Jumat, 19 Maret 2010

Sampul Koinonia Vol. 5 no. 2



Dari Meja Uskup Agung: Persiapan Sinode Diosesan 2012

Pendahuluan
Apa itu “Sinode Diosesan” atau “Sinode Keuskupan”? Kitab Hukum Kanonik (Gereja) mendefinisikannya sebagai berikut: “Sinode Keuskupan ialah sidang imam-imam dan orang-orang beriman kristiani yang terpilih dari Gereja partikular, untuk membantu Uskup diosesan demi kesejahteraan seluruh komunitas diosesan, menurut norma kanon-kanon berikut” (kan. 460). Kanon-kanon berikut yang dimaksudkan meliputi kan. 461-468. Kapan Sinode Diosesan itu diadakan? Dijawab pada kan. 461 § 1: “Hendaknya Sinode Keuskupan diselenggarakan di setiap Gereja partikular, bila menurut pandangan Uskup diosesan dan pendapat Dewan Imam, keadaan menganjurkannya”.

Sinode Diosesan Gereja partikular Keuskupan Agung Makassar sebelumnya berlangsung pada Oktober 1999, yang pada kenyataannya merupakan Sinode Diosesan Kanonik pertama Gereja partikular ini. Hasil dari Sinode ini, berupa Ardas KAMS, mulai diberlakukan resmi sejak 1 Januari 2000. Menjelang usia 70 tahun Gereja partikular KAMS pada 13 April 2007 y.l., sebelumnya pernah dibicarakan dalam salah satu rapat Dewan Imam, apakah akan diadakan sebuah perayaan. Disepakati menunda sampai usia intan (75 tahun), dan supaya ketika itu tidak hanya diadakan perayaan syukur. Hendaknya momen historis penting itu dimanfaatkan pula untuk mengadakan Sinode Diosesan baru, setelah yang pertama di atas. Diharapkan supaya Sinode tersebut dipersiapkan lebih matang sejak dini. Dan agar Sinode itu sungguh merupakan upaya ‘berjalan bersama’ (syn’odos) Gereja partikular KAMS yang melibatkan seluruh umat, maka proses persiapan tersebut harus mulai dari basis. Demikianlah, pada sidang Dewan Imam November 2009 y.l. diputuskan segera membentuk Panitia Persiapan tahap pertama pada tingkat Keuskupan dan tingkat Kevikepan. SK Panitia Persiapan tingkat Keuskupan sudah dikeluarkan pada 30 Januari 2010, dan diharapkan segera mulai bekerja.

Tugas Panitia Persiapan Tahap Pertama
Dalam SK tersebut di atas tugas Panitia Persiapan Sinode Diosesan 2012 tingkat Keuskupan dirumuskan sebagai berikut:
Memfasilitasi Panitia Kevikepan dalam hal merumuskan masalah dengan menggali mulai dari umat basis, sambil memperhatikan Ardas KAMS yang sedang berlaku.
Merangkum dan menyerahkannya kepada OC dan SC Sinode Diosesan 2012.

Pada tempat pertama perlu dicatat bahwa, rumusan tugas ini disepakati dalam sidang DI November 2009. Dari tugas pertama menjadi jelas bahwa Panitia Kevikepanlah, yang akan dibentuk di dan oleh masing-masing Kevikepan, yang memegang peran penting sebagai ujung tombak pada tahap pertama persiapan Sinode ini. Panitia tingkat Kevikepan mempunyai tugas mengamati ‘tanda-tanda zaman’ di wilayahnya masing-masing, menggali/menemukan masalah-masalah pokok, dan merumuskannya secara jelas. Dalam melaksanakan tugas tersebut Panitia Kevikepan dipandu oleh “Ardas KAMS yang sedang berlaku”, yi. Ardas hasil Sinode Diosesan 1999. Ardas ini ber-visi-kan PERSAUDARAAN sejati, dengan 5 misi/tugas pokok: (1) menjadi Gereja yang benar-benar dewasa; (2) menjadi Gereja yang benar-benar misioner; (3) menjadi Gereja yang benar-benar memasyarakat; (4) menjadi Gereja yang benar-benar komunikatif; dan (5) menjadi Gereja yang benar-benar bersaksi total. Dalam masing-masing misi/tugas pokok ini, Ardas menyebut bidang-bidang pokok yang perlu mendapat perhatian (lebih lanjut, lih. di bawah).

Diserahkan kepada kecekatan masing-masing Kevikepan untuk menentukan kepanitiaan tingkat Kevikepan menyangkut struktur (mis. ada sub-panitia di masing-masing paroki atau bidang kategorial tertentu), keanggotaan, operasionalisasi, dst. Kecuali itu, perlu diingat bahwa apa yang disebut ‘tanda-tanda zaman’ itu tidak muncul tiba-tiba; mereka mempunyai latar belakang historis. Oleh karena itu, untuk memahami secara benar situasi aktual serta merumuskannya secara tepat, aspek sejarah masing-masing komunitas basis, paroki dan wilayah kevikepan tidak dapat tidak harus diperhatikan pula. Setiap Panitia tingkat Kevikepan perlu sedikit mengetahui sejarah Gereja Katolik di Kevikepan-nya. Secara kongkrit, Panitia Persiapan Kevikepan Sultra diharapkan sekurang-kurangnya membaca buku Dr. Kees de Jong, Menjadikan Segala-galanya Baik; Sejarah Gereja Katolik di Pulau Muna 1885-1985, (Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2002). Panitia Persiapan Kevikepan Toraja dan Kevikepan Luwu hendaknya membaca buku G. van Schie, CICM, Gereja Katolik di Tana Toraja dan Luwu, (Penerbit OBOR, Jakarta, 2000). Panitia Persiapan Kevikepan Sulbar diandaikan membaca buku G. van Schie, CICM (dibantu oleh: Th. Wynants, CICM dan C. Brouwer, CICM), Gereja Katolik di Toraja Barat; Sejarah tentang Awal Perkembangannya, (Pandu Dewanata Abadi, Jakarta, 2003). Untuk wilayah Kevikepan Makassar, memang sampai sekarang belum ada buku sejarah khusus. Tetapi sekurang-kurangnya diharapkan membaca artikel Y.P.C. van den Eerenbeemt, CICM “Sejarah Gereja Katolik di Wilayah Keuskupanagung Ujung Pandang”, dlm. Sejarah Gereja Katolik Indonesia, jilid 3a, (Arnoldus, Ende-Flores, 1974): 445-466.

Adapun tugas Panitia Persiapan tingkat Keuskupan, pertama memfasilitasi Panitia Persiapan tingkat Kevikepan; artinya, mengupayakan apa saja yang dapat memudahkan kelancaran tugas Panitia Persiapan Kevikepan, sebagaimana diuraikan di atas. Kedua, merangkum hasil kerja Panitia Kevikepan, dan selanjutnya menyerahkannya kepada OC (Organizing Committee = Panitia Penyelenggara) dan SC (Steering Committee = Panitia Pengarah) Sinode Diosesan 2012, yang masih akan dibentuk pada waktunya.

