebusan Kristus dan rahmat penyelamatan- Nya sungguh-sungguh menyentuh manusia seutuhnya, khususnya mereka yang lemah, sakit, menderita dan sedang di ambang kematian.

03. Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Gereja Katolik Indonesia dalam tahun-tahun terakhir ini mengalami tantangan baik dari dalam maupun dari luar, karena keadaan-keadaan baru yang semakin kompleks. Tantangan dari dalam muncul kemungkinan sebagai dampak dari melemahnya spiritualitas dan semangat pengabdian, kurangnya kompetensi tenaga kesehatan, pengelolaan yang kurang memenuhi tuntutan profesionalitas dan kurangnya dana. Tantangan ini menyadarkan kita untuk segera memperbaiki diri dari dalam. Sedangkan tantangan yang berasal dari luar antara lain perundang-undangan dan peraturan pemerintah, munculnya teknologi kesehatan yang baru seperti alat-alat medis yang baru serta pengembangan sel punca demi pengobatan, aneka penyakit baru, kemunculan banyak rumah sakit baru yang semakin modern dan berorientasi kuat pada keuntungan, serta rendahnya kesadaran kesehatan masyarakat. Adanya peraturan perundang-undangan yang baru, teknologi kesehatan dan penyakit mutakhir menuntut kita untuk menyesuaikan diri, meningkatkan kemampuan penanganannya, dengan tetap berpegang pada iman dan moral Katolik yang menyayangi kehidupan. Munculnya banyak pelayanan kesehatan baru menuntut kita untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien yang berdasarkan kasih. Semua itu mendorong kita untuk dengan bersemangat memikirkan kembali peningkatan mutu dan keterjangkauan karya kesehatan ini serta selalu menimba kembali spiritualitas pelayanan kesehatan Katolik yang berasal dari Yesus Kristus sendiri.

Menggugah Kesadaran kita
04. Mempertahankan hidup dan mengembangkan kesehatan merupakan hak sekaligus kewajiban manusia. Semakin disadari bahwa semua pihak mempunyai kewajiban untuk ambil bagian dalam memajukan kesehatan masyarakat dengan langkah-langkah terencana . Langkah-langkah tersebut antara lain meliputi penyuluhan dan penyadaran masyarakat agar semakin banyak anggota masyarakat yang bertanggung jawab terhadap kesehatannya dan menumbuh-kembangkan solidaritas agar seturut hukum kasih, yang kuat membantu yang lemah. Diperlukan upaya dan prakarsa baru untuk membantu agar semakin banyak anggota masyarakat yang bisa ditolong

05. Tanggung jawab pemerintah untuk memajukan kesehatan masyarakat pun telah diusahakan dengan baik. Tercatat program-program yang tertuju kepada warga masyarakat yang kecil, antara lain Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin). Pilihan mendahulukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin ini menjadi orientasi pelayanan kesehatan Katolik juga. Karena itu, perlu dijalin kerja sama antara karya kesehatan Katolik dan pemerintah. Kerjasama ini diperlukan untuk menjamin keberlangsungan pelayanan kesehatan kita dan juga keterjangkauannya khususnya bagi mereka yang miskin dan kurang mendapatkan pelayanan.

Pembaharuan yang Diperlukan
06. Yang diperlukan pertama-tama ialah pembaharuan spiritualitas yang harus terwujud dalam visi, misi, dan pelaksanaan karya kesehatan Katolik yang berdasar pada iman dan moral Katolik. Pembaharuan spiritualitas ini mutlak perlu supaya sungguh terwujud pelayanan kesehatan Katolik yang bermutu dan menjangkau semua orang tanpa membeda-bedakan keadaannya serta tetap mengutamakan pelayanan kepada mereka yang miskin. Untuk itulah kami berpesan kepada pelbagai pihak agar:

a. Menggali kembali spiritualitas pelayanan pada karya kesehatan Katolik yang berdasarkan Injil, dan mengimplementasikannya dalam pelayanan yang nyata.
b. Semakin menyadari bahwa karya pelayanan kesehatan adalah bagian integral pelayanan Gereja yang mengandung misi pewartaan Kerajaan Allah.
c. Setia kepada visi dan misi pelayan dan institusi kesehatan yang sayang akan kehidupan, menghormati harkat dan martabat manusia dan menempatkan pasien sebagai “tamu Ilahi” yang dilayani dengan ramah tamah dan keikhlasan.
d. Meningkatkan kerja sama antar lembaga pelayanan kesehatan Katolik agar semakin terwujud solidaritas dan subsidiaritas.
e. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan senantiasa menjaga keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi mereka yang miskin dan sakit.
f. Setia kepada pelayanan kesehatan yang berdasarkan kasih dan bukan semata-mata demi keuntungan.
g. Memberdayakan masyarakat agar masyarakat semakin aktif untuk bertanggung jawab atas kesehatannya.
h. Mencari kemungkinan-kemungkinan penggalangan dana masyarakat maupun kemandirian masyarakat itu sendiri untuk menjamin kesehatan mereka.

07. Pembaharuan tersebut tidak bisa diserahkan hanya kepada salah satu pihak saja tetapi kepada semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan. Sidang menghendaki agar perubahan itu merupakan tanggungjawab dan dikerjakan bersama di bawah pimpinan uskup. Kunci perubahan itu terletak pada pembaruan komitmen pelayanan, panggilan serta perutusan Gereja untuk mewartakan Kerajaan Allah melalui pelayanan kesehatan.

Harapan dan Ucapan Terima Kasih
08. Kami para Uskup Indonesia berharap agar pesan ini menyapa dan menyemangati semua pihak yang terlibat dalam pelayanan Kesehatan Katolik di seluruh Indonesia, agar dengan tekun dan setia mencari cara terbaik untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanannya.

09. Pada kesempatan ini pula kami secara tulus mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan, khususnya:

a. Keuskupan-keuskupan, tarekat-tarekat religius pemilik pelayanan kesehatan yang kendati mengalami pelbagai masalah namun terus berusaha untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
b. Para tenaga kesehatan dan tenaga penunjang karya kesehatan - baik yang bekerja di lembaga-lembaga pelayanan kesehatan Katolik maupun lembaga-lembaga pelayanan kesehatan umum - yang telah berusaha melayani sebaik-baiknya serta setia untuk mewujudkan iman dan moral Katolik melalui pelayanan kesehatan berdasarkan suara hati demi kemanusiaan.
c. Para pastor paroki, dewan paroki, dan seluruh umat yang dengan berbagai cara telah mendorong, menopang dan mengembangkan pelayanan Kesehatan Katolik di wilayah kerja masing-masing.

Kami berharap semoga kehadiran pelayanan Kesehatan Katolik di tengah masyarakat, semakin mempertegas sikap Gereja Katolik Indonesia untuk mengambil bagian dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai perwujudan nyata iman akan Allah yang berbelaskasih kepada mereka yang sakit dan menderita. Dalam dan melalui karya kesehatan ini, semoga Kabar Suka Cita semakin dialami oleh semakin banyak orang. Semoga Tuhan memberkati usaha baik kita.

Jakarta, 12 November 2009
Konferensi Waligereja Indonesia,

Ketua
Mgr. Martinus D. Situmorang, OFM.Cap.

Sekretaris Jenderal
Mgr. J.M. Pujasumarta

Para Pejabat KWI Periode 2009-2012

Ketua : Mgr. Martinus D Situmorang OFMCap
Wakil Ketua I : Mgr Ignatius Suharyo
Wakil Ketua II : Mgr Leo Laba Ladjar OFM
Sekjen : Mgr.Pujasumarta
Bendahara : Mgr.Kherubim Pareira SVD

Anggota Presidium:
: Mgr. Vincent Sutikno
: Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD
: Mgr. Agustinus Agus
: Mgr.Petrus Timang
: Mgr. P.C. Mandagi
: Mgr. Edmund Woga

Dewan Moneter:
- Mgr. Kherubim Parera SVD (Ketua)
- Mgr. G. Mencuccini CP (anggota)
- Mgr. Silvester San (anggota)

DSAK (Dana Solidaritas Antar Keuskupan): Mgr. Silvester San (Ketua)

KOMISI-LEMBAGA-SEKRETARIAT-DEPARTEMEN
Komisi Kateketik : Mgr. John Liku-Ada’
Komisi Liturgi : Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka,MSF
Komisi Komsos : Mgr. Petrus Turang
Komisi PSE : Mgr. Hilarion Datus Lega
Komisi Seminari : Mgr. Dominikus Saku
Komisi Kepemudaan : Mgr. John Philipus Saklil
Komisi Kerawam : Mgr. Yustinus Hardjosusanto, MSF
Komisi Keluarga : Mgr. Michael Angkur OFM
Komisi Hak : Mgr. P.C. Mandagi, MSC
Komisi KP-PMP : Mgr. Agustinus Agus
Komisi Teologi : Mgr. Petrus Bodeng Timang
Komisi Pendidikan : Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ
Komisi Karya Misioner : Mgr.Vincentius Sensi Potokota
BKBLII : Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD
Moderator SGPP : Mgr. Mgr. Vincent Sutikno
Delegatus Karya Kesehatan : Mgr. Florentinus Sului, MSF
Delegatus KS : Mgr. Ignatius Suharyo

Kunjungan Pastoral Bapa Uskup di Kendari dan Sekitarnya

Dalam audiensi terbuka dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Sulawesi Tenggara yang diterima oleh Wakil Gubernur H.M. Saleh Lasata SH serta Walikota Kendari Ir. Asrul M.Eng, MSc.di tempat terpisah pada 21 Juli 2009, Mgr John Liku-Ada’ mengatakan bahwa umat Katolik dalam bernegara dan beragama senantiasa berpedoman pada apa yang pernah diucapkan Uskup Pribumi pertama Indonesia Mgr. Sugijapranata bahwa hendaknya umat Katolik 100% Katolik dan 100% Indonesia.
Kedua pejabat tersebut sangat menghargai partisipasi dan kepedulian umat Katolik di Kendari dan Sulawesi Tenggara dari berbagai bidang yang mencolok antara lain keterlibatan masyarakat Katolik dalam bidang Pelayanan orang Sakit (RS Santa Anna) serta ikut mencerdaskan bangsa melalui pendidikan (SD Katolik Pelangi dan SMP Frater Kendari) yang terkenal dengan kedisiplinan dan prestasinya yang membanggakan baik di tingkat regional maupun nasional.
Bapa Uskup menjelaskan bahwa umat Katolik berusaha menghindari sikap dan pelayanan eksklusif pada kehidupan beribadat dan pelayanan tersebut di atas. Hal ini sangat direspon baik oleh kedua pejabat tersebut. Kedua pejabat berpesan agar Bapa Uskup sering-sering datang ke Kendari, sebelumnya Bapa Uskup menerangkan bahwa kunjungannya ke daerah ini terjadi 2 tahun sekali karena ada 5 wilayah dan 43 paroki lain yang membutuhkan pelayanan. Rombongan Bapa Uskup antara lain: P. Marsel Lolo Tandung Pr, Pastor Vikep Sultra P. Matheus Bakolu, P. Albert Maria Rua’, Pastor Paroki St. Clemens P. Oct. Sam Bureny, Pastor Paroki St. Fransiskus Xaverius Sadohoa P. Martinus Pasomba serta Dewan Paroki dan para pemuka umat serta Ketua-ketua Kelompok Kategorial, WKRI, PMKRI, dan Lembaga Pelayanan Katolik yang ada di Kendari. Kunjungan di akhiri dengan saling tukar cindera mata.
Pada bagian lain, Bapa Uskup telah lebih dulu mengunjungi Paroki Bau-bau, sehari kemudian ke Paroki Labasa, ke Latompa dan Paroki Raha pada 10-14 Juli 2009. Selanjutnya, 14 Juli, menyeberang dengan superboat dan tiba di kota Kendari, di Paroki Fransiskus Xaverius Sadohoa. Selanjutnya, 15 Juli, mengunjungi Paroki Kolaka, 16 Juli, ke Unaaha dan akhirnya 17 Juli - 21 Juli mengunjungi Paroki terbesar di daerah ini yakni Paroki St Clemens Mandonga Kendari.
Kunjungan yang cukup lama (6 hari) di Paroki ini dimanfaatkan dengan baik oleh Panitia yang dipimpin Drs. Anthonius Susanto mengatur jadwal kunjungan yang cukup padat dan menarik. Acara Bapa Uskup diawali dengan dialog dan ramah tamah dengan Umat Paroki St. Clemens yang dipimpin Pastor Parokinya, P. Oct. Samson Bureny Pr berlangsung dengan sangat familier dan mengesankan. Bahkan di akhir acara Bapa Uskup didaulat untuk menari Lulo dan Poco-poco bersama umat. Selanjutnya Bapa Uskup diajak untuk melihat lokasi tanah gereja yang rencana akan dipakai sebagai Pusat Pastoral di Sulawesi Tenggara, juga mengunjungi Lembaga Pelayanan Paguyuban Sosial Sinar Kasih (PS Sinar Kasih). Lembaga yang dikelola umat ini sangat direspon baik karena sangat membantu umat yang tidak mampu dalam pembiayaan saat menghadapi kematian dan kedukaan keluarga. Selanjutnya, 21 Juli, diadakan audiensi dengan Pemda setempat. Pada 22 Juli 2009, Bapa Uskup kembali ke Makassar.*** Oleh: Alexander Budhi Setia, Sekretaris Paroki St Clemens, Kendari