Mengenali Sosok Gereja Partikular KAMS
Termasuk tugas memfasilitasi adalah fungsi mengarahkan, memotivasi, menganimasi, mengendalikan, mendorong, menasehati, dst. Oleh karena itu, agar Panitia Persiapan tingkat Keuskupan dapat mengarahkan, memberi orientasi, Panitia sendiri harus mengetahui arah itu. Maka Panitia Persiapan tingkat Keuskupan juga diprasyaratkan memahami “Ardas KAMS yang sedang berlaku”, dengan visi dan misinya. Tetapi Ardas tersebut tidak boleh dilepaskan dari konteks, baik konteks dari mana Ardas tersebut lahir (sosok Gereja partikular KAMS sampai dengan tahun 1999) maupun konteks sesudahnya, sejak Ardas tersebut diberlakukan resmi (sosok Gereja lokal KAMS sejak 1 Januari 2000 sampai saat ini). Hanya dengan menempatkan Ardas tersebut dalam konteks utuh seperti itu, kita akan dapat menafsirkan ‘tanda-tanda zaman’ Gereja lokal kita secara benar, serta dapat menemukan dan merumuskan permasalahan-permasalahan pokok yang ada secara tepat. Jika saya boleh mengajukan sebuah usul konkret, sebagai langkah pertama hendaknya dibaca secara cermat tulisan dalam rubrik “Dari Meja Uskup Agung” berjudul “Program Pastoral Kontekstual di Kevikepan-Kevikepan”, KOINONIA, vol. 3, no. 2, Maret-Mei 2008:2-7. Agar mendapatkan gambaran yang agak lebih utuh, hendaknya dibaca pula tulisan-tulisan lain yang dirujuk dalam artikel tersebut, yi.: (1) “Gereja Partikular KAUP Menyongsong Milenium Ketiga Karya Penyelamatan dalam Kristus; Tanggapan atas Lineamenta Sinode Para Uskup Sidang Pleno Ordinaria X, Tahun 2000: ‘The Bishop, Servant of the Gospel of Jesus Christ for the Hope of the World’”, (Ujung Pandang, Medio Juni 1999); (2) “Keuskupan Agung Makassar Menyongsong Abad Ke-21 dengan Paradigma Persaudaraan”, dlm. ed. F. Hasto Rosariyanto, SJ. Bercermin pada Wajah-Wajah Keuskupan Gereja Katolik Indonesia, (Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2001): 360-381; (3) Ad Limina Report: The Archdiocese of Ujung Pandang/Makassar 1996-2002, (Makassar, Oct. 2002): vii-xii; (4) “Menumbuhkembangkan Kombas dalam dan melalui Wadah-Wadah yang Sudah Ada”, Rubrik “Dari Meja Uskup Agung”, KOINONIA, vol. 2, no. 2, Maret-Mei 2007:1-4; dan (5) “Memahami Pedoman Dasar DPP-KAMS 2004”, Rubrik “Dari Meja Uskup Agung”, KOINONIA vol. 2, no. 3, Juni-Agustus 2007:1-6. Dan agar dipahami pengalaman lapangan yang melatar-belakangi tulisan-tulisan tersebut di atas, sebetulnya perlu dibaca terlebih dahulu tulisan “Sekilas Kunjungan Pastoral Tahunan”, Rubrik “Dari Meja Uskup Agung”, KOINONIA, vol. 2, no. 1, Desember 2006-Februari 2007:1-4.

Sesudah membaca dan memahami isi tulisan-tulisan tersebut di atas, selanjutnya saya anjurkan membaca ulang dokumen-dokumen resmi Gereja lokal kita, seperti: Statuta KAMS, Pedoman Dasar Komisi-Komisi, Pedoman Dasar Dewan Pastoral Paroki, dst. Saya percaya, melalui langkah seperti ini, membaca ulang Statuta dan Pedoman-Pedoman, yang dibutuhkan untuk menyegarkan lagi pengetahuan kita atasnya, tidak akan terasa kering dan membosankan. Sebab aturan atau pedoman-pedoman itu sebagai kerangka-kerangka mempunyai daging dalam konteksnya. Dan dengan memiliki pemahaman akan sosok umum Gereja partikular KAMS, Panitia Persiapan Sinode tingkat Keuskupan akan mampu menjalankan fungsi fasilitasi.

Langkah demi Langkah
Sebagaimana sudah dikemukakan, Dewan Imam menghendaki agar Sinode dipersiapkan lebih awal dan lebih matang. Hanya dengan demikian Sinode akan membuahkan hasil yang lebih baik. Dipikirkan tiga langkah besar, yaitu: (1) persiapan tahap pertama; (2) persiapan tahap kedua; dan (3) pelaksanaan dan perumusan hasil Sinode.

Persiapan tahap pertama sudah diuraikan di atas. Pekerjaan utama pada tahap ini berfokus pada “merumuskan masalah dengan menggali mulai dari umat basis” dalam terang Ardas KAMS yang sedang berlaku. Inilah tugas Panitia Persiapan tingkat Kevikepan, difasilitasi oleh Panitia Persiapan tingkat Keuskupan. “Mulai dari umat basis” dimaksudkan baik teritorial (rukun, stasi) maupun kategorial (kelompok-kelompok internal Gereja, ormas Katolik, yayasan-yayasan), ke tingkat paroki, dan selanjutnya ke tingkat kevikepan. Tentu akan banyak tergantung dari kreativitas Panitia Persiapan bagaimana secara konkret proses harus dijalankan. Tetapi prinsip dasar ini harus dipegang teguh, bahwa: Gereja adalah ‘communion of communities’ yang beriman kepada Kristus, di mana paradigma ‘berpastoral berdasarkan data’ hendak diterapkan sungguh-sungguh. Karena itu yang harus dijalankan mulai dari tingkat basis, ialah berdoa dan berefleksi berdasarkan data.

Lalu ke mana arah refleksi berdasarkan data tersebut? Mana rambu-rambunya? Pertanyaan ini sebetulnya sudah dijawab di atas, berdasarkan klausul dalam SK Pengangkatan Panitia Persiapan Sinode, “sambil memperhatikan Ardas KAMS yang sedang berlaku”. Ardas KAMS yang sedang berlaku mempunyai 5 misi/tugas pokok, seperti sudah disebut di atas. Tetapi bila diperhatikan baik-baik, sesungguhnya tugas pokok ke-5, “menjadi Gereja yang benar-benar bersaksi total”, merupakan penyimpulan dari ke-4 tugas pokok pertama. Maka sebetulnya hanya ada 4 misi/tugas pokok: menjadi Gereja yang (1) dewasa, (2) misioner (penginjilan ke luar), (3) memasyarakat (dalam pelbagai bidang, a.l. sosial-ekonomi; sosial-politik; sosial-budaya, termasuk kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup), dan (4) komunikatif (hubungan dengan umat Kristen lainnya/oikumene, hubungan dengan umat beragama lain/dialog antar agama). Sementara tugas pokok pertama menyangkut misi ke dalam (ad intra), tiga tugas pokok lainnya mengenai misi ke luar (ad extra). Menyangkut tugas pokok ke dalam dapat diklasifikasi: (a) bidang pembinaan: perkawinan dan keluarga, Sekami, kepemudaan-kemahasiswaan, pendalaman Kitab Suci; (b) bidang pewartaan: katekese, pengajaran agama, khotbah; (c) bidang perayaan iman: liturgi, kebaktian, doa, kebangunan rohani; (d) bidang inkulturasi; (e) struktur organisatoris; (f) sarana-prasarana/finansial.

Kiranya akan lebih mempermudah kerja selanjutnya, apabila Panitia Persiapan tingkat Kevikepan mengelompokkan hasil refleksi ‘mulai dari umat basis’ itu berdasarkan paroki masing-masing, sebelum merangkumnya untuk tingkat Kevikepan. Dan sebaiknya yang diserahkan kepada Panitia Persiapan tingkat Keuskupan itu baik rangkuman tingkat Paroki maupun tingkat Kevikepan. Panitia Persiapan tingkat Keuskupan selanjutnya membuat rangkuman menyeluruh (tingkat Keuskupan), sebelum menyerahkannya kepada OC/SC Sinode pada akhir Maret 2011. Sesuai keputusan rapat Dewan Imam November 2009, fungsi pemantauan/pengawasan, dan karenanya juga fungsi evaluasi, pada persiapan tahap pertama ini dijalankan oleh Dewan Imam, khususnya melalui kedua rapatnya dalam tahun 2010.

Persiapan tahap pertama segera diikuti persiapan tahap kedua, yang akan berlangsung dari awal April 2011 sampai pada pelaksanaan Sinode sendiri. Pada tahap ini sudah dibutuhkan dua macam Panitia, yaitu OC dan SC. OC bertugas menangani teknis persiapan dan penyelenggaraan Sinode, sementara SC bertanggungjawab atas arah Sinode. Maka adalah SC yang akan mendalami bahan-bahan dari lapangan itu, menyusunnya dalam bentuk narasi sistematis. Konsep naratif-sistematis ini hendaknya dikirimkan kembali ke Kevikepan-Kevikepan dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mendapatkan tanggapan/koreksi/penyempurnaan. Berdasarkan itu kemudian disusunlah draft final, yang akan menjadi instrumentum laboris (‘dokumen kerja’), sebagai panduan dalam penyelenggaraan Sinode. Tidak perlu dicatat lagi, bahwa doa seluruh umat perlu terus-menerus mengiringi persiapan tahap kedua ini pula. Karena itu Panitia perlu menyusun doa untuk Sinode dan untuk perayaan usia intan Gereja lokal kita.
Apabila proses persiapan di atas berjalan sesuai harapan, kita percaya tahap ketiga, yaitu pelaksanaan Sinode dan perumusan hasilnya, akan lancar dan, insya Allah, akan sukses. Semoga!

Selamat menjalani Masa Prapaskah dan menyongsong Hari Raya Paskah! Di ujung sengsara Yesus ada kemuliaan, di balik kematian-Nya ada kebangkitan!

Makassar, Akhir Februari 2010

+John Liku-Ada’

Catatan dari Rapat SIGNIS Indonesia ke-36 di Makassar

Apakah SIGNIS itu?
Pada 8-12 Februari 2010 dilaksanakan rapat tahunan atau annual meeting SIGNIS Indonesia yang ke-36 di Baruga Kare KAMS. Tuan rumahnya adalah Komisi Komunikasi Sosial KAMS.

Perlu kami memberi gambaran singkat apa itu SIGNIS? Signis berarti tanda/signal, hampir semua orang tahu signal berarti ada jaringan sehingga orang bisa berkomunikasi (seperti pada HP). SIGNIS adalah nama baru dari Unda/OCIC sebuah lembaga profesional yang dibina oleh Propaganda Fide (Roma=SIGNIS WORLD dan di FABC=SIGNIS ASIA serta Indonesia=SIGNIS Indonesia). Organisasi ini bergerak di bidang pastoral Karya Komunikasi yaitu: audio visual dan pendidikan/penyadaran penggunaan sarana Komunikasi secara bertanggungjawab. Antara lain: membuat program radio seperti drama radio atau mini features serta acara mimbar agama Katolik di TV (di KAMS acara kerjasama dengan Makassar TV dengan judul “Inspirasi Hidup” dan pada acara-acara khusus lainnya seperti Paskah dan Natal). Selain itu para anggota SIGNIS Indonesia diharapkan juga bekerja sama dengan Komisi-Komisi lain dalam Keuskupannya untuk membuat program-program yang dapat dipakai dalam acara Pendalaman Iman dll. Memang di Indonesia belum semua Komsos-Komsos Keuskupan menjadi anggota SIGNIS Indonesia dan sampai sekarang Propinsi Gerejani Papua belum ada anggota SIGNIS. Pernah ada tetapi karena tidak lagi menghadiri rapat-rapat tahunan dan melaporkan karya-karyanya serta alpa memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam AD/ART SIGNIS Indonesia, maka akhirnya dinyatakan mundur dari keanggotaan SIGNIS. Dalam rapat ke-36 ini Keuskupan Sibolga diterima sebagai anggota terbaru jadi keseluruhan sudah ada 31 anggota SIGNIS Indonesia. Tidak semua anggota SIGNIS adalah Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan, ada yang berasal dari Lembaga milik Konggregasi atau Ordo seperti SAV(Studio Audio Visual Pusat Kateketik Yogyakarta), Sanggar Prativi Jakarta, Sanggar Pratikara Bandung, Sanggar Prativi Palembang, dll. Beberapa anggota SIGNIS berasal dari kalangan radio, seperti Radio KIS (Kebenaran Insan Semesta/dulu bernama Veritas) Semarang, Radio Montini Manado, dll. Di KAMS pernah ada Radio Rosa tetapi sudah bubar.

Setiap tahunnya SIGNIS Indonesia harus mengadakan pertemuan dengan tuan rumah berpindah-pindah tempat, demi untuk saling mengenal dan mengunjungi secara mendalam sambil terus saling memperkaya dalam berbagai pemahaman budaya (inkulturasi) dan pengalaman berproduksi program audio-visual, dll. Terutama sekali akhir-akhir ini pentingnya mengenal dan mempelajari berbagai budaya nusantara Indonesia yang dapat saling memperkaya dan memperkokoh kesatuan NKRI. Kaya dalam keberagaman.

Rapat SIGNIS Indonesia tahun 2010
Tema Rapat Tahunan ialah Budaya dan Perdamaian, tahun 2009 di Palembang adalah Budaya dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Sebenarnya dalam rapat 2010 di Makassar tiga hari pertama yaitu tanggal 8-10 Februari digunakan untuk laporan dan evaluasi kegiatan tahun 2009 serta penerimaan anggota baru, sedangkan tanggal 11-12 Februari digunakan untuk Study-days mempelajari Budaya Sulawesi Selatan.

Narasumber dalam hal ini adalah Bpk Ishak Ngeljaratan, yang adalah seorang dosen dan sekaligus budayawan yang horizontal dan nasionalis. Dalam materi yang dibawakannya Bpk. Ishak menyampaikan empat hal yakni: Hanya manusialah yang berbudaya di tengah alam semesta ini (universum), Manusia hidup bersama dan bersesama, Manusia mendambakan Harmoni dan Perdamaian, Manusia bait Allah. Narasumber ini dengan sangat lugas dan ringan menyampaikan materinya sehingga peserta sangat antusias bertanya dan tidak terasa waktu hampir 2 jam berlalu. Di Tana Toraja acara study-days dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa tempat wisata yang cukup terkenal seperti Londa, Lemo, Ke’te Kesu dan To’ Barana. Study-days tersebut dibawakan secara singkat oleh Bpk. Frans Dengen. Bahkan di antaranya dengan langsung melihat salah satu acara yang sangat terkenal di Tana Lakipadada yaitu: Upacara Pemakaman atau Rambu Tuka di Lemo.

Rombongan peserta sangat beruntung karena dalam kunjungan ke Toraja saat ada pesta yang segera dimulai. Peserta juga disuguhi tarian-tarian khas Makassar dengan diiringi Ganrang Bulo seperti ditampilkan pada acara misa pembukaan di Baruga Kare. Kemudian di Toraja disela acara Display dipertunjukan Tarian Pa’gelu yang dikoordinir oleh Pastor Paroki Rantepao (P. Markus Paretta Pr).

Pesan yang ingin disampaikan
Dalam mengawali renungannya pada misa pembukaan Mgr. John Liku-Ada’ sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar menyampaikan bahwa di Sulawesi Selatan ini ada budaya: SIPAKATAU, SIPOPA’DI’ DAN SIPORANNU. Intinya bahwa di antara suku-suku (Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar) yang ada di Sulawesi Selatan atau dalam kehidupan masyarakat kita ada budaya saling menghargai sebagai manusia, saling berbagi derita dan harapan. Kalau dahulu orang Romawi mengatakan “Si vis pacem, para bellum” (jika Anda menghendaki damai, siaplah berperang) dan Paus Pius XII mengatakan: “Opus iustitiae pax” (Damai adalah buah keadilan) serta Paus Yohanes Paulus II menyampaikan: “Opus solidaritatis pax” (damai adalah buah solidaritas), maka kiranya kita dapat menggabungkan semboyan-semboyan itu dan merumuskannya dalam bentuk ajakan yaitu: “Jika Anda menghendaki damai sejahtera tegakkanlah keadilan dan teguhkanlah solidaritas.”

Mgr. Petrus Turang sebagai Ketua Komisi KOMSOS KWI menyampaikan beberapa hal antara lain: Keprihatinan akan karya pastoral di bidang Komsos, peningkatan kerjasama di antara media Komunikasi Katolik, media sebagai sarana pendidikan, media komunikasi sebagai sarana evangelisasi, media komunikasi dan membangun persaudaraan yang benar, berbudaya damai dalam kebenaran serta apa yang kita harapkan bersama dari Karya Perutusan SIGNIS Indonesia. Kehadiran SIGNIS INDONESIA, demikian penyampaian Mgr. Petrus Turang, haruslah merupakan anugerah dalam karya evangelisasi Gereja, olehnya perlu dimanfaatkan dengan penuh tanggungjawab menurut prinsip Injil Yesus Kristus.

Di masa depan, kerjasama Kolaboratif dalam media komunikasi Katolik harus mendorong hadirnya kepelayanan kolaboratif sebagai Kabar Gembira dalam karya Pastoral. Tanpa pelayanan kolaboratif, media komunikasi Katolik hanya menjadi medan pertempuran kepetingan material saja.

Penutup
Tak lupa kami haturkan terimakasih banyak kepada Mgr. John Liku-Ada’ pr (Uskup Agung KAMS), Mgr. Petrus Turang Pr (Ketua KOMSOS KWI), Bpk. Ishak Ngeljaratan (Narasumber), Badan Pengurus SIGNIS Indonesia, Bpk. Julius Y. Tedja (Ketua Panitia Lokal), Bpk. William H. Baon (Wkl. Ketua panitia), Ibu Vonny Passagi (BTPN), Bpk. Anton Layuk, Bpk. Robert (Komsos) dan koor, Joan Manurip (LO) dan Suprianus (Sekretariat), Bpk. Onny (Hotel Indra Rantepao), Pastor Markus Paretta Pr, Bpk. Frans Dengen. Kami sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dan doa Anda sekalian, kami tidak mampu menyelenggarakan rapat tahunan ini.