Mutasi Personalia KAMS

1. P. Johanes Rante Galla’, Pr
Diangkat sebagai Pastor Bantu Paroki Deri.

2. P. Manuel V. Valencia, CICM
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Paroki Tello.

3. P. Falentinus Folata Laia, CICM
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Bantu Paroki Tello.

4. P. Kirang Kraeng Yogkim, CICM
Diangkat sebagai Pastor Paroki Tello.

5. P. Fransiskus Daru Pancoro, CICM
Diangkat sebagai Pastor Bantu Paroki Tello.

6. P. Felix Layadi, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Paroki Polewali.

7. P. Nikodemus Tangke, Pr
Diangkat sebagai Pastor Paroki Polewali.

8. P. Agustinus Pare Tikupasang, Pr
Diangkat sebagai Pemimpin Rohani Legio Maria Kuria Maria Ratu Pencinta Damai.

9. P. Marthin Paonganan Solon, Pr
Diangkat sebagai Pemimpin Rohani Legio Maria Kuria Maria Cermin Kekudusan Luwu – Toraja.

Agenda Bapa Uskup Desember 2009 - Februari 2010

Desember 2009
Tgl. Acara
02-06 475 Tahun Gereja Katolik di Malut
08-13 Retret Pribadi di Malino
15-17 Rapat Koordinasi Dosen STIKPAR
25 Natal
26 Open House Natal
31 Ke luar kota

Januari 2010
Tgl. Acara
01-02 Ke luar kota
05 Hari Imam / Misa di SPC pk. 18.15.
06 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam pk. 18.30
07 Misa Komunitas Rumah Uskup pk. 18.30
08 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
10 Misa di Katedral pk. 08.30
11 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
12 Hari Imam/Misa di SPC pk. 18.15
13 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam pk. 18.30
14 Rapat Dewan Konsultor/Misa Komunitas
15 Rapat Lintas Komisi
17 Misa di Katedral pk. 08.30
18 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
19 Hari Imam/Misa di SPC pk. 18.15
20 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam pk. 18.30
21 Rapat Kuria/Misa Komunitas pk. 18.30
22 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
23 Rapat Gabungan tentang Pengelolaan Keuangan
24 Misa di Katedral pk. 08.30
25 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
26 Hari Imam/ Misa di SPC pk. 18.15
27 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam pk. 18.30
28 Misa Komunitas pk. 18.30
29 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
31 Misa di Katedral pk. 08.30

Februari 2010
Tgl. Acara
01 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
02 Hari Imam/Misa di SPC pk. 18.15.
03 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam pk. 18.30
04 Rapat Kuria/Misa Komunitas pk. 18.30
05 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
07 Misa di Katedral pk. 08.30
08 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
09 Hari Imam/Misa di SPC pk. 18.15
10 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam pk. 18.30
11 Misa Komunitas pk. 18.30
12 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
14 Misa di Katedral pk. 08.30
15 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
16 Hari Imam/Misa di SPC pk. 18.15
17 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam pk. 18.30
18 Rapat Kuria/Misa Komunitas pk. 18.30
19 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
21 Misa di Katedral pk. 08.30
22 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
23 Hari Imam/Misa di SPC pk. 18.15
24 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam pk. 18.30
25 Misa Komunitas pk. 18.30
26 Misa Bersama Fr. HHK pk. 18.30
28 Misa di Katedral pk. 08.30

Kesepakatan Bersama Pertemuan Forum Konsultasi Tokoh Masyarakat Katolik Provinsi Gerejawi Makassar

Dalam penyelenggaraan Allah yang Maha Kasih, telah dilaksanakan pertemuan Forum Konsultasi Tokoh Masyarakat Katolik Provinsi Gerejawi Makassar dengan tema “Pemberdayaan Lembaga Pendidikan Katolik di Bidang Pendidikan”, dan subtema: “Menanggapi Keprihatinan Sosial Gereja – Nota Pastoral KWI 2008” yang dilaksanakan pada tanggal 23-25 Oktober 2009, di Swiss-Belhotel Maleosan, Manado, Sulawesi Utara, dihadiri oleh para Uskup, Pastor, Bruder, Suster dan tokoh Masyarakat Katolik perwakilan dari Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Manado, dan Keuskupan Amboina, serta para narasumber.

Pertemuan ini diselenggarakan atas kerjasama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Departemen Agama RI dengan Provinsi Gerejawi Makassar, bertujuan untuk memahami bersama realitas pendidikan di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar dan merumuskan kerangka strategi pemberdayaan lembaga pendidikan Katolik sebagai upaya menanggapi keprihatinan sosial Gereja di bidang pendidikan dalam Nota Pastoral KWI 2008.

Dalam upaya menanggapi keprihatinan sosial Gereja di bidang pendidikan, para peserta Forum Konsultasi Tokoh Masyarakat Katolik Provinsi Gerejawi Makassar, telah membahas masukan inspiratif meliputi:
Sambutan Gubernur Sulawesi Utara.
Sambutan Uskup Agung Makassar.
Keynote Speech yang disampaikan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Departemen Agama Republik Indonesia.
Realitas penyelenggaraan pendidikan sebagai wujud keprihatinan sosial Gereja yang disampaikan oleh Mgr. John Liku-Ada’ Pr Uskup Agung Makassar; Mgr. Josef Suwatan, Uskup Manado; Pastor Yonas Atjas, Pr Vikjen Keuskupan Amboina.
Lembaga Pendidikan Katolik Mensikapi Permasalahan Pendidikan Dalam Rangka Mempersiapkan Insan Katolik Yang Berkualitas oleh Prof. Dr. Philoteus E. A. Tuerah, M.Si., DEA
Strategi Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Katolik: Peranan Wakil Rakyat, oleh Mayjen TNI (Purn) Ferry Tinggogoy.
Strategi Pemberdayaan Lembaga Pendidikan Katolik Dalam Menegakkan NKRI: Perspektif Politik dan Pendidikan, oleh Dr. Cosmas Batubara; Strategi Pemberdayaan Lembaga Pendidikan Katolik: Perspektif Birokrasi – Pelayanan Publik, oleh Mayjen TNI (Purn) Herman Musakabe; Strategi Pemberdayaan Lembaga Pendidikan Katolik Dalam Menegakkan NKRI: Pendidikan Karakter Membangun Ciri Khas Katolik, oleh Dr. J. Riberu; dan Strategi Pemberdayaan Lembaga Pendidikan Katolik Dalam Menegakkan NKRI: Perspektif Teknologi Informasi dan Media Massa, oleh Drs. Frans Meak Parera

Setelah menyimak dengan seksama dan membahas masukan inspiratif, para peserta Pertemuan Forum Konsultatif Tokoh Masyarakat Katolik Provinsi Gerejawi Makassar bersepakat menegaskan komitmen bersama sebagai wujud panggilan untuk bertindak menanggapi keprihatinan sosial Gereja di bidang pendidikan, sebagai berikut:
Mengupayakan revitalisasi visi dan misi lembaga pendidikan Katolik di Provinsi Gerejawi Makassar.
Mendorong terbentuknya jejaring atau forum komunikasi di Provinsi Gerejawi Makassar sebagai wadah untuk mengkaji permasalahan-permasalahan antara lain dalam bidang pendidikan (regulasi, perkembangan iptek dan situasi internal Gereja Katolik).
Mengupayakan pengadaan dan peningkatan profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan Katolik tingkat dasar sampai perguruan tinggi untuk mengakarkan spiritualitas Katolik.
Meningkatkan komunikasi dengan para pemangku kepentingan baik internal Gereja Katolik, pemerintah dan mitra kerja lainnya.
Mengupayakan peningkatan kerja sama dan solidaritas sekolah-sekolah Katolik di Provinsi Gerejawi Makassar.
Meningkatkan pastoral keluarga dalam rangka melaksanakan pendidikan nilai menjadi insan Katolik yang militan, tangguh, dan berbudi pekerti luhur.
Mengupayakan dengan serius pengadaan dan pengembangan pendidikan kewirausahaan pada lembaga pendidikan Katolik.
Mengupayakan dengan sungguh-sungguh peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka pelayanan dan pengabdian lembaga pendidikan Katolik yang bermutu.
Mendorong terselenggaranya pendidikan sosial politik pada lembaga pendidikan Katolik.
Melaksanakan dengan serius pendidikan karakter di lembaga pendidikan Katolik melalui langkah-langkah pendidikan nilai yang efisien dan efektif.

Demikianlah Kesepakatan Bersama Forum Konsultasi Tokoh Masyarakat Katolik Provinsi Gerejawi Makassar, yang dengan kesungguhan hati akan kami laksanakan sebagai upaya menanggapi keprihatinan sosial Gereja di bidang pendidikan dalam Nota Pastoral KWI 2008.