Semoga Tuhan memberkati amal-kasih anda. Akhir kata kami mau mohon maaf jika dalam pelaksanaan rapat ini kami melakukan pelayanan yang kurang memuaskan, kata orang “next time better”. *** Penulis: P. Rudy Kwary Pr, Ketua Komsos KAMS

Animasi dan Sosialisasi APP Sekolah Tahun 2010

Pada 12 November 2009 Komisi PSE/APP mengundang Tim Penyusun bahan APP tahun 2010 baik dari tingkat paroki dan juga sekolah-sekolah di Kevikepan Makassar.

Kegiatan dibuat secara terpisah, sehingga diadakan 2 kali pertemuan dalam rangka mempersiapkan bahan-bahan APP tahun 2010. Secara khusus; Tim Penyusun bahan-bahan APP disekolah dibagi sesuai kelompok antara lain: tingkat TK, SD, SMP dan SMA masing-masing ada yang mengkoordinirnya.
Hasil dari kerja Tim Penyusun ini disosialisasikan secara umum kepada guru-guru.

Memasuki masa Pra Paskah tahun 2010 Komisi PSE/APP KAMS bekerja sama dengan Komisi Pendidikan/MPK KAMS mengadakan Sosialisasi/Animasi APP dengan Tema APP 2010: ”Kesejatian Hidup dalam Keluarga”.

Kegiatan ini diadakan pada 6 Februari 2010 di Aula KAMS, yang difasilitasi langsung oleh Komisi Komdik KAMS; P.Alex Lethe,Pr (Ketua Komdik KAMS) yang diwakili oleh Bapak Victor Duma, dengan mengundang Guru-Guru Agama Katolik yang bekerja di Yayasan/Sekolah Swasta dan juga Guru-Guru Agama Katolik yang mengajar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Dari jumlah undangan yang diedarkan sebanyak 55 orang, yang hadir sekitar 40 guru-guru ditambah dengan para fasilitator, koordinator dan panitia.
Para guru cukup antusias dalam mengikuti Pembekalan Animasi APP ini. Dengan harapan agar para guru dapat meneruskan secara menyeluruh kepada peserta didik sehingga Tema APP tahun 2010 dapat dipahami, dimengerti dan diterapkan oleh para murid di mana saja mereka berada.*** Penulis: Maria Tania, Staf Komisi PSE—KAMS

Telah Kembali ke Rumah Bapa

Pastor Louis de Vos CICM
Tutup usia pada
11 Maret 2010
(74 tahun)

Selamat jalan, Pater!

Terimakasih atas karya bakti yang telah diberikan kepada Gereja lokal di Keuskupan Agung Makassar

Orang Muda Katolik Giatkan Daur Ulang Sampah

(Jakarta, 14/12/09) Sebuah kelompok Katolik yang menjalankan program pengolahan sampah berusaha untuk memperluas kegiatan serupa di luar lingkungan gereja.
"Awalnya kami hanya concern di Gereja, namun kita mau keluar dari lingkungan Gereja kita, karena masalah sampah adalah masalah masyarakat umum," kata Devi Christina, koordinator Gropesh (Gerombolan Peduli Sampah), sebuah kelompok dari keuskupan agung Jakarta.
Gropesh dibentuk tahun 2007. Sejak itu kelompok itu mengerjakan berbagai program untuk mengolah sampah non-organik dan membuat kompos dari sampah organik yang kemudian hasil karyanya dijual. Gropesh juga mengadakan kampanye penyuluhan lingkungan di sekolah-sekolah dan universitas.
Baru-baru ini kelompok tersebut ikut ambil bagian dalam Green Festival di Jakarta dalam rangka menyambut Konferensi Perubahan Iklim yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada acara yang diadakan oleh berbagai kelompok media dan perusahaan lokal itu, Gropesh memamerkan berbagai hasil karyanya seperti tas, boneka dan tempat alat-alat tulis terbuat dari barang-barang bekas. Para anggota juga memberikan penyuluhan bagaimana mengolah sampah non-organik dan membuat kompos.
Kepada UCA News Devi mengatakan bahwa Gropesh bergabung dalam acara itu guna mendorong orang muda lain untuk memperhatikan masalah sampah dan agar mereka lebih kreatif dalam menggunakan sampah. "Sampah itu bisa menghasilkan uang," kata wanita itu.
Sekitar 40 orang dari berbagai kelompok di lingkungan sekolah Katolik dan paroki juga bergabung dalam Green Festival itu.
Francisca Junita, dari Paroki St. Gabriel di Pulogebang, Jakarta Timur, mengatakan kepada UCA News, parokinya mengolah sampah sejak tahun 2005 dengan membuat kompos organik.
"Motivasi kami ikut terlibat dalam mempromosikan lingkungan hidup karena kami menyaksikan berbagai bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia sebagai akibat dari perubahan iklim," kata wanita berusia 19 tahun itu.
Dia berharap agar apa yang dilakukan parokinya memberi motivasi kepada anak muda Katolik lainnya untuk memperhatikan lingkungan hidup.
Dia menambahkan, program daur ulang sampah dan pembuatan kompos itu juga bisa mendapat penghasilan. Kelompoknya mendapat 2 juta rupiah setiap bulan dari hasil penjualan kompos itu di paroki dan pasar.
"Dananya dipakai untuk beli plastik, ragi untuk buat pupuk, bayar upah buruh, dan membantu para korban bencana alam," katanya.
Junita Primandira, dari SMA St. Ursula di Tangerang, sebelah barat Jakarta, mengatakan kepada UCA News bahwa sejak tahun 2007, sekolah yang dikelola Suster-Suster Ursulin itu mendorong setiap siswa untuk membawa barang-barang bekas seperti plastik mie instan, kertas dan kaleng ke sekolah setiap hari.
"Kami membuat bentuk apa saja dari barang bekas itu selama pelajaran ekstra kurikuler, seperti dompet, boneka, kotak alat tulis, dan tas," katanya.
Produk-produk itu dijual kepada para siswa di lingkungan sekolah serta kepada umat Katolik setelah Misa hari Minggu di paroki. Dana itu digunakan untuk berbagai keperluan sekolah.
Selain mengolah sampah organik, lanjutnya, sekolahnya juga membuat biopori di sekitar sekolah mereka.
Biopori dibuat dengan besi berbentuk huruf T sehingga terbentuk lubang sedalam satu meter dengan diameter antara 10 hingga 30 sentimeter. Lubang-lubang itu dijadikan tempat membuang sampah organik. Lubang itu juga mengurangi penggunaan air, membantu tanaman bertumbuh dan mencegah banjir selama musim hujan.
Nugroho Yudho, penyelenggara acara Green Festival itu, mengatakan kepada UCA News bahwa kegiatan itu bertujuan untuk menyadarkan seluruh masyarakat akan perubahan iklim yang terjadi seluruh dunia.
Selain kelompok-kelompok Gereja, sekitar 40 kelompok sekular yang peduli dengan masalah lingkungan juga ikut berpartisipasi.*** (ucan)

Agenda Bapa Uskup

Maret 2010
Tgl. Acara
01-04 Rapat Karina KWI dgn Working Group di Jakarta
05 Jalan Salib & Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
07 Misa di Katedral, pkl. 08.30
08 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
09 Hari Imam/Pkl. 09.00 : Fr. PhilipYu CICM dari Generalat CICM/Pkl. 12.00 : DPU-HHK/Misa di SPC, sore.
10 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam, pkl. 18.30
11 Pertemuan ttg Tanah Gereja di Tanjung Bunga/Misa Komunitas
12 LKK-PMKRI di Kare
14 Misa di Katedral, pkl. 08.30
15 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
16 Hari Imam/Sore: Pembukaan Pelatihan Kader OMK
17 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam, pkl. 18.30
18 Misa Komunitas/Perutusan Sr. Martina-Sr. Hilaria, pkl. 18.30
19 Rekoleksi Tokoh Awam
20 Pesta Pelindung Yayasan Joseph Yeemye
21 Misa di Katedral, pkl. 08.30
22 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
23 Hari Imam/Misa di SPC, pkl. 18.15
24 Rapat Dewan Konsultor
25 Rekoleksi Imam/Misa Pembaharuan Janji Imamat
26 Jalan Salib dan Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
28 Minggu Palma
29 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
30 Hari Imam/Misa di SPC, pkl. 18.15
31 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam, pkl. 18.30

April 2010
Tgl. Acara
01 Kamis Putih
02 Jumat Agung
03 Sabtu Suci
04 Paskah
05 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
06 Hari Imam/Misa di SPC, pkl. 18.15
07-08 Rapat Regional Komisi HAK
09-11 Undangan ke Manado:
- Pemberkatan Katedral
- HUT Ke-70 Mgr. Suwatan
12-16 Ke Tahbisan Uskup Ruteng
18 Misa di Katedral, pkl. 08.30
19 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
20 Hari Imam/Misa di SPC, pkl. 18.15
21 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam, pkl. 18.30
22 Misa Komunitas, pkl. 18.30
23 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
25 Misa di Katedral, pkl. 08.30: Minggu Panggilan
26 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
27 Hari Imam/Misa di SPC, pkl. 18.15
28/4 - 5/5 Kunjungan Pastoral Ke Kevikepan Sulbar (I)

Mei 2010
Tgl. Acara
06 Misa Komunitas, pkl. 18.30
07-11 Rapat di Jakarta
13 Krisma di Andalas
14 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
16 Misa di Katedral, pkl. 08.30: Minggu Komsos Sedunia
17 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
18-20 Rapat Dewan Imam
21 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
23 Krisma di Katedral
24 Misa Bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
25 Hari Imam/Misa di SPC, pkl. 18.15
26 Misa di Biara/Asr. Siti Miriam, pkl. 18.30
27-28 Ziarah Soppeng
30 Krisma di Gotong-Gotong

Mutasi Personalia KAMS

1. P. Kamelus Kamus, CICM
Dilepaskan dari tugas sebagai Ketua Tim OF Imam KAMS.

2. P. Jaak Catteeuw, CICM
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Rumah Sakit Stella Maris.

3. Toni (Koordinator) & Pablius Jurung (Anggota)
Diangkat sebagai Penyelia Pendidikan Agama Katolik untuk Tingkat Sekolah Dasar dan Menengah.

4. Panitia Persiapan Sinode Diosesan 2012
Ketua : P. Ernesto Amigleo, CICM (Vikjen KAMS ex officio)
Sekretaris : P. Fransiskus Nipa (Sekretaris KAMS ex officio)
Bendahara : P. Albert Arina (Ekonom KAMS ex officio)
Anggota:
1. P. A. van Rooy, CICM (Vikep Makassar ex officio)
2. P. Matheus Bakolu (Vikep Sultra ex officio)
3. P. Frans Arring (Vikep Toraja ex officio)
4. P. Jimmy Sattu (Vikep Sulbar ex officio)
5. P. Chris J. Sumarandak, MSC (Vikep Luwu ex officio)
6. P. Alex Lethe (Ketua Komdik KAMS ex officio)
7. P. Ignatius Sudaryanto, CICM (Ketua Komkel KAMS ex officio)
8. P. Fredy Rante Taruk (Ketua Komisi PSE KAMS ex officio)
9. P. Paulus Tongli (Ketua Komisi Kerawam KAMS ex officio)
10. P. Marselinus Lolo Tandung
11. P. Yohanes Berchmans da Cunha
12. P. Rudy Kwary
13. Sr. Rosa Masarrang, JMJ
14. Fr. Kornelis Banin, HHK
15. Bpk. Julius Yunus Tedja
16. Bpk. Philips Tangdilintin
17. Bpk. Stevy Thioritz
18. Ibu Yani Gunawan
19. Ibu Litha Limpo

5. P. I Made Markus Suma, Pr
Ditugaskan untuk melaksanakan karya pelayanan dalam lingkungan STIKPAR Tana Toraja dan Pastor Asisten Paroki St. Antonius Rembon.

Open House Lintas Agama Paroki St. Petrus Rasul Parepare

Paroki St. Petrus Rasul Parepare, menutup tahun 2009 dan membuka lembaran baru tahun 2010 dengan mengadakan 'open house' lintas agama di pastoran, Minggu, 3 Januari 2010. Sekitar 100 tokoh agama yang mengikuti acara open house itu, hadir juga Asisten I Kota Parepare, Anwar Saad.SH.MH yang mewakili bapak Wali Kota Parepare.

Mengawali kata pembukaan 'open house' lintas agama, Pastor Wilhelmus Tulak, pr selaku pastor paroki St. Petrus Rasul Parepare menjelaskan bahwa lahirnya 'open house' lintas agama ini sebagai wujud kerja sama umat Katolik dengan Pemerintah dan masyarakat beda agama dan beda gereja di Kota Parepare. Menurutnya, 'open house' ini menjadi langkah awal gereja Katolik Kota Parepare membangun dialog kehidupan dan karya dengan pemerintah dan agama lain.
'Open house' lintas agama, lanjutnya, adalah tanda keterbukaan umat Katolik Kota Parepere terhadap pemerintah dan agama lain. Umat Paroki St. Petrus Rasul Parepare yang berjumlah 3.808 jiwa tidak merasa kecil hati di tengah agama mayoritas, melainkan sebagai bagian dari pembangunan fisik dan spiritual Kota Parepare. 'Open house' lintas agama Paroki St. Petrus Rasul Parepare yang didukung oleh AKPER Fatima Parepare dan Rumah Sakit Fatima Parapare mengandung makna bahwa 'kehadiran umat Katolik Kota Parepare patut diperhitungkan' dalam kanca pembangunan fisik dan rohani. Seperti pembangunan lembaga pendidikan, kesehatan dan ekonomi Kota Parepare. Dengan demikian, umat Katolik Kota Parepare menjadi umat yang mandiri dan memiliki daya pikat bagi pemerintah dan umat agama lain, harapnya.

Sedangkan Asisten I Kota Parepare, Anwar Saad, SH.MH yang mewakili Walikota Parepare mengatakan: 'umat Katolik Kota Parepare telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan Kota Parepare melalui lembaga pendidikan dan kesehatan maupun melalui pribadi-pribadi yang langsung mengabdikan diri pada lembaga pemerintahan Kota Parepare'. Anwar menilai kehadiran lembaga pendidikan Katolik mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi dan Rumah Sakit Fatima Parepare sangat membantu pemerintah daerah untuk mengurangi angka buta huruf, kematian dini dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Parepare di satu sisi. Di pihak lain, umat Katolik Kota Parepare tidak melakukan keonaran-keonaran yang membuat pemerintah bekerja ekstra hati-hati. la melanjutkan, semoga umat Katolik Kota Parepare tetap eksis di tengah agama mayoritas, tegas Anwar mengakhiri kata sambutannya.

Acara ini diikuti juga oleh siswa-siswi SD Katolik dan kelompok The Rise Voice (vocal grup ekumene) gereja-gereja sekota Parepare. Mereka menyumbangkan berbagai atraksi dan nyanyian, seperti tarian dan lagu betapa indah kita hidup rukun bersaudara.

Pendapat Penulis
‘Open house’ lintas agama Paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas merupakan hal yang langka dalam kehidupan menggereja. Disebut langka karena bisa dicurigai kehadirannya. Bahkan bisa dituduh sebagai proses “Katolik”sasi. Para tokoh agama yang mengadakan 'open house' lintas agama dilabel sebagai kaum liberalisme gaya baru yang merusak doktrin agama. Hal ini bisa menimbulkan kegelisahan bagi kalangan umat beriman. Pertanyaannya, apakah 'open house' lintas agama akan mengganggu kehidupan beragama seseorang?

Realitanya, tidak sesederhana yang diasumsikan itu. Ada agama yang menutup diri terhadap dunia iuar. Tidak mau ajaran agamanya diketahui atau dipelajari oleh orang agama lain. Bahkan kalau ada orang agama lain yang hidup dan berkembang di lingkungannya ia berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkannya. Tetapi ada agama yang justru lebih terbuka, mau hidup berdampingan dan suka berdialog dengan agama lain, baik dialog kehidupan dan dialog karya maupun dialog dogma/iman. Terlepas dari label positif dan negatif di atas, open house adalah suatu kegiatan membuka 'rumah hati kita' untuk bersilaturahmi dengan sesama, baik yang seiman maupun bukan seiman.

'Open house' lintas agama sangat mengandaikan para penginisiator memahami agamanya dan agama orang lain yang mendasari tindakannya, sehingga tuntutan hidup berdampingan sesuai perintah pasal 29 UUD 1945 bisa terwujud. Muncul pertanyaan, mungkinkah hal itu bisa terjadi dalam kehidupan menggereja, Masjid, Wihara dan Pura?
Paroki St. Petrus Rasul Parepare, yang dinakodai oleh Rm. Wilhelmus Tulak, Pr pada 3 Januari 2010 mengadakan 'open house' lintas agama bersama jajaran PEMDA Kota Parepare. Acara ini terinspirasi oleh tema Natal Tahun 2009, yakni: Tuhan itu baik bagi semua orang" (Mz. 145:9). Artinya, orang beriman mesti menghayati 'Tuhan yang baik bagi semua orang' itu dalam kehidupan nyata. Karena Tuhan itu bukan milik sekelompok agama tertentu, melainkan Dia ada untuk semua. Agama-agama yang dihayati manusia Indonesia hendaknya mencetuskan wajah Tuhan yang baik itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang nyata dalam sikap hidup yang peka dan toleran terhadap agamanya dan agama orang lain.