Manado, 25 Oktober 2009
Kami yang bersehati mengemban amanat pastoral
Atas Nama Peserta
Pertemuan Forum Konsultasi Tokoh Masyarakat Katolik
Provinsi Gerejawi Makassar

Mgr. John Liku-Ada’
Uskup Agung Makassar

Mgr. Josef Suwatan, MSC
Uskup Manado

P. Alex Lethe, Pr
Komisi Pendidikan KAMS

P. Frederikus S. Tawaluyan, Pr
Komisi Pendidikan Keuskupan Manado

Stevy Thioritz
Peserta Awam Laki-Laki

Henny Praktiknyo
Peserta Awam Perempuan

P. Yonas Atjas, Pr
Vikjen/Komdik Keuskupan Amboina

Sr. Margarethis K. TMM
Peserta Biarawati

Rabu, 09 Desember 2009

FMKI Lahir di Bumi Batara Guru

Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) merupakan forum komunikasi, informasi, pemberdayaan, advokasi dan jaringan kerja yang plurisentris.
FMKI dideklarasikan pendiriannya di Jakarta, Agustus 1998 oleh sejumlah tokoh umat Katolik melalui “Deklarasi Umat Katolik Indonesia” yang bertitik tolak dari: “Semangat reformasi dan transformasi menantang bangsa Indonesia untuk mewujudkan negara Indonesia Masa Depan yang benar-benar demokratis dalam semua sisi kehidupan masyarakat yang pluralistik, serta menjunjung tinggi nilai Kemanusiaan dan Keadilan. Sebagai perwujudan iman, umat Katolik Indonesia merasa terpanggil untuk berperan menyelenggarakan tata kehidupan politik yang demokratis berdasarkan Pancasila”.
FMKI Keuskupan Agung Makassar yang merupakan FMKI bersama umat Katolik di Keuskupan terus berjuang dan mengembangkan sayap sehingga FMKI berada lebih dekat dengan umat di kevikepan ataupun wilayah masing-masing.
Tanggal 8 November merupakan hari kelahiran FMKI Luwu Timur atau lebih dikenal dengan Bumi Batara Guru. Dengan semangat dari Pastor Cornell yang merupakan Pastor Paroki Maria Immaculata-Sorowako mengundang Pengurus FMKI KAMS untuk hadir dan mensosialisasikan keberadaan FMKI di Kevikepan Luwu Raya.
Pengurus FMKI KAMS dengan semangat pelayanannya berangkat ke Sorowako, mereka adalah P. Paulus Tongli, Pr (Moderator FMKI KAMS) – Julius Yunus Tedja (Ketua FMKI KAMS) dan Risdianto Tunandi (Sekretaris FMKI KAMS) untuk menjawab undangan dari umat kevikepan Luwu Raya.
Luar biasa, mungkin itu kata yang pas dan cocok buat semangat umat Kevikepan Luwu Raya karena begitu antusias mengikuti pemaparan dan perkenalan keberadaan FMKI; peserta yang hadir 65 orang. Mereka dikawal langsung oleh Vikep Luwu Raya, P. Cristofel S, MSC dan dihadiri oleh wakil-wakil umat dari wilayah kevikepan.
Dalam pengantar yang dibawakan oleh Pastor Cornell menyinggung soal kerinduan yang cukup lama atas ‘keprihatinan’ berada di tengah masyarakat Luwu Timur. Umat di Kevikepan Luwu Raya terus mencari wadah untuk menyalurkan aspirasi, cita-cita dan jadi diri di tengah-tengah masyarakat sehingga jelas kehadirannya di tengah masyarakat yang majemuk.
Pada saat itu terbentuk langsung Pengurus FMKI Luwu Timur yang di nakhodai oleh Bpk. M. Ta’dung dan dalam waktu dekat akan melengkapi pengurus dan dilantik oleh Vikep Luwu Raya.
Dengan terbentuknya FMKI Luwu Timur berarti sudah ada 3 (tiga) FMKI di Keuskupan Agung Makassar yaitu : FMKI KAMS – FMKI Tana Toraja – FMKI Luwu Timur.
Kevikepan mana lagi yang akan menyusul membentuk FMKI??***

REKOMENDASI PERTEMUAN FMKI LUWU TIMUR
Sorowako, 8 November 2009

1. Menyadari perlunya membentuk sebuah forum sebagai saluran aspirasi Umat Katolik.
2. Membentuk Pengurus FMKI Luwu Timur Periode 2009-2012:
Ketua : M. Ta’dung
Sekretaris: Rimba Andi Lolo
Bendahara: Viktor Wunas
3. Mempersiapkan Program Jangka Pendek-Menengah-Panjang.
4. Sepakat untuk tidak melibatkan diri dalam kegiatan Gereja Denominasi.
5. Membuat Database Umat katolik Luwu Timur.
6. Mempersiapkan Natal dan Paskah Umat Katolik Lutim.
7. Berpartisipasi aktif dalam Pesta Demokrasi.
8. Memperjuangkan kepentingan umat katolik di Kab. Luwu Timur.

Atas nama Peserta Rapat,

P. Christofel S., MSC
Vikep Luwu Raya

P. Cornell, Pr
Pastor Paroki Sorowako

P. Paulus Tongli, Pr
Ketua Komisi Kerawam KAMS

Julius Y. Tedja
Ketua FMKI KAMS

M. Ta’dung
Ketua Terpilih FMKI Sorowako

Rimba Andi Lolo
Sekretaris Terpilih FMKI Sorowako

Anton Sudarisman
Umat
(Penulis: Risdianto Tunandi, Sekretaris FMKI KAMS)

Rangkuman Sidang Dewan Imam KAMS 24–26 November 2009

Dalam upaya menindaklanjuti keputusan Sidang Dewan Imam KAMS tgl 25 – 27 November 2008, Sidang Dewan Imam KAMS yang berlangsung dari tanggal 24 – 26 November 2009 membicarakan Program Pastoral KAMS periode 2009-2012 dengan memfokuskan pada 2 bidang prioritas yaitu Bidang Pendidikan dan Bidang Keluarga (dari 4 bidang prioritas: Pendidikan, Keluarga, Sosial Ekonomi dan Sosial Politik). Sesudah mendapatkan masukan lapangan yang inspiratif dari segenap Vikep dan para Pengurus sejumlah unit/kelompok kategorial (Legio Maria, WKRI, ME, Jeduthum Salvation Ministry – JSM, Pastoral Kepemudaan, Pastoral Anak – Sekami, Komisi Keluarga, Komisi Pendidikan, Unsur Pimpinan Asrama) dan merefleksikan/mendalaminya dalam diskusi maka Sidang Dewan Imam KAMS tgl 24 – 26 November 2008 merekomendasikan sejumlah hal sbb:

Bidang Pendidikan:
1. Komdik KAMS beserta pemangku kepentingan (stakeholders) di bidang pendidikan segera menindaklanjuti kesepakatan pertemuan Provinsi Gerejawi Makassar di Manado, dalam program-program pelaksanaan konkrit di tingkat Keuskupan, Kevikepan dan Paroki untuk:
a. Mengadakan pertemuan antara lembaga pendidikan katolik/yayasan pendidikan Katolik sesegera mungkin.
b. Membenahi lembaga pendidikan Katolik/yayasan pendidikan Katolik: menata pengelolaan karya pendidikan seperti manajemen personalia dan keuangan sehingga mampu menjaga mutu pelayanan sekolah-sekolah Katolik. Manajemen personalia meliputi organ yayasan (pembina, pengawas, pengurus) – termasuk perwakilan-perwakilannya, guru honor, up-grade tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Menciptakan dan mengembangkan hubungan kondusif dengan paroki agar dapat bekerjasama dalam semangat kasih dan persaudaraan dengan membangun jejaring dan job description yang jelas.
2. Mendukung kevikepan, paroki, tarekat, dll, dalam hal inisiatif pengadaan dan penguatan koordinasi karya kerasulan melalui pengelolaan pendidikan dasar dan menengah, terutama Taman Kanak-Kanak (TK) dan pembinaan iman anak Sekami, serta pembinaan melalui asrama-asrama.

Bidang Keluarga:
1. Paroki hendaknya memaksimalkan keterlibatan organisasi/kelompok kategorial gerejawi (Legio Maria dll) dalam tim pastoral keluarga melalui kegiatan-kegiatan kunjungan keluarga; bagi paroki yang belum ada dihimbau untuk memperkenalkan kelompok-kelompok itu.
2. Mendukung rencana Komisi Keluarga untuk menerbitkan buku panduan Kursus Persiapan Perkawinan Katolik.
3. Mendukung Komisi Keluarga untuk membentuk Tim Pendampingan Keluarga untuk menangani tugas kursus, pendampingan rohani, sosek, psikologis (pengenalan pasangan dan motivasi).
4. Mendukung program tim On Going Formation KAMS untuk terus mengadakan pertemuan penyegaran berkala bagi para imam dalam bidang pastoral keluarga, termasuk dan khususnya penanganan kasus-kasus perkawinan.

Di samping itu, sidang tsb juga membicarakan Persiapan Sinode Diosesan tahun 2012. Berkenaan persiapan sinode tsb, diputuskan beberapa hal sbb:
1. Panitia persiapan Sinode tahun 2012 akan dibentuk dalam dua tingkatan, yaitu: tingkat Keuskupan dan tingkat Kevikepan.
2. Panitia tersebut akan mulai bekerja bulan Januari 2010 sampai dengan Januari 2011 dan akan dipantau dalam sidang Dewan Imam bulan Mei dan bulan November 2010.
3. Komposisi kepanitiaan tingkat Keuskupan akan terdiri atas: kuria, vikep, “ketua komisi”, 4 orang dari tim survei, unsur biarawan/biarawati, dan unsur awam.
4. Adapun tugas panitia persiapan: memfasilitasi panitia kevikepan dalam hal merumuskan masalah dengan menggali mulai dari umat basis, sambil memperhatikan ARDAS KAMS yang sedang berlaku, merangkum dan menyerahkannya kepada OC dan SC Sinode Diosesan 2012.
5. Bulan Februari 2011 akan dibentuk panitia Sinode yang terdiri atas OC dan SC.
6. Pada waktunya akan dibentuk panitia perayaan pesta intan Gereja Lokal KAMS 2012.

Makassar, 26 November 2009

Mgr. John Liku-Ada’
Uskup Agung KAMS

Konvensi Nasional XI Pembaruan Karismatik Katolik Sanur, Bali, 15-18 Oktober 2009

Asal mula Karismatik di Indonesia
Bermula dari hari Pentakosta, Roh Kudus terus tercurah dan membimbing beberapa orang kudus seperti Santo Antonius dari Mesir, sampai kepada zaman Santo Benardus.
Santo Dominikus, Santo Fransiskus, Santa Clara dari Assisi, Santo Ignasius dari Loyola, Santa Theresia Avila dan Santo Yohanes dari Salib.
Pada abad ke-20 banyak “gerakan awam” yang terus membangun semangat spiritualitas umat dengan dorongan yang kuat dari Roh Kudus.
Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik muncul khususnya setelah Konsili Vatikan II yang menciptakan semangat baru yang lebih terbuka di dalam Gereja Katolik. Saat itu, Paus Yohanes XXIII menyusun suatu doa yang dibacakan setiap hari selama konsili berlangsung. Di dalam doa tersebut Bapa Suci menyampaikan permohonannya agar Roh Kudus memperbaharui kehidupan umat Katolik.
Kelompok Karismatik Katolik yang pertama kali diperkirakan dimulai oleh beberapa siswa Katolik yang mengalami pencurahan Roh di Duquesne (baca: du-kein) di daerah Pittsburgh, Amerika pada tahun 1967 yang terkenal dengan istilah “The Duquesne Weekend” atau akhir pekan di Duquesne.
Pada tahun 1972, Kardinal Suenens mengalami secara pribadi pembaruan karismatik ini ketika ia datang ke Amerika. Ia begitu terpesona dengan pengalaman dengan Roh Kudus, dia ingin agar gereja Katolik dapat tumbuh seperti apa yang terjadi saat Pentakosta ketika Roh Kudus turun atas para rasul.
Kemudian Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik terus berkembang dengan pesat ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia.
Menurut catatan sejarah, pada tahun 1970-an muncul berbagai persekutuan doa ekumenik yang dengan cepat banyak memukau umat Katolik. Untuk mendukung mereka, dan dalam kerangka penggembalaan gerejawi. Pada bulan Mei tahun 1976 Uskup Agung Jakarta ketika itu, (alm.) Mgr. Leo Soekoto, SJ mengundang tokoh Pembaruan Karismatik Katolik Fr O Brien, SJ dari Bangkok dan Fr. Schneider, SJ dari Manila untuk menyelenggarakan “Seminar Hidup Baru”. di Jakarta.
Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik yang adalah gerakan Kaum Awam Katolik yang didukung dan dipayungi oleh hirarki, bertumbuh dan berkembang ke Surabaya, Semarang, Malang dan Bogor. Kemudian di tahun 1980-an hadir di Bandung, Palembang, Tanjung Karang, Padang, Denpasar, Ruteng, Pangkal Pinang, Pontianak, Ujung Pandang (Makasar), Manado, Medan, Weetabula. Lalu berlanjut pada tahun 1990-an di Ambon, Atambua, Kupang, Timor (Dili), Manokwari dan beberapa tempat lagi. Sejalan dengan waktu, perkembangan PKK bak bola salju terus bergulir, gerakan Roh Kudus pun tak terhalangi sehingga PKK hadir hampir di semua Keuskupan Indonesia hingga saat ini.

Apakah tujuan pelaksanaan Konvensi Nasional XI?
Konvensi nasional (Konvenas) merupakan ajang pertemuan bagi para leader Pembaruan Karismatik Katolik (PKK) Indonesia, wakil-wakil dari komunitas, yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, diisi dengan tiga kegiatan utama yaitu kegiatan organisatoris, pemberdayaan dan penyemangatan. Dengan tujuan untuk memantapkan diri melaksanakan visi dan misi yang selaras dengan arah dan tujuan yang sama didalam Gereja Katolik, sehingga PKK merupakan karya pembaruan Roh Kudus bagi Geraja Katolik semakin terarah dan nyata dalam karya pelayanannya di dalam lingkup Gereja Katolik.
Adapun tema-tema Konvenas mulai dari yang pertama sampai yang terakhir, yaitu Konvenas XI di Bali pada tahun 2009, adalah :
Konvenas I : Jadilah saksiKu; Jakarta. 3-6 Juni 1981
Konvenas II : Kamu akan diberi kuasa; Malang 24 Juni-1 Juli 1983
Konvenas III : Jadilah jantung Gereja; Salatiga, Semarang. 9–13 Juli 1985
Konvenas IV : Aku mengutus kamu; Bandung, 5–9 Juli 1988
Konvenas V : Kuasa dalam kesatuan; Surabaya. 1–3 Juli 1990
Konvenas VI : Siapkan jalan bagi Tuhan; Wisma Kinasih, Caringin, Bogor, 30 Juni–3 Juli 1993
Konvenas VII : Kamulah bangsa terpilih; Malang, 26–29 Juni 1996
Konvenas VIII : Supaya semua bersatu; Bandungan, Semarang, 19–28 Juni 2000
Konvenas IX : Komunitas Karimatik yang berbuah; Lembang, Bandung, 5–8 Juli 2003
Konvenas X : Kamulah Karunia Istimewa Roh Kudus bagi Gereja dan Masyarakat; Surabaya, 26 Juni–2 Juli 2006

KONVENAS XI
Tema pada konvenas XI : Semakin menyala-nyala dalam melayani Tuhan, ini didalami karena akhir-akhir ini ada gejala kelesuan di PD-PD bahka ada PD-PD yang kemudian tinggal nama saja. Untuk itu itu para leaders yang berkumpul dalam Konvenas kali ini diajak untuk semakin tekun dan rajin melayani lebih sungguh.
Konvenas kali ini didahului dengan :
Temu MODERNAS IV , 12 -14 Oktober 2009 di Hotel Oranjje, Sanur, Bali, para Pastor Moderator bertemu untuk diteguhkan kembali tugas perutusannya dalam rangka pelayanan di PKK
Pleno Besar , 13 – 15 Oktober 2009, di Hotel Oranjje, Sanur, Bali, dalam rangka pertemuan pemilihan pemimpin BPN PKK Indonesia periode 3 tahun berikut dan yang terpilih sebagai ketua periode 2009 – 2012 adalah Bpk. George Wangsanegara
Peserta Konvenas XI: sebanyak 785 orang dari hampir seluruh keuskupan di Indonesia termsuk utusan dari Negara tetangga Singapura dan Timor Timur.
Para Selebran:
Mgr. Dr. Silvester San, Pr (Uskup Denpasar)
Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM (Episcopal Advisor, Uskup Bogor)
Mgr. Hieronimus Bumbun

Tema Ceramah Umum dan Narasumber :
Aneka Wujud Perutusan Gereja - Mgr. Silvester San, Pr
Dinamika dan Pranata Pembaruan Karismatik – Bp. Felix Adi dan Bp George Wangsanegara
Pembaharuan Karismatik Katolik dan Keterlibatan Sosial – Rm Andang Binawan, SJ dan Bp Ali Rahman
Roh Kudus Pembimbing dan Pemberi Semangat dalam Pelayanan – Bob Canton, Rm Antonius Gunardi, MSF dan Bp Joseph Tedjaindra
Tema Lokakarya dan Narasumber :
Lokakarya I :
Institusi dan Karisma – Rm Adrian Adiredjo, OP
Memakai Paraliturgi dalam Gereja – Bp Ernest Maryanto
Bangga sebagai orang Katolik – dr. Robert Reverger
Lokakarya II :
Pemimpin yang Visioner – Bp Endie Rahardja
Mengelola suatu Persekutuan Doa – Bp Budi Sutedjo
Kehidupan Doa dan Karakter Seorang Pelayan – Ibu Yvonne Taroreh
Lokakarya III :
Kegiatan Sosial sebagai salah satu wujud Evangelisasi – Ibu Judy Nuradi
PKK Tanggap Terhadap Gejala-gejala Sosial – Rm Subroto Widjojo, SJ
Kebutuhan Dana dalam Pelayanan – Bp Agus Suherman.*** Oleh: Hendra Kosman, Koordinator Umum BPK PKK KAMS masa bakti 2008–2011

Membangun Keluarga Katolik Sejati

Itulah tema yang diangkat dalam rapat kerja Komisi Keluarga Propinsi Gerejawi Makassar, Amboina dan Manado (MAM).
Segudang permasalahan keluarga mencuat ke permukaan pada rapat kerja Komisi Keluarga Propinsi Gerejawi Makassar, Amboina dan Manado yang digelar di Baruga Kare, Makassar pada 19-21 Oktober 2009. Rapat kerja ini mengambil tema: “Membangun Keluarga Katolik Sejati”. Tujuan mulia itu sulit dicapai kalau saja tidak mengindahkan adanya permasalahan keluarga yang muncul di setiap keuskupan.
Rapat kerja tiga hari ini diikuti oleh para ketua Komisi Keluarga tiap keuskupan, dan stafnya serta mitra dan pemerhati keluarga seperti Marriage Encounter, Choice, WKRI, dll. Pastor Agung Prihartana, MSF, Sekretaris Eksekutif Komisi Keluarga KWI, mempersembahkan topik “Arah Pastoral Keluarga Komisi Keluarga KWI” yang semestinya menjadi acuan setiap keuskupan dalam merencanakan program tiga tahunan. Pastor Aristanto Harisetiawan, MSF dari Pusat pendampingan keluarga Keuskupan Agung Semarang menyumbangkan ekspertisnya dalam Konseling Pastoral Keluarga. Topik ini pun mengena untuk permasalahan keluarga yang mencuat di Keuskupan Agung Makassar dimana dirasakan perlu adanya “bengkel-bengkel” keluarga. Bapak Peter Brata Sutjahja dari Komisi Keluarga Keuskupan Bandung memberikan waktu dan ketrampilannya untuk membantu Propinsi Gerejawi ini menyusun program untuk tiga tahun ke depan.
Dalam kotbah misa pembukaannya, Mgr John Liku-Ada’ mengungkapkan keterkagetan uskup-uskup atas hasil survei tentang keluarga-keluarga yang menunjukkan bahwa 38% keluarga Katolik mengalami masalah yang cukup berat sehingga membutuhkan perhatian yang serius dari Gereja. Oleh karena itu ia mengungkapkan perlunya “bengkel-bengkel” keluarga yang mampu membantu keluarga-keluarga keluar dari masalah-masalah mereka. Uskup mengajak peserta untuk membagikan pengetahuan mereka tentang makna dan arti perkawinan dan keluarga Katolik.
Rapat kerja kali ini sempat mengidentifikasi banyaknya masalah-masalah pokok dalam setiap keuskupan. Tetapi juga sepakat bahwa kita tidak mungkin menyelesaikan semua masalah keluarga itu. Oleh karena itu setiap keuskupan mengambil beberapa masalah pokok yang menjadi keprihatinan besar dan akan diberikan prioritas dalam penanganannya. Keuskupan Agung Makassar memprioritaskan penanganan masalah ekonomi yang rendah, komunikasi keluarga yang tidak berjalan semestinya, serta perlunya keteladanan orang tua bagi anak-anak. Keuskupan Manado akan memberi prioritas selain pada ekonomi yang rendah juga pada tingginya angka perselingkuhan; dan keuskupan Ambon pada masalah ekonomi dan komunikasi keluarga.
Raker yang digelar ini belum sempat menyelesaikan semua yang diharapkan; karena keterbatasan waktu, setiap keuskupan belum sempat mencanangkan program yang konkret dan relevan untuk keuskupan masing-masing. Ini menjadi pekerjaan rumah setiap Komisi Keluarga Keuskupan.
Raker ditutup dengan misa syukur yang dipersembahkan oleh Pastor Ignatius Sudaryanto, CICM, sebagai ketua Komisi Keluarga KAMS. Beliau mengajak peserta untuk meneladan kehidupan Yesus yang dipersembahkan untuk melayani umat manusia, demikian hendaknya peserta berani memberikan diri untuk melayani keluarga-keluarga untuk membangun Keluarga Katolik Sejati.*** Oleh: P. Ignatius Sudaryanto, CICM

Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Sekolah-Sekolah Katolik Se-KAMS

Pengantar
Pada September 2009, Komdik/MPK KAMS mengadakan pelatihan manajemen dan kepemimpinan bagi para Kepala Sekolah dan wakilnya.
Kegiatan ini sebagai pelaksanaan program Komdik/MPK KAMS sekaligus sosialisasi Nota Pastoral KWI 2008 tentang pendidikan dan pelaksanaan program Keuskupan 3 tahun ke depan yang salah satunya mengenai pendidikan.

Latar Belakang Kegiatan
Disadari oleh pengurus Komdik/MPK KAMS bahwa dunia pendidikan dewasa ini mengandung unsur ketidak pastian dan cepat berubah sehingga penyelenggara pendidikan menghadapi banyak tantangan ke depan.
Hal ini disebabkan antara lain hadirnya seperangkat undang-undang dan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan serta hadirnya makin banyak lembaga yang bergerak di bidang pendidikan.
Oleh sebab itu pengurus Komdik/MPK KAMS memandang perlu mengambil langkah dalam situasi ini. Langkah pertama yang diambil sesuai program adalah pelatihan manajemen dan kepemimpinan dari semua tingkatan (TK, SD, SMP dan SMA) bagi para Kepala Sekolah dan Wakilnya.