'Open house' lintas agama sebagai fundasi awal dalam membangun dialog kehidupan dan karya antar agama, sebagaimana ditegaskan oleh RM. Wilhelmus Tulak.Pr pada kata pembukaan acara 'open house' lintas agama paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas, bukanlah yang sudah jadi, melainkan menjadi sesuatu yang perlu diperjuangkan. la lahir dari suatu kesadaran iman bahwa membangun kerja sama lintas agama merupakan suatu kebutuhan mendesak untuk menghasilkan kaum beriman yang tangguh dan tanggap dalam kehidupan bersama. Kenyataan ini diwujudkan dalam sikap dan perbuatan kasih kepada agama-agama lain yang lahir dari keyakinan kepada agama yang dianutinya. Dengan kata lain, 'open house' itu adalah salah satu 'titik awal' membangun dialog beda gereja dan beda agama. ia tidak bertentangan dengan ajaran agama, melainkan berada dalam koridor kepentingan bersama. Maka 'open house' lintas agama paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas, mungkin patut ditiru.

Fenomena ini menunjukkan bahwa umat Katolik Kota Parepare yang berjumlah 3.808 jiwa 'terbuka' untuk berdialog dengan semua agama dan pemerintah daerah Kota Parepare. Umat Katolik Kota Parepare tidak menutup diri terhadap dunia sekitarnya, melainkan dia terlibat dan bekerjasama dengan pemerintah. Kenyataan ini diperkuat oleh pernyataan Asisten I Kota Parepare, Anwar Saad.SH.MH dalam kata sambutannya mewakili Wali Kota Parepare 'memuji keberadaan' umat Katolik Kota Parepare. Menurut Anwar, umat Katolik Kota Parepare telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan Kota Parepare meialui lembaga pendidikan dan kesehatan maupun meialui pribadi-pribadi yang langsung mengabdikan diri pada lembaga pemerintahan Kota Parepare. Anwar menilai kehadiran lembaga pendidikan Katolik mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi dan Rumah Sakit Fatima Parepare sangat membantu pemerintah daerah untuk mengurangi angka buta huruf, kematian dini dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Parepare di satu sisi. Di pihak lain, umat Katolik Kota Parepare tidak melakukan keonaran-keonaran yang membuat pemerintah bekerja ekstra hati-hati, tegas Anwar mengakhiri kata sambutannya.

Maka, 'open house' lintas agama paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas akan tetap menjadi relevan dan aktual apabila dikembangkan kemampuan secara kontinu dalam berbagai lini kehidupan. Di satu pihak, kemampuan untuk tetap berpegang teguh pada apa yang diyakini. Di lain pihak, tetap terbuka pada pandangan alternatif. Artinya, umat beragama harus berani untuk terbuka, berani untuk membangun dialog beda agama dan beda gereja. 'Open house' lintas agama dapat dipilih sebagai salah satu alternatif proses pembaharuan diri dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan berbangsa.

Dengan demikian, ada tiga poin penting yang dapat kita tarik dari 'open house' lintas agama paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas. Pertama, kita perlu memahami agama lain dan agama sendiri secara baik dan benar. Kedua, berani memulai membuka diri berdialog dengan agama lain. Ketiga, mengkritisi diri bahwa keselamatan itu milik semua agama. Mungkinkah hal itu terjadi?

Kalau Paroki St. Petrus Rasul Parepare bisa, bagaimana dengan kita? Mari kita memulai.*** Penulis: Martinus Jimung, Dosen Tetap Yayasan Sentosa Ibu pada Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Ulangtahun X Paroki St. Clemens, Kendari

Pada tanggal 22 Februari 2010 Gereja Katolik Paroki St.Clemens-Mandonga – Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara genap berusia 10 tahun. Umat menyelenggarakan perayaan Hari Ulang Tahun Parokinya dengan menghadirkan Bapak Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar:Mgr.John Liku Ada’ Pr.
Perayaan Satu Dasa Warsa Paroki St.Clemens Mandonga Kendari ini selain dihadiri oleh Uskup Agung Makassar panitia juga menghadirkan Walikota Kendari,Ketua DPRD.Kota Kendari serta anggota Muspida kota Kendari.

Dalam sambutannya pada acara ramah tamah Bapak Uskup Agung Makassar Mgr.John Liku Ada’Pr. mengajak seluruh umat Paroki St.Clemens-Mandonga Kendari dalam peringatan Satu Dasa Warsa (10 tahu) Paroki ini untuk menjadi semakin dewasa dalam Iman dan kehidupan serta sebagai umat Allah mampu menjadi garam dan terang dalam masyarakat.

Pada acara ramah-tamah umat bersama dengan Bapak Uskup Agung Makassar dan Pimpinan Pemerintah Kota Kendari, Wali Kota Kendari selaku pimpinan pemerintah mengucapkan Selamat kepada umat Katolik Paroki St.Clemens-Mandonga –Kendari dan mengajak seluruh umat katolik sebagai warga negara dan warga masyarakat untuk mendukung program pembangunan pemerintah yang sedang dijalankan di kota Kendari ini.

Hari Ulang Tahun Satu Dasa Warsa (10 tahun) Gereja Katolik Paroki St.Clemens-Mandonga – Kendari ini dirayakan, sebagai wujud refleksi dan rasa syukur umat, yang diungkapkan dengan berbagai kegiatan baik kegiatan - kegiatan yang bersifat internal umat maupun kegiatan yang mencakup masyarakat umum diluar umat katolik Paroki St.Clemens.Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Hari Ulang Tahun Paroki dibagi dalam tiga kategori:
1. Kegiatan yang bersifat mambangun kebersamaan dan kerjasama serta menggali potensi umat.
Lomba olah raga dan ketrampilan :Futsal, Tenis Meja, Takraw, Tarik Tambang, Poco-poco, Melukis, Merangkai Bunga,Makanan sehat.
Lomba seni religius.: paduan Suaran, Pendarasan Mazmur, Lektor, Cerdas Cermat Kitabh Suci, Menyarikan Firman Tuhan, Renungan Kitab Suci.
2. Kegiatan sosial Kemasyarakatan
Bakti Sosial pelayanan Kesehatan masyarakat.
Seminar Kesehatan.
Pembagian Sembako bagi umat dan masyarakat yang membutuhkan.
3. Kegiatan puncak Hari Ulang Tahun Paroki.
Misa Agung yang dipimpin oleh Bapak Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar yang didampingi Vikep Sulawesi Tenggara P.Mathius Bakolu Pr.Pastor Paroki P.Oc.Sam.Bureny Pr. bersama para Imam lainny (P.Eltus Mali,Pr. P.Frans Tandipau Pr. P.Yoseph Padang Pr. P.Albert Maria Rua Pr. P.Martinus Pasomba Pr.
Ramah Tamah Umat dengan Bapak Uskup dan para Pastor yang dihadiri oleh tamu istimewa : Wali kota Kendari bersama Muspida dan Ketua DPRD.Kota Kendari.

Gereja Katolik St.Clemens Mandonga-Kendari, pada walnya adalah merupakan cabang pelayanan dari Paroki Fransiskus Xaverius Sodohoa-Kendari, dengan fisik bangunan yang amat sederhana. Gereja ini menjadi sebuah paroki berawal dari penyiapan banyak hal untuk sebuah paroki yang reprensentatif, antara lain pembangunan gedung gereja yang secara fisik cukup memadai yang dirintis oleh P.Frans Tandipau Pr. tahun 1984 saat belau bertugas sebagai Pastor Paroki Fransiskus Xaverius Sodohoa Kendari.

Setelah semua sarana dan prasarana mendekati sempurna dan didukung oleh jumlah umat yang memadai dan Sumberdaya Manusia (SDM) yang tersedia dan setelah dipandang layak untuk menjadi sebuah Paroki maka melalui Surat Keputusan Uskup Agung Makassar No.2202/D3.24/2000 tertanggal 22 februari 2000,Gereja St.Clemens Mandonga – Kendari ditetapkan sebagai Paroki yang otonom terpisah dari paroki induk Santo Fransiskus Xaverius Sodohoa.
Sebagai paroki, Gereja katolik Paroki St.Clemens Mandonga dalam kurun waktu 10 tahun berturut-turuttelah dipimpin / dilayani oleh bebrapa Imam/Pastor
1.P.Eltus Mali Pr. : 2000-2004.
2.P.Alex Maitimo Pr. : 2004 ( PLS. 4 bulan)
3.P.Yoseph Padang Pr.: 2004-2008
4.P.OC.Sam.Bureny Pr.:2008 – sekarang.