Jalannya Kegiatan
Kegiatan ini diikuti utusan Yayasan Paulus Makassar, Yayasan Taman-Tunas, Yayasan Yoseph Yeemye, Yayasan Menara dan Yayasan Palisupadang. Menyadari pentingnya dan mendesaknya kegiatan pelatihan ini maka Yayasan-Yayasan anggota Komdik/MPK KAMS mengutus semua Kepala Sekolah dan Wakilnya bahkan juga mengutus pengurus Yayasan dan perwakilan Yayasan. Berhubung jumlahnya cukup banyak, maka demi efektifitas dan efisiensi anggaran maka kegiatan ini diadakan dalam 2 gelombang.
Gelombang pertama diadakan di Makale Tana Toraja bertempat di wisma Artha, 23-25 September 2009 yang diikuti Kepala Sekolah dan Wakilnya di Wilayah Toraja, Pare-Pare dan Palopo. Jumlah peserta 41 orang.
Gelombang kedua diadakan di Makassar, bertempat di Hotel Alden, 26-28 September 2009 yang diikuti Kepala Sekolah dan Wakilnya serta utusan pengurus dan perwakilan Yayasan dari wilayah Makassar, Polewali, Mamasa, Messawa dan Sulawesi Tenggara. Jumlah peserta 71 orang.
Kegiatan Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Wakilnya diikuti dengan semangat dan antusias oleh semua peserta dari sesi ke sesi karena materi yang disampaikan Nara Sumber tidak teoritis tetapi praktis dan dilihat sangat relevan dan memenuhi kebutuhan praktis di lapangan. Kedua gelombang pelatihan ini didampingi narasumber tunggal yakni Drs. Br. Heribertus Sumarjo, MM, FIC, Sekretaris Eksekutif Komdik-KWI.

Tujuan Kegiatan
Menurut Undang-undang Negara dan Dokumen Gereja, kepemimpinan dapat diartikan sebagai keadaan yang mengedepankan hal-hal yang benar. Sebab itu kepemimpinan dapat diartikan sebagai orang yang mengerjakan hal-hal yang benar. Sedangkan manajer dapat diartikan bahwa hal-hal yang benar dikerjakan dengan cara yang benar.
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang memegang peran penting dalam Yayasan Pendidikan Katolik (YPK). Di dalam kepemimpinan tercakup tiga faktor utama yaitu kekuasaan (power) wewenang (authority) dan pengaruh (influence). Dalam arti ini kepemimpinan dapat diartikan sebagai “ketrampilan memanfaatkan kekuasaan dan wewenang untuk mempengaruhi orang lain dalam upaya mencapai sasaran”. Sebab itu pengaruh positif dalam kepemimpinan paling menonjol.
Bahwa kepemimpinan YPK akan efektif apabila pengurus YPK memahami, menghayati dan mengaktualisasikan posisi penyelenggara-pengelola dan pelaksana pendidikan YPK secara konsisten. Penyelenggara adalah pengurus merupakan pemegang visi. Pengelola adalah Kepala Sekolah merupakan pengelola visi. Pelaksana adalah guru merupakan pelaksana visi.
Ada tiga hal yang dijunjung tinggi oleh LPK sebagai kekhasan dan inti pendidikan katolik yakni:
Setia pada usaha pencerdasan kehidupan bangsa.
Setia pada ciri khas katolik.
Setia pada semangat luhur (spiritualitas) pendiri.
Dengan kegiatan ini diharapkan semua pihak semakin menyadari dan memahami posisi tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga kerjasama dan pengelolaan LPK dapat lebih baik sehingga dapat eksis, bermutu dan mampu bersaing.

Kata Penutup
Kegiatan pelatihan telah selesai dan tentu kita semua berharap akan memperlihatkan hasil yang baik dari kegiatan ini yakni semakin baiknya pengelolaan YPK yang ada dalam Keuskupan kita ini.
Setelah kegiatan ini akan segera ditindak lanjuti dengan pembentukan KKG (Kelompok Kerja Guru) dan Kelompk Kerja Kepala Sekolah (K3S) lintas Yayasan sehingga kerja sama,kebersamaan dan rasa solidaritas dapat semakin ditingkatkan agar sekolah katolik dapat terus maju dan mampu bersaing tanpa mengkotak-kotakkan diri.*** Oleh: Komisi Pendidikan - Majelis Pendidikan Katolik KAMS

Konferda VIII Wanita Katolik -RI DPD Sul-Sel

Sebagai salah satu Organisasi Kemasyarakatan Wanita Katolik-RI Dewan Pengurus Daerah Wilayah Sul-Sel telah melaksanakan Konferensi Daerah (Konferda) yang berlangsung dari tanggal 9 s/d 11 Oktober 2009 di Hotel Grand Wisata, Jalan Sultan Hasanuddin Makassar.
Konferensi Daerah (Konferda) atau Rapat Paripurna merupakan forum musyawarah tertinggi tingkat daerah bagi seluruh anggota dalam satu wilayah kerja Dewan Pengurus Daerah (DPD) dengan sistim perwakilan dan diselenggarakan sekali dalam 5 tahun.
Tugas dan Kewajiban Konferda yaitu:
Meminta dan mensahkan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Daerah (DPD) 1 (satu) masa bakti.
Menetapkan dan mensahkan Rencana Kerja Tingkat Daerah untuk 1 (satu) masa bakti sesuai dengan hasil Kongres.
Memilih dan menetapkan Pimpinan Daerah.
Konferda ini merupakan Konferda yang ke-VIII sejak terbentuknya di Wilayah ini pada tahun 1962. Sesuai perkembangannya, kini Dewan Pengurus Daerah (DPD) Sul-Sel terpisah dari Dewan Pengurus Daerah (DPD) Sulawesi Tenggara.
Konferda mengambil tema : ”Wanita Katolik-RI Berperan Aktif Meningkatkan Kualitas Hidup dan Kehidupan dengan Mengentaskan Kemiskinan dan Meniadakan Kekerasan“. Subtema : “Menggalang Kebersamaan supaya Lebih Memasyarakat “.
Tema ini dianggap relevan dan aktual mengingat kondisi hidup kebanyakan warga Gereja khususnya dan warga masyarakat umumnya belum memenuhi standar hidup layak. Kondisi ini butuh sentuhan dan pelayanan dari berbagai pihak untuk membawa masyarakat ke taraf hidup yang lebih baik. Oleh karena itu dengan tema ini Wanita Katolik-RI sebagai warga Gereja sekaligus sebagai warga masyarakat diharapkan semakin peduli dan aktif dalam memberi perhatian kepada masyarakat di daerah ini melalui program-program nyata.
Acara pembukaan Konferda diawali Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal (Vikjen) P. Ernesto Amigleo, CICM dan dihadiri sekitar 250 orang yang terdiri: Dewan Pengurus Pusat (DPP), Dewan Pengurus Daerah (DPD), Dewan Pengurus Cabang (DPC), Peserta Konferda dan Kelompok Koor dari Kare dan Tello.
Dalam homilinya P. Ernesto Amigleo, CICM mengatakan bahwa Karunia Roh harus mempunyai dampak pada orang lain seperti satu tubuh manusia bekerjasama satu sama lain. Gereja adalah satu tubuh dengan Kristus dan karunia-karunia yang dianugerahkan kepada kita harus dipakai untuk kepentingan sesama dalam persekutuan Gereja Kristus.
Setelah Perayaan Misa, acara dilanjutkan dengan Upacara Resmi Pembukaan Konferda VIII Wanita Katolik-RI Dewan Pengurus Daerah Sulawesi Selatan. Upacara ini dihadiri oleh Ibu Titin Sudarja mewakili Gubernur Sulawesi Selatan Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH,M.Si,MH, utusan yang mewakili Walikota, Pembimas Katolik, Vikaris Jendral (Vikjen) Keuskupan Agung Makassar P. Ernesto Amigleo CICM mewakili Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar Mgr. John Liku-Ada’, Para Pastor, para Frater Hamba-Hamba Kristus (HHK) , Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI), Koord. Presidium Dewan Pengurus Pusat Ignatia Endang Siregar, segenap WKRI DPD dan WKRI DPC Sul-Sel serta Undangan.
Ketua Panitia Pelaksana (OC) Konferda VIII Hermin Sente melaporkan bahwa jumlah peserta Konferda VIII sebanyak 69 orang terdiri dari 39 orang sebagai utusan dengan membawa surat mandat dan 30 orang sebagai peninjau dari 20 Dewan Pengurus Cabang (DPC) sewilayah Sul-Sel. DPC tersebut adalah: DPC Sto.Petrus Gembala Sumigo, DPC Fransiskus Asisi, DPC Sto.Yakobus Mariso, DPC Sta.Maria Diangkat ke Surga Mamajang, DPC Sto.Yoseph Pekerja Gotong-gotong, DPC Kristus Raja Andalas, DPC Sto.Paulus Tello, DPC Maria Ratu Rosari Kare, DPC Bunda Maria Mandai, DPC Sto. Petrus Rasul Pare-pare, DPC Sto.Mikael Palopo, DPC Siti Mariam Saluampak, DPC Sto. Petrus Mangkutana, DPC Sta. Theresia Rantepao, DPC Kristus Imam Agung Abadi Sangalla, DPC Maria Ratu Mengkendek, DPC Hati Maria tak Bernoda Makale, DPC Kristus Raja Nonongan dan DPC Sta. Maria Mamuju. Tercatat ada 4 Dewan Pengurus Cabang (DPC) yang tidak mengikuti Konferda ini yaitu: DPC Sto. Paulus Rantetayo, DPC Sto. Yosef Lamasi, DPC Sta. Maria Malino dan Siti Fatimah Bantaeng.
Hermin Sente juga melaporkan beberapa kegiatan Bhakti Sosial yang telah dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan Konferda VIII, yaitu:
Pelayanan Sirkumsisi (sunat, red.) pada anak anggota Wanita Katolik-RI DPD Sul-Sel yang tidak mampu.
Penyuluhan dan Pemeriksaan “Gejala dan Penanganan Kanker Payudara dan Kanker Mulut Rahim“ pada anggota Wanita Katolik-RI DPD Sul-Sel.
Pemasangan Alat Kontrasepsi yang diperbolehkan Gereja bekerjasama BKKBN Propinsi Sul-Sel dan Kotamadya Makassar bagi anggota Wanita Katolik-RI DPD Sul-Sel dan masyarakat umum.
Penyuluhan Flu babi dan Flu burung pada siswa Seminari dan SLTP Katolik Belibis.
Dalam kesempatan yang sama Ignatia Endang Siregar selaku Koord. Presidium Dewan Pengurus Pusat (DPP) dalam kata sambutannya mengatakan, Wanita Katolik-RI merupakan sebuah lahan yang tepat bagi kita untuk bersama-sama menjalankan tugas perutusan melalui organisasi baik di Ranting, di Cabang, di DPD maupun DPP. Wanita dapat mengaktualisasikan dirinya, mengemban talenta serta dapat membagikannya untuk kesejahteraan bersama melalui penghayatan nilai-nilai yang dijunjung tinggi yaitu: Solidaritas dan Subsidiaritas serta sifat saling asih, asah dan asuh.
Demikian dijelaskan oleh P.Ernesto Amigleo, CICM (Vikjen) bahwasanya peran perempuan sangat penting, oleh karena itu diharapkan kepada seluruh Wanita Katolik-RI DPD Sul-Sel untuk dapat mengambil bagian dalam upaya menanggulangi 3 masalah besar yaitu:
Menghapus diskriminasi terhadap kaum perempuan sendiri melalui perbuatan baik.
Memberantas kemiskinan.
Meniadakan kekerasan.
Semuanya ini bukanlah impian melainkan merupakan tantangan yang harus diperjuangkan.
Selanjutnya, Gubernur Sulawesi Selatan Dr.H.Syahrul Yasin Limpo,SH,M.Si,MH dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Titin Sudarja menegaskan agar organisasi ini tetap eksis untuk memberikan support bagi proses pembangunan dalam pemerintah, terutama yang berhubungan dengan pembangunan mental spiritual masyarakat. Beliau juga mengharapkan agar program-program kegiatan yang diagendakan hendaknya diarahkan pada:
Pengembangan kepribadian dan jati diri Organisasi agar lebih mandiri, berbudaya dan berwawasan kebangsaan.
Peningkatan partisipasi kaum intelektual muda, khususnya kelompok perempuan yang berada di dalam organisasi agar senantiasa menjadi motor penggerak roda pembangunan.
Memperkuat basis pendidikan Agama kepada masyarakat berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha esa.
Di akhir kata sambuatannya beliau berharap, semoga Konferda VIII ini Wanita Katolik-RI tahun 2009 dapat menjadi wadah dalam menyatukan komitmen bersama sehingga akan menghasilkan suatu rumusan kebijakan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa sehingga apa yang kita cita-citakan bersama yaitu:
Meningkatkan Kualitas Hidup dan kehidupan dengan Mengentaskan Kemiskinan dan Meniadakan Kekerasan dapat kita wujudkan bersama.
Seusai membaca sambutan ini Titin Sudarja dengan resmi membuka acara Konferda VIII mewakili bapak Gubernur Sulawesi Selatan Dr.H. Syahrul Yasin Limpo,SH,M.Si,MH yang berhalangan hadir karena ada tugas keluar daerah.
Berikut Beberapa Keputusan-Keputusan yang Dihasilkan dari Konferda VIII:
Bahwa sidang Konferda VIII adalah sah. Sehingga Konferda ini mempunyai kekuatan hukum Organisasi untuk menetapkan berbagai keputusan guna kelangsungan hidup organisasi.
Bahwa rancangan Tata Tertib dan rancangan Jadwal Konferda VIII diterima dengan berbagai perbaikan sebagai Tata Tertib dan Jadwal Konferda.
Mensahkan Rencana Kerja Konferda VIII untuk masa bakti 2009- 2014.
Strategi Kerja Hasil Konferda VIII ini dilaksanakan di tingkat Cabang dan Ranting disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan serta kemampuan Cabang dan Ranting.
Mengangkat dan Mensahkan terpilihnya Pimpinan Wanita Katolik-RI Dewan Pengurus Daerah (DPD) masa bhakti 2009–2014 dengan susunan sebagai berikut :
Koordinator Presidium: Christina Maria Sri Suyani
Anggota Presidium I: Bernadeth Tongli, SE, MSi
Anggota Presidium II: Margaretha Batau’, S.Pd.
Menegaskan kepada pimpinan Wanita Katolik-RI DPD Sul-Sel masa bakti 2009-2014 untuk melaksanakan Keputusan Konferda VIII dengan penuh rasa tanggung jawab.
Memberi wewenang kepada Presidium terpilh untuk melengkapi susunan pengurus masa bakti 2009 – 2014 selambat-lambatnya dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan sejak dikeluarkannya surat keputusan ini.
Akhirnya, Acara Konferda VIII ini ditutup dengan Perayaan Misa yang dipimpin oleh P. Hendrik Njiolah, Pr sekaligus Pelantikan Pengurus terpilh periode 2009-2014 oleh Ignatia Endang Siregar selaku Koord, Presidium Dewan Pengurus Pusat. Pemberkatan Pengurus yang sudah dilantik oleh P. Hendrik Njiolah, Pr selaku Pastor Moderator Wanita Katolik-RI DPD Sul-Sel.
Pada kesempatan ini juga Wanita Katolik-RI DPD Sul-Sel memberi bantuan berupa uang tunai sebagai rasa solidaritas untuk korban gempa bumi di Padang, Sumatra Barat yang penyalurannya melalui Dewan Pengurus Pusat Jakarta.
Berbagai permasalahan dan tantangan ke depan semakin kompleks, oleh karena itu diharapkan Wanita Katolik-RI di Wilayah Sul-Sel dapat bahu membahu dan bekerjasama.
Proficiat kepada Presidium terpilih, selamat bertugas dan semoga Tuhan senantiasa menyertai kita.*** Oleh: Yuliana Rahmini, DPD Sulsel

Gerak KMK UKI Toraja

Badan Pengurus Harian (BPH) Kerukunan Mahasiwa Katolik (KMK) Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja melaksanakan kegiatan kaderisasi pada 23-25 Oktober 2009 di Kompleks SPP Pala-Pala, Makale, diikuti 98 peserta.

Sebagai fasilitator; Fr. Edward Gulő (pengurus KMK UKI Toraja periode sebelumnya), Arnold Marusa’ S.Pd (ketua KMK UKI Toraja periode sebelumnya), Aprianus (Pengurus KMK UKI Toraja periode sebelumnya) dan Kartini Angelina (anggota Garang3 Makassar) merumuskan kegiatan tersebut dengan mengintegrasikan mahasiswa sebagai individu, bagian dari masyarakat dan bagian dari Gereja.

Arnold Marusa’, S.Pd mengungkapkan melalui kegiatan ini mahasiswa Katolik UKI Toraja dapat lebih proaktif dan terbuka lagi merespon masalah-masalah sosial yang ada.

Pastor Barto Pararak, Pr menjelaskan tentang Ajaran Sosial Gereja yang merupakan penguatan dalam kegiatan ini; Tana Toraja yang terkenal hingga manca negara dengan nilai-nilai budayanya yang masih dijunjung tinggi tak luput dari masalah sosial. Sehari sebelumnya dalam homilinya saat Misa, beliau pun menyambut baik kegiatan seperti ini, dan mengharapkan kegiatan ini bukanlah yang terakhir yang dapat dilakukan oleh BPH KMK UKI Toraja, sebaliknya ini adalah awal momentum mengembalikan kepercayaan diri mahasiswa Katolik untuk bergerak maju.*** Penulis: Fr. Norbert, CMM

Kronik KAMS September - November 2009

1 September
Hari ini merupakan awal bulan Kitab Suci Nasional 2009. Umat Paroki Katedral mengadakan Pendalaman KS dengan P. Hendrik Njiolah sebagai pembawa materi. Kegiatan ini berlangsung di Katedral pada malam hari.

Di STIKPAR, Tana Toraja, P. Lucas Paliling, P. Stanis Dammen,P. Paulus Tongli, P. John da Cunha, P. Frans Tandipau dan staf lainnya berkumpul untuk menyelesaikan tugas ujian portofolio bagi para guru agama Katolik sebagaimana diminta oleh Departemen Agama.

2 September
Para ketua Komisi KAMS berkumpul untuk rapat yang dipimpin Vikjen P. Ernesto Amigleo di Baruga Kare pukul 8.30 pagi. Bapa Uskup turut hadir dan menyampaikan harapannya. Agenda rapat seputar kegiatan bantuan dan dukungan bagi Kevikepan berkaitan dengan empat bidang utama KAMS: Pendidikan, Keluarga , Sosial Politik dan Sosial Ekonomi.

5 September
Caritas Indonesia mengundang para ketua Komisi Sosial Ekonomi untuk mengikuti Pelatihan Rohani di Taiwan. P. Fredy Rante Taruk, ketua Caritas Makassar ikut serta dalam kegiatan ini.

Dalam rangka persiapan Pesta Emas hidup membiara pada 16 September 2009, sejumlah enam suster JMJ mengikuti retret yang dipimpin P. Frans Arring.

7 September
Pertemuan para ketua komisi KAMS diadakan di ruang rapat KAMS bersama Ketua BP3, P. Stefanus Tarigan. Bapa Uskup turut serta dalam rapat.

Setelah libur sepekan, Kursus Teologi bagi Awam yang dimulai bulan lalu, kini dilanjutkan kembali di Jl. Serui. Vikjen P. Ernesto memberi Kuliah Pengantar Perjanjian Baru. Fr. Faustyn memberi kuliah Evangelisasi.

8 September
Suster-suster JMJ dipimpin Sr. Agneta Ngala JMJ mengadakan rapat 5 hari mengenai Keuangan. Tema rapat: Solidaritas untuk Kerajaan Allah dan Otonomi. Anggota Dewan Jenderal Sr. Fabiola dan Bandahara Sr. Valsa hadir sebagai narasumber. Sekitar 50 suster ikut serta. Vikjen P. Ernesto diundang untuk membuka dengan Perayaan Ekaristi pada malam hari di Kapel Stella Maris.

9 September
Pesta St. Petrus Claver dirayakan Seminari Menengah St. Petrus Claver sebagai ulangtahun ke-56 secara sederhana. Bapa Uskup memimpin ekaristi bersama para imam pengajar sebagai konselebran di kapel seminari. Dalam homilinya, Bapa Uskup mendorong sekitar 100 seminaris untuk selalu mengandalkan kekuatan dari Tuhan. Beliau mengenang pengalaman ketika mendiang Uskup Frans van Roessel menugaskan sebagai Pemimpin Umum kongregasi frater HHK. Sebagai seorang pemuda dan imam yang belum berpengalaman, beliau berjuang keras untuk memutuskan menerima atau tidak. Beliau mengadakan retret sepekan untuk mengambil keputusan. Selama retret beliau meminta Tuhan memberikan tanda bila harus menerima tawaran Uskup waktu itu. Tuhan memberikan tanda: kedamaian hati dan pikiran. Bagi beliau itulah tanda bahwa Tuhan memintanya menerima tawaran tersebut.

10 September
Bimas Katolik Departemen Agama Provinsi Sulawesi Selatan mengadakan pertemuan 4 hari bersama para pengawas Pengajaran Agama Katolik dari berbagai provinsi Indonesia di hotel Maricaya, Makassar. Vikjen diundang hadir dan memberikan materi “Spiritualitas Pengawas Pengajaran Agama Katolik”. Sekitar 25 peserta hadir dalam kegiatan ini.

Sementara itu, tim Komisi Liturgi berangkat ke Bone untuk mengadakan kegiatan animasi.

11 September
Ketua Komisi Keluarga P. Ignas Sudaryanto dan tim dari Jakarta dan Makassar mengadakan kembali retret 3 hari untuk pasutri dengan tema: “semakin tua semakin manis”. Tim sempat beraudiensi dengan Uskup sebelum berangkat ke Malino. Seminar dimulai sore hari di Malino. Sekitar 25 pasutri ikut serta. P. Marsel Lolo Tandung juga ikut serta.

12 September
Para Pengurus Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK) mengadakan Seminar 2 hari mengenai “Kepemimpinan Rohani” bersama Bpk. Albertus Budi Sutedjo sebagai pembicara utama di Baruga Kare. Seminar diawali dengan Perayaan Ekaristi oleh moderator P. Hendrik Njiolah. Lebih 100 peserta mengikuti seminar.

14 September
P. Frans Nipa dan P. Alex Lethe berangkat ke Manado untuk mempersiapkan pertemuan dengan tiga keuskupan seprovinsi Gerejawi: Makassar, Ambon, Manado dengan materi “Pendidikan”, difasilitasi oleh Dirjen Bimas Katolik Departemen Agama RI.

Sebagai kelanjutan Seminar Kepemimpinan Rohani, Para Pengurus PDKK mengadakan Kebangunan Rohani di Paroki St. Fransiskus Assisi. Moderator PDKK P. Hendrik Njiolah membawakan renungan bertema “Menjadi Pemimpin Yang Terurapi”.

16 September
Sejumlah enam suster biarawati JMJ merayakan Pesta Emas Hidup Membiara. Bapa Uskup Mgr. John Liku-Ada’ memimpin Perayaan Ekaristi yang diadakan di aula St. Joseph kompleks Rajawali. Turut mendampingi sebagai konselebran: P. Frans Arring, P. Paulus Tongli, P. Cristofel Sumarandak, P. Frans Lolok, dan seorang imam tamu. Para suster yang berbahagia: Sr. Angelino Poluan, Sr. Felicia Sareseh, Sr. Josephine Palit, Sr. Maria van Lourdes Piay, Sr. Veronica Wa’maundu dan Sr. Veronique Saroinsong (semuanya dari Provinsialat Makassar). Wakil dari Pimpinan yang hadir: Sr. Fabiola dan Sr. Valsa. Setelah misa dilanjutkan resepsi dan ramah tamah.