Dalam mengarungi langkah kedepan sebagai paroki yang masih muda ibarat seorang anak remaja, pastor paroki dalam sambutannya pada HUT.Paroki mengajak segenap umat dan stakeholder untuk menyikapi dan mengaktualkan dalam perjalanan paroki ini akan makna sebuah gereja. Bahwa Gereja hadir di dunia bukan untuk dirinya sendiri, Gereja diutus ke dunia untuk menjadi garam dan terang bagi dunia, dan itu berarti setiap warga paroki St.Clemens Kendari harus siap diutus ke tengah masyarakat Sulawesi Tenggara pada umumnya dan kota Kendari pada khususnya untuk menjadi garam dan terang bagi masyarakat kota Kendari untuk bahu membahu dengan pemerintah dalam mensukseskan program pembangunan pemerintah menjadikan Kota Kendari kota yang Indah.

Dan ke dalam, mengajak segenap umat paroki St.Clemens untuk bertumbuh menjadi gereja yang mandiri, mengumat dan berdaya pikat.***

Dirgahayu Paroki St.Clemens
Mandonga– Kendari
Selamat HUT X. 22 FEB.2000-2010
(Penulis: Susanto A.)

Sharing Imam (Muda) di Mamuju – Sulawesi Barat 15-17 Januari 2010: Mewujudkan Mimpi Imamat dalam Kebersamaan

Ragu-ragu? ... Mundur! Demikianlah salah satu sharing yang disampaikan oleh seorang rekan imam muda yang menceritakan pengalamannya sebagai seorang imam. Ungkapan itu ditemukan dalam sebuah tulisan di batu dalam perjalanannya melayani umat di salah satu stasi yang dikunjunginya. Setelah membaca tulisan itu, ia merenungkannya sebagai sebuah dorongan untuk menjalani hidup imamatnya. Rekan imam yang lain menambahkan: seorang imam perlu bermimpi dalam karya pelayanan imamatnya. Imam yang tidak memiliki mimpi akan mudah patah semangat ketika berhadapan dengan tantangan. Mimpi Imamat menjadi pendorong bagi seorang imam untuk mewujudkan penghayatan imamatnya di tengah pelayanan dan dalam kebersamaan kolegialitas para imam dan pelayanan terhadap umat. Hal ini disharingkan oleh dua orang rekan imam: P. Daud La Bolo dan P. Filipus Kala’ – yang merayakan hari ulang tahun imamat mereka - dalam perayaan ekaristi untuk membuka Sharing Imam (Muda) di Mamuju pada tanggal 15-17 Januari 2010.

Sharing ini menjadi titik tolak 25 orang imam (muda) untuk berbagi pengalaman dan merefleksikan hidup imamatnya dalam pertemuan bersama ini. Dalam pertemuan ini, secara khusus, P. Richard Keto dan P. John Rante Galla diminta menjadi pembuka sharing melalui proses refleksinya sebagai seorang imam yang mendapatkan kesempatan untuk studi lanjut. Mereka menceritakan bagaimana usaha mereka mewujudkan mimpi sebagai seorang imam dalam proses studi lanjut mereka. Mereka sepakat bahwa kesempatan untuk studi lanjut penting untuk senantiasa ditempatkan dalam kerangka penghayatan hidup imamat. Bagi mereka imamat adalah sebuah anugerah. Oleh karena itu, setiap karya yang berkaitan dengan keimamatan yang ditugaskan kepada kita adalah bagian dari hidup imamat kita. Demikian juga dengan studi lanjut yang hendaknya dilihat sebagai sebuat bentuk karya imamat.
Dalam proses itu, seorang imam berjuang mewujudkan mimpi-mimpi imamat mereka dalam pelayanan sehari-hari. Seringkali memang kedua rekan menemukan tantangan bahwa ada ketidaksikronan antara apa yang sudah diperjuangkan selama studi dengan situasi konkret yang dihadapi: ditempatkan pada bidang yang tidak didalami secara khusus selama ini (dalam studi) ataupun harus menyesuaikan diri dengan dunia dan perjuangan baru sebagai seorang mahasiswa yang harus berjuang di tengah kehidupan yang selama ini berbeda dari yang dihayatinya.

Dalam situasi seperti itu, para imam (muda) menyadari bahwa setiap imam perlu memiliki mimpi hidup imamat yang akan diwujudkannya dalam penghayatannya sehari-hari. Akan tetapi, mimpi itu hendaknya ditempatkan dalam kebersamaan. Hal yang sangat ditekankan adalah menempatkan mimpi dalam kollegialitas para imam dalam sebuah lingkup karya tertentu di keuskupan ini. Sambil mengutip pesan Santo Paulus: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Ef 4:13), seorang rekan mengingatkan bahwa seringkali dalam perjalanan hidup imamat ini, tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kata lain, mimpi hidup imamat itu tidak terwujud karena situasi dan tantangan yang dihadapi. Akibatnya, seringkali kekecewaan akan menghinggapi kita. Untuk itu, perlulah kita kembali kepada Dia yang menjadi sumber kekuatan imamat, yaitu Sang Imam Agung, Yesus Kristus. Rekan yang menceritakan hal ini menggambarkan bahwa inilah yang memberikan kekuatan dan semangat bagi dirinya untuk menjalani hidup imamat yang penuh tantangan, sekaligus yang membuat dirinya tetap bertahan untuk berani bermimpi menjali pelayanan hidup imamat dengan lebih baik lagi.

Berjuang mewujudkan mimpi hidup imamat ternyata tidak hanya dalam kollegialitas para imam. Perjuangan itu juga melibatkan mereka yang selama ini menjadi medan pelayanan para imam, yaitu umat beriman. Pengalaman ini menjadi sangat konkret kami temukan dalam pertemuan di Paroki Mamuju. Satu hal yang luar biasa, umat terlibat dengan sangat aktif dalam pertemuan ini. Sejak misa pembukaan pertemuan ini hingga misa penutupan, umat senantiasa hadir dan terlibat secara aktif. Bukan hanya dalam keikutsertaan untuk merayakan ekaristi, tetapi juga dalam keterlibatan menyangkut hal praktis: menyiapkan tempat pertemuan, memasak dan menjamu para imam dengan penuh perhatian, hingga mengalami kebersamaan dalam rekreasi bersama entah itu di pastoran ataupun ketika pergi sebuah pantai untuk sejenak bersantai bersama. Dalam pertemuan seperti itu, kami mengalami bagaimana umat menjadi tempat berbagi untuk mewujudkan mimpi pelayanan kami sebagai seorang imam. Sambil bercerita, bercanda, dan berdiskusi bersama kami mengalami betapa besar dukungan dan harapan umat untuk para imamnya. Mereka sangat mengharapkan para imam mampu melayani dengan baik dan memberikan yang terbaik bagi Gereja. Di sinilah kesadaran untuk mewujudkan mimpi imamat kembali disemangati. Umat mengharapkan sesuatu yang berarti dalam hidup mereka sebagai orang berimam; imam mendampingi umat dalam menemukan arti hidup beriman itu. Dengan cara seperti ini, mimpi hidup imamat diwujudkan dalam pelayanan.

Akhirnya, waktu juga yang membuat kami harus berpisah di Mamuju. Misa penutupan dan makan malam bersama di rumah salah satu umat menjadi rangkaian akhir permenungan para imam (muda) dalam usahanya mewujudkan mimpi hidup imamat. Pada pagi hari, tanggal 18 Januari 2010, kami kembali ke tempat tugas masing-masing. Semuanya membawa bekal harapan baru: semangat mewujudkan mimpi dalam kollegialitas bersama sebagai seorang imam di Keuskupan Makassar dan dalam kebersamaan dengan umat sebagaimana kami temukan di Paroki Mamuju. Pertemuan seperti ini pada akhirnya semakin menunjukkan semangat saling berbagi dan memberikan kekuatan melalaui sharing para imam perlu untuk semakin didukung. Pertemuan seperti ini juga bukanlah ajang diskusi atau sekedar kumpul dan bercerita mengenai hal yang tidak jelas atau dalam bahasa sehari-hari: gossip, melainkan sebuah pertemuan yang memberi kekuatan bagi kami (yang masih muda dalam hidup imamat) untuk melayani dengan semaksimal mungkin.