18 September
Bapa Uskup berangkat ke Tana Toraja dan Luwu dalam rangka: Pembukaan Camping anak-anak Sekami di Ge’tengan dalam perayaan ekaristi. Anak-anak peserta camping berasal dari berbagai berbagai kevikepan dalam KAMS. Bapa Uskup juga memberkati gereja di salah satu stasi paroki Ge’tengan. Dari Tana Toraja beliau ke Saluampak untuk Penerimaan Krisma, dan selanjutnya menuju Palopo.

Seorang suster perawat dari Belanda, Sr. Corrie Versluus dari lembaga PUM, setelah 3 hari mendampingi dan mengajar di Sekolah Keperawatan Fatima Parepare, akan berangkat pulang ke Belanda besok. Beliau diundang oleh Yayasan Sentosa Ibu dalam suatu pertemuan sekaligus santap malam bersama. Dalam acara ini beliau memberikan masukan bagaimana meningkatkan kinerja Sekolah Keperawatan Fatima.

19 September
Frater HHK yang telah berkaul kekal mengikuti retret 4 hari yang dimulai hari ini dan difasilitasi oleh Vikjen P. Ernesto bertempat di Frateran HHK Jl. Kumala. Tema retret: Ekaristi pusat dan sumber kehidupan umat beriman, khususnya kaum religius. Sejumlah 32 frater mengikuti retret.

Ketua Komisi APP P. Fredy Rante Taruk mengadakan rapat bersama para ketua Komisi untuk membahas mengenai Rencana Aksi APP 2010. Rapat diadakan di aula KAMS.

Berita duka kami terima bahwa adik P. Bartolomeus Sire’pen meninggal. Jenasah diberangkatkan ke Sepang, Toraja Barat untuk dimakamkan. RIP.

20 September
Selamat Idul Fitri 1430H, mohon maaf lahir batin! Saudara muslim sedunia merayakan Lebaran setelah 30 hari berpuasa. Forum antar-Umat Beragama mengadakan silaturahmi dengan mengunjungi rekan dan kerabat muslim. P. Frans Nipa mewakili KAMS mengunjungi kediaman Gubernur, pimpinan militer dan sipil di kota Makassar.

22 September
Dalam Perayaan Ekaristi Penutupan Retret Frater HHK, Fr. Bonifasius Naru HHK dilantik sebagai anggota baru Dewan Pimpinan HHK oleh Vikjen P. Ernesto. Fr. Boni dipilih oleh para frater berkaul kekal untuk menggantikan mendiang Fr. Frans Batik HHK yang berpulang beberapa bulan lalu.

23 September
Ketua Komisi Pendidikan dan Majelis Pendidikan Katolik KAMS, P. Alex Lethe bersama tim menyelenggarakan Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan untuk semua Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Katolik di lingkungan KAMS yang dimulai hari ini hingga 28 September 2009. Dua kelompok yang terlibat di dalamnya: Kevikepan Tana Toraja dan Kevikepan Luwu. Pelatihan 3 hari dimulai hari ini di Makale yang dibuka oleh Vikep Tana Toraja.

24 September
Ketua Komisi PSE P. Fredy Rante Taruk mengadakan rapat bersama WKRI dan Pengurus Depas untuk sosialisasi Hari Pangan Sedunia. Rapat diadakan di aula KAMS.

25 September
ME Distrik Makassar mengadakan WeekEnd ME di Malino yang didampingi oleh P. Leo Paliling dan tim ME.

P. Fredy Rante Taruk selaku ketua Caritas Makassar berangkat ke India untuk mengikuti kegiatan pelatihan selama 2 pekan yang disponsori oleh Karina (Caritas Indonesia).

26 September
Gelombang Kedua Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Katolik di lingkungan KAMS dimulai hari ini di hotel Alden, Makassar. Vikjen P. Ernesto membuka kegiatan 3 hari ini dalam Perayaan Ekaristi serta memberikan Sambutan bagi para peserta. Sejumlah 61 kepala sekolah dan wakil kepala sekolah hadir.

27 September
Bapa Uskup berangkat ke Tana Toraja dan Luwu dalam rangka kunjungan pastoral.

28 September
Kegiatan Pelatihan bagi Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Katolik berakhir hari ini dan ditutup dengan Perayaan Ekaristi oleh Vikep Makassar P. Jos van Rooy.

Dalam rangka sertifikasi guru agama Katolik di Wilayah Timur Indonesia sebagaimana diminta oleh Depag, sebuah tim dari STIKPAR berangkat ke beberapa tempat. P. Agustinus Sem dan Paulus Palondongan ke Jayapura. P. Stanislaus Dammen dan Petrus Simido ke Ambon, dan P. John da Cunha serta Erniati Galla’ ke Merauke.

Sementara itu, para imam MSC di KAMS mengadakan pertemuan di Saluampak, Luwu, bersama Pimpinan Daerah.

1 Oktober
Bedah buku berjudul “Eksistensi Hukum dan Hukum Pidana dalam Dinamika Sosial” karya Antonius Sudirman SH, MHum, (dekan FH UAJM) diadakan di aula UAJM. Panelis: Prof. Dr. Aswanto SH, MSi, DFM (dosen Fakultas Hukum Unhas dan ketua Ombudsmen Sulsel), Dr. Abd. Rachman SH, MH (dekan FH Universitas ’45) dan Salbini Tahir (Advokat). Acara dihadiri para dosen dan mahasiswa UAJM dan undangan dari luar kampus. Rektor UAJM P. Felix Layadi berkenan memberikan Sambutan sebagai tanda dukungan terhadap dosen yang memiliki kepedulian akademis dan aktif dalam penulisan buku.

2 Oktober
P. Rusdyn kembali dari Jerman setelah 3 bulan mengikuti kursus bahasa. Sementara itu, P. Willy Welle juga kembali dari Jerman setelah membantu melayani paroki-paroki di sana.

3 Oktober
Kuria dan Caritas Makassar mengadakan rapat membahas bagaimana tindakan solidaritas dilakukan bagi saudara-saudari yang menjadi korban gempa bumi di Sumatera Barat, khususnya kota Padang. Disepakati bahwa umat di paroki diajak untuk berdoa bagi para korban gempa. Juga dihimbau untuk mengedarkan kolekte khusus untuk membantu para korban. KAMS membuka rekening khusus untuk pengumpulan dana korban bencana alam. Berdasarkan laporan yang diterima, Kantor Keuskupan Padang, Katedral dan asrama katolik di Padang rusak berat akibat gempa berkekuatan 7,6 SR.

P. Ignas Sudaryanto ketua Komisi Keluarga berangkat ke Jakarta melalui Yogyakarta sore ini untuk mengikuti Pertemuan Nasional para ketua komisi keluarga yang disponsori oleh Komisi Keluarga KWI.

4 Oktober
Hari ini Pesta St. Fransiskus Assisi dirayakan secara meriah di Paroki St. Fransiskus Assisi bertepatan dengan penerimaan Sakramen Krisma oleh Bapa Uskup kepada 100 umat dalam Perayaan Ekaristi pagi. Setelah itu dilanjutkan dengan resepsi yang dilakukan di tengah Fancy Fair. Acara dimeriahkan dengan lomba menyanyi. Bapa Uskup juga turut menyumbangkan suara menyanyikan sebuah lagu yang dilelang. Hasil lelang disumbangkan bagi para korban gempa Sumbar.

Sementara itu di Antang, stasi paroki St. Paulus Tello, umat mengadakan pesta perpisahan dengan P. Noel Valencia cicm dan Asisten P. Folata Laia cicm yang akan meninggalkan paroki dan dimutasikan ke Jakarta.

6 Oktober
P. Rittan tiba dari Jakarta, untuk menggantikan P. Noel Valencia sebagai pastor paroki baru di Paroki St. Paulus Tello.

7 Oktober
P. Jos van Rooy berangkat ke Belanda melalui Jakarta untuk cuti sementara waktu. Setelah cuti selama 3 bulan, selamat kembali ke Indonesia untuk melanjutkan karya misi!

9 Oktober
Dewan Keuangan KAMS mengadakan rapat bersama Dewan Konsultor, Sekretaris dan staf Ekonom KAMS. Topik yang dibahas mengenai pemberdayaan kelima kevikepan melalui pembentukan Tim Teknis Keuangan di masing-masing kevikepan untuk memperlancar laporan keuangan dari paroki dan unit kerja di KAMS.

10 Oktober
Sementara Bapa Uskup ke Mamasa untuk acara ziarah tahunan di Pena, yang dimulai malam ini, Vikep P. Ernesto membuka Kongres WKRI dengan Perayaan Ekaristi di Hotel Grand Wisata Makassar. Setelah misa, kata Sambutan disampaikan oleh ketua WKRI. Vikjen hadir mewakili KAMS dan turut memberikan Sambutan hangat atas terlaksananya kegiatan ini. Sehari sebelumnya diadakan kegiatan rekoleksi pengurus dan anggota WKRI yang dipimpin oleh P. Hendrik Njiolah yang juga Moderator WKRI.

14-18 Oktober
Sekelompok peserta PD Karismatik dari Makassar, Tana Toraja dan Baubau berangkat ke Bali untuk mengikuti Konvensi Nasional PDKK yang diadakan di hotel Bali Beach. Moderator PDKK Makassar P. Hendrik Njiolah telah berangkat Senin lalu untuk mengikuti Pertemuan Nasional Imam Moderator PDKK. Para imam yang mengikuti Konvenas antara lain: P. Paulus Tongli, P. Agustinus Tiku Pasang, P. Martinus Matani, P. Ernesto Amigleo.

17 Oktober
Akademi Keperawatan Fatima Parepare yang dimiliki oleh KAMS mengadakan Upacara Wisuda di hotel Singgasana Makassar. P. Frans Nipa hadir mewakili KAMS. Andreas Lumme selaku ketua Yayasan Sentosa Ibu memberikan kata sambutan dalam acara tersebut.

19 Oktober
Ketua Komisi Keluarga P. Ignas Sudaryanto menggelar Pelatihan 3 hari bersama-sama Komisi Keluarga dari Makassar, Ambon dan Manado di Baruga Kare dan mengangkat tema “Keluarga”. Narasumber: P. Agung dari KWI dan P. Aris dari Keuskupan Agung Semarang. Bapa Uskup membuka acara dengan Perayaan Ekaristi sore dan kata Sambutan bagi 30 peserta.

Mgr. Piet Timang, Uskup Banjarmasin tiba di Makassar dan berada di sini beberapa hari untuk selanjutnya mengunjungi keluarga di Tana Toraja setelah setahun ditahbiskan menjadi uskup.

22-24 Oktober
Mgr. John Liku-Ada’ bersama Sekretaris P. Frans Nipa dan Ketua Komisi Pendidikan P. Alex Lethe serta peserta lain bertemu di Manado atas undangan Dirjen Bimas Katolik Depag RI. Hadir juga Uskup Manado dan wakil Uskup Ambon serta utusan masing-masing keuskupan. Pokok bahasan yang dibicarakan adalah Lembaga Pendidikan Katolik.

26-30 Oktober
Atas undangan Tim OF, 21 imam berangkat ke Manado untuk mengikuti retret gelombang pertama yang dipimpin P. Yohanes Senda Laka dari Atambua. Kegiatan diadakan di rumah retret suster JMJ di Tomohon.

26 Oktober
Dari Manado, Bapa Uskup kembali ke Makassar untuk mempersiapkan diri berangkat ke Jakarta dalam rangka Sidang Tahunan KWI.

P. Marsel Lolo Tandung moderator Perdhaki berangkat ke Jakarta mengikuti rapat Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdhaki).

Juga, P. Paulus Tongli moderator ME di Makassar berangkat untuk mengikuti Rapat ME Nasional di Hotel Bali Beach. Sekitar 700 peserta menghadiri pertemuan ini.

31 Oktober
Di Universitas Atma Jaya Makassar, sebuah gedung baru tambahan Fakultas Hukum diberkati dalam Perayaan Ekaristi. Kesempatan ini juga dipakai sebagai ajang reuni alumni FH UAJM.

1 November
Pada Pesta Para Kudus hari ini, Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga, Mamajang, merayakan ulangtahun ke-61. Pada kesempatan ini 86 umat menerima Sakramen Krisma dari Vikjen P. Ernesto dalam Misa pagi.

Vikep Sulbar P. Jimmy Sattu memimpin misa pelantikan Pastor Paroki St. Yosef Polewali yang baru, P. Nicodemus Tangke, menggantikan Pastor Paroki lama P. Felix Layadi yang sekarang menjadi rektor di Universitas Atma Jaya Makassar. Ratusan umat mengikuti upacara pelantikan dan serah terima jabatan.

Sementara para Suster JMJ merayakan 152 tahun berpulangnya Pendiri P. Wolf SJ, dalam perayaan misa yang dipimpin P. Ignas Sudaryanto di kapel Rajawali pukul 5 sore. Sejumlah imam dan suster mengikuti perayaan, dilanjutkan dengan jamuan malam.

3 November
Bulan November merupakan bulan untuk mendoakan jiwa-jiwa yang telah berpulang. P. Stephanus Tarigan mengundang para imam, religius, dan umat, khususnya kerabat Uskup, imam dan frater yang telah berpulang dan dimakamkan di Pemakaman Pakatto. Perayaan ekaristi diadakan pukul 5 sore dipimpin oleh pjs. Vikep Makassar P. John da Cunha dan dihadiri sekitar 100 umat.

4 November
Ratusan umat memenuhi Katedral untuk mendengarkan Rm. Pidyarto O.Carm yang menjelaskan soal Mempertanggungjawabkan Iman Katolik. Topik yang dibahas: Misteri Kematian, Apa itu Surga, Api Penyucian dan Neraka. Tanya jawab dengan peserta diadakan setiap pembahasan topik. Umat tampak sangat antusias mengajukan pertanyaan sehingga acara yang dimulai pukul 18.30 tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Rm. Pidyarto adalah doktor Kitab Suci dan pernah mengasuh rubrik konsultasi iman di majalah Hidup. Beliau telah menulis beberapa buku antara lain beberapa jilid seri Mempertanggungjawabkan Iman Katolik.

6 November
Anggota FMKI terdiri dari Julius Tedja, Risdianto Tunandi, P. Paulus Tongli berangkat ke Sorowako, Luwu Timur atas undangan Pastor Paroki Sorowako untuk bertemu dengan pemimpin awam di Luwu Timur. Pertemuan dimulai 8 November 2009 pkl.09.00 pagi dan menghasilkan pembentukan FMKI Luwu Timur yang bertujuan mempersatukan para pemimpin dan menjadi penyambung lidah Komunitas Katolik di Luwu Timur.

8 November
Umat Paroki St. Paulus Tello mengikuti Upacara Pelantikan Pastor Paroki dan Pastor Bantu yang baru, juga serah terima jabatan dari P. Noel Valencia kepada Pastor Paroki baru P. Kraeng Kirang Yogkim cicm (dipanggil P. Ritan) dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin Vikjen P. Ernesto. Konselebran antara lain: P. Noel, P. Ritan, P. Stef Tarigan dan P. Ignas Sudaryanto cicm. P. Ernesto menyampaikan terimakasih kepada P. Ritan dan P. Daru (berhalangan hadir) yang bersedia menerima tantangan menjadi Pastor Paroki dan Pastor Bantu. Beliau mendorong P. Ritan agar selalu setia dalam pelayanan dan mengasihi umat yang dipercayakan dalam penggembalaannya. P. Ernesto juga meminta umat agar menerima sang gembala dengan hati terbuka dan dapat bekerja sama.

9 November
Sejumlah 36 imam peserta gelombang kedua berangkat ke Manado untuk mengikuti retret yang dipimpin P. Yance Mangkey MSC, Provinsial MSC. Retret diadakan di rumah retret suster JMJ di sebuah resor pegunungan di Tomohon.

Paroki St. Joseph Gotong-gotong mengadakan KRK selama 2 malam bersama P. John Lefteuw MSC. Topik: Kristus Hidup dan maknanya bagi orang Katolik. Malam berikut diadakan doa penyembuhan. Sekitar 500-600 umat dari kevikepan Makassar ikut serta.

10 November
P. Frans Nipa berangkat ke Tana Toraja dan Luwu untuk menindaklanjuti kasus pernikahan dalam Tribunal.

Sementara itu, Ekonom P. Albert Arina berangkat ke Manado untuk mengurus keuangan retret para imam KAMS yang baru saja berlangsung.

12 November
Di Tomohon, retret gelombang kedua diakhiri dengan misa konselebrasi yang dipimpin Vikjen P. Ernesto, didampingi Ketua UNIO KAMS P. Victor Patabang dan Pembimbing retret P. Yohanes Mangkey MSC. Sebelum berkat, ucapan terimakasih disampaikan oleh P. Victor, kemudian Vikjen dan diakhir oleh P. Mangkey. Setelah misa dilanjutkan jamuan malam dan rekreasi bersama.

13 November
Setelah terbaring sakit akibat stroke 5 tahun lalu, Sr. Pauline Manukbua JMJ (77 tahun) dari Tana Toraja, berpulang ke rumah Bapa sore ini di RS Stella Maris. RIP.

14 November
Ketua Komisi Keluarga P. Ignas Sudaryanto mengadakan rapat dengan tim di hotel Mercure Makassar.

15 November
Sr. Pauline dimakamkan di Malino. Misa dipimpin P. Herman Panggalo didampingi P. Jaak Catteuw di Kapel Stella Maris yang dihadiri kerabat mendiang serta para imam, suster JMJ, frater.

18 November
Uskup Banjarmasin Mgr. Piet Timang tiba pkl. 2 pagi di Makassar. Beliau diutus oleh Ketua KWI untuk mengikuti Seminar Dialog Antar-Umat Beragama yang diadakan oleh Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI). Ketua Komisi HAK P. Marsel Lolo Tandung menjemput beliau dan langsung ke Mamasa, tempat Seminar diadakan.

KWI menunjuk Ketua Komisi Kepemudaan KAMS P. Yulius Malli ikut serta dalam delegasi peserta Indonesia di Asian Youth Day yang diadakan di Imus, Cavite, Filipina. Beliau berangkat ke Filipina melalui Jakarta.

19 November
Sekelompok umat karismatik di Makassar yang dipimpin P. Hendrik Njiolah berangkat dengan bis malam ke Tana Toraja untuk mengadakan KRK di Paroki Rantepao dan Makale.

20 November
Setelah sekitar 3 pekan meninggalkan kota Makassar, Mgr. John Liku-Ada’ tiba dari Jakarta. Beliau ikut serta dalam rapat KWI, dan mengunjungi para calon imam di Seminari Anging Mammiri. Berita yang terdengar bahwa Bapa Uskup kita sekarang menjabat sebagai Ketua Komisi Kateketik KWI. Sementara itu, Mgr. Piet Timang menjabat sebagai Ketua Komisi Teologi KWI. Proficiat!

Pengurus Yayasan Sentosa Ibu berkumpul selama 2 hari di Wisma CICM untuk mengevaluasi bersama perkembangan RS Fatima Parepare dan Akper Fatima Parepare dalam semester pertama 2009.

23-26 November
Rapat Dewan Imam yang dipimpin Bapa Uskup diadakan di Baruga Kare. Rapat ini sebagai kelanjutan pertemuan sebelumnya berkaitan dengan hasil Survei Umat KAMS. Dalam rapat ini perhatian diberikan kepada dua dari empat bidang pokok, yakni: Keluarga dan Pendidikan. Beberapa pemimpin kaum muda dan keluarga diundang hadir untuk memberi masukan lapangan perihal misi dan kegiatan masing-masing kelompok. Kelompok yang hadir antara lain: Legio Maria, WKRI, Asrama, Jedhutun Salvation Ministry, Mudika, ME. Juga Ketua Komisi Keluarga dan Komisi Pendidikan diundang hadir. Rapat dibuka dengan perayaan misa yang dipimpin Bapa Uskup dan ditutup dua hari kemudian oleh Vikjen P. Ernesto.

28 November
Pengurus Fakultas Ekonomi yang tergabung dalam APTIK berkumpul di kampus UAJ Makassar untuk pembukaan kegiatan. Rektor P. Felix Layadi memberikan kata Sambutan kepada peserta dan secara resmi membuka acara. Dilanjutkan dengan diskusi mengenai Spiritualitas oleh P. Hendrik Njiolah.

Sementara itu, Ketua Komisi Kepausan bidang Dialog Antar-Agama Mgr. Jean-Louis Cardinal Tauran, Nuncio Mgr. Leopoldo Girelli dan Uskup Bandung Mgr. Pujasumarta bersama-sama tiba di Makassar. Penyambutan dilakukan di bandara oleh Bapa Uskup Mgr. John Liku-Ada’, Vikjen P. Ernesto, Ketua Komis HAK KAMS P. Marsel Lolo Tandung, Ekonom P. Albert Arina, Pastor Paroki Katedral P. Paulus Tongli bersama dengan Panitia Penyambutan. Dari bandara, rombongan menuju ke Wisma Uskup KAMS untuk resepsi. Bapa Uskup memberikan kata Sambutan, Vikjen memimpin doa makan. Dalam Santap Malam bersama, Bapa Kardinal Tauran melontarkan beberapa lelucon yang menunjukkan rasa humor beliau. Para tamu menginap semalam di hotel Santika.

29 November
Di hotel Santika, Bapa Uskup Mgr. John Liku-Ada’ bersama Vikjen P. Ernesto dan P. Marsel Lolo Tandung menemani para tamu terhormat sarapan pagi. Setelah itu, mereka ke Katedral untuk memimpin misa konselebrasi. Perayaan Ekaristi dipimpin Kardinal Tauran, konselebrans: Nuncio dan dua Uskup serta sepuluh imam. Kardinal Tauran menyampaikan homili dalam bahasa Inggris sementara P. Markus Solo, sekretaris Kardinal di Vatikan, menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Misa diiringi koor Magnificat dan penari berpakaian adat yang menambah semarak perayaan.

Setelah misa sekitar 2 jam, Pertemuan dengan Para Tokoh antar-agama di Sul-sel diadakan di aula KAMS dipandu P. Marsel. Turut hadir para pemimpin umat Muslim, Hindu, Buddha. Diskusi dilanjutkan dengan mendengar pandangan pihak Muslim, Hindu, Buddha dan Protestan. Sejumlah 80 peserta menghadiri acara ini. Gubernur, Walikota dan mantan-Wapres Jusuf Kalla berhalangan hadir mengikuti kegiatan ini. Setelah dialog, jamuan siang diadakan. Kemudian para tamu kembali ke hotel untuk bersiap-siap berangkat.***