Menutup semuanya itu, kami mau mengucapkan terima kasih kepada: Pastor Agus Matasak yang menjadi tuan rumah pertemuan ini; Umat Paroki Mamuju atas perhatian dan dukungan yang sangat luar biasa selama pertemuan ini; Para Donatur yang memberikan bantuan untuk pelaksanaan pertemuan ini; Para rekan imam yang bersedia meluangkan waktu berbagi bersama, khususnya beberapa rekan imam senior yang masih berkenan hadir bersama dengan kami; Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-per-satu yang senantiasa mendukung pertemuan ini. Sampai bertemu lagi dalam pertemuan sharing imam di Paroki Mamasa pada bulan Juli 2010. Kehadiran para rekan imam lain akan semakin memperkaya penghayatan hidup imamat kita untuk membangun bersama Keuskupan Makassar yang kita cintai ini.*** Penulis: Carolus Patampang, Pr. Salah satu Imam Muda KAMS

Peringatan Hari Pangan Sedunia: Jambu Mente yang Kian Menua, Enau dan Kelapa Menjadi Alternatif

Ada rasa kuatir dibenak masyarakat Muna dan Gereja lokal secara khusus yang bergelut sekian puluh tahun lamanya dengan budidaya tanaman jambu mente. Bagaimana tidak, sebuah tanaman komoditi berprospek dan menjanjikan bagi masyarakat Muna kini harus terkikis oleh zaman karena usia yang kian menua sehingga daya produktifitasnya pun menurun dan tidak memberi dampak yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat setempat. Lebih seperempat abad usia tanaman ini berlalu dengan kejayaannya di tanah Muna dan menjadi tanaman populer dari tanaman-tanaman lainnya yang juga berprospek mensejahterakan rakyat disamping jati Muna yang begitu terkenal di bumi Anoa Sulawesi Tenggara. Akan tetapi, masa lalu tanaman ini dengan kejayaannya, kini meninggalkan euphoria dengan misionaris perintis budidaya tanaman ini.

Zaman berganti, sebagian masyarakat Muna kini tidak banyak berharap dan bergantung secara penuh lagi terhadap keberadaan tanaman ini. Segelintir orang/umat telah memutuskan untuk berpindah mengaduh nasib dengan membuka lahan baru untuk bercocoktanam dengan tanaman alternatif lain baik yang berjangka pendek maupun berjangka panjang mulai dari jagung, jenis umbian, pisang, nanas, jeruk, rambutan, kelapa dan jati. Akan tetapi, sebagian besar masyarakat masih tetap bertahan dan berharap akan menuai hasil dari tanaman ini meskipun dalam jumlah yang tidak banyak. Dengan bahasa sederhana jambu mente tidak dapat diandalkan lagi sebagai satu-satunya tanaman yang dapat mengangkat kemakmuran rakyat.

Issue terhadap tanaman ini terus berkembang menjadi wacana dalam setiap percakapan dan menjadi sebuah keprihatinan bagi masyarakat Muna pada umumnya dan Gereja lokal pada khususnya. Atas dasar keprihatinan inilah Kevikepan Sultra bekerja sama dengan tim HPS Sultra dan Komisi PSE KAMS menanggapinya dengan mengadakan lokakarya tgl. 28-29 Maret 2009 yang lalu dengan tema: Peremajaan Jambu Mente dan Tanaman Produktif lainnya. Lokakarya ini menghadirkan narasumber Bpk. Yulius Pasolon (Dosen Unhalu fak. Pertanian/tim HPS Sultra) dan difasilitasi oleh P. Linus Oge, Pr. dan P. Albert Rua’,Pr. (tim HPS Sultra) dan P. Fredy Rante Taruk, Pr. (Komisi PSE KAMS). Adapun peserta yang hadir berjumlah 100 orang yang berasal dari 7 stasi paroki Labasa (Lakapera, Lolibu, waleale, Tembeua, Wadolao, Dahiango, Labasa) dan 3 stasi paroki Raha (Kambara, Guali, Latompa).

Lokakarya ini disambut baik dengan antusiasme oleh para peserta melalui keterlibatan dan semangat mereka dalam bertanya, berdialog, berdiskusi dan sharing pengalaman selama lokakarya berlangsung. Dalam sharing pengalaman kelompok nyatalah minimnya hasil biji gelondongan yang diperoleh (rata-rata tinggal 50 kg/ha musim panen; dulunya mencapai 150-200 kg), bahkan sebagian besar mengalami banyak kendala dan tidak mampu berbuat apa-apa dengan tanaman jambu mente mereka yang sudah menua, hanya menanti hasil, syukur kalau masih berbuah, kalau tidak ya apa boleh buat. Begitulah mereka berpasrah. Komitmen peremajaan jambu mente menjadi solusi yang terbaik dalam lokakarya tersebut, kendati tetap ada saja kendala yang dihadapi, mis. hama sapi dan babi hutan liar yang sulit diatasi oleh masyarakat setempat. Namun, peserta tetap berharap dan antusias melaksanakan program peremajaan yang sudah disepakati dalam lokakarya tersebut.

Selain tanaman komoditi ini, juga disepakati oleh peserta untuk mengusahakan tanaman alternatif lain seperti enau dan kelapa. Tanaman alternatif ini dirasa perlu untuk dibudidayakan sebagai tanaman yang berprospek dan menjanjikan untuk menuai kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat luas di tanah Muna pada umumnya dan Gereja pada khususnya di masa yang akan datang.

Maka untuk melancarkan program peremajaan dan tanaman alternatif ini, tim fasilitator bekerja sama dengan Depas paroki St. Mikael Labasa telah menunjuk ”Tim 15” yang akan menindaklanjuti program ini dalam sebuah aksi persiapan lahan dan bibit. Puncak aksi tsb dilaksanakan dalam bentuk demo farm pada Hari Pangan Sedunia (HPS) yang berlangsung selama 2 hari, tgl. 18-19 Januari 2010 di kebun pastoran paroki St. Mikael Labasa sebagai lahan percontohan. Demo farm ini dihadiri 120 peserta dibuka dengan perayaan ekaristi yang pimpin oleh Vikep Sultra P. Matheus Bakolu, Pr., setelah itu dilanjutkan dengan aksi penanaman 150 bibit kelapa, 150 bibit enau dan 400 bibit jambu mente oleh peserta di lahan seluas 7 ha. Aksi ini didahului penanaman bibit pertama oleh Vikep Sultra. Menarik bahwa disela-sela istirahat bpk. Yulius Pasolon telah menyita perhatian para peserta dengan mengadakan sebuah demo mengolah isi batang enau hingga menjadi tepung sagu yang siap menjadi makanan alternatif. Para peserta terperangah dan antusias menyaksikan demo tersebut. Memang selama ini para peserta tidak pernah mendengar apalagi melihat secara langsung kalau batang enau itu bisa diolah dan menghasilkan tepung sagu, karena dalam benak mereka cukuplah hanya dengan menyadap air pohon enau.

Di akhir dari seluruh rangkaian acara demo farm tsb para narasumber (komisi PSE dan tim HPS Kev. Sultra) menyampaikan kepada seluruh peserta bahwa lokasi kebun pastoran paroki St. Mikael Labasa ditunjuk sebagai Sentrum Pertanian Terpadu (SPT) wilayah Kevikepan Sultra dan sekaligus menghimbau kepada seluruh umat dengan program: ”1 KK 10 Enau 10 Kelapa”.

Dengan demikian, HPS tahun ini menjadi momentum untuk sebuah perubahan pola pikir dan cara kerja menuju pada cita-cita berdaulatnya pangan umat di mata masyarakat luas, jika dilaksanakan dengan sungguh.*** Penulis: P. Bernard Cakra Arung Raya, Pr.

Ulang Tahun Kelima JSM dan Kebangunan Rohani Katolik (KRK) “Jangan Takut, Percaya Saja”

Jeduthun Salvation Ministry (JSM) adalah Komunitas Pujian dan Penyembahan dibawah naungan Badan Pelayanan Keuskupan Pembaharuan Karismatik Katolik (BPK PKK) Keuskupan Agung Makassar. JSM terdiri kelompok kelompok sel dan saat ini dari 11 sel yang tiap minggunya mengadakan pertemuan doa dan sharing tentang Firman Tuhan. Pada Tahun 2010 , komunitas ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke 5 dengan tema “Jangan Takut, Percaya Saja” (Yes 41:13b).

Seperti tahun-tahun sebelumnya pesta ulang tahun ini diawali dengan misa syukur sekaligus misa peneguhan anggota komunitas, yang tahun ini dilaksanakan pada 31 Januari 2010. Pada Misa ini, diteguhkan anggota-anggota JSM yang menurut pengurus telah siap untuk diteguhkan dan tahun ini ada 10 orang yang diteguhkan dari berbagai sel. Di samping itu pengurus baru juga memperbaharui janjinya. Misa peneguhan kali ini diadakan di Paroki St. Yakobus (Mariso) dan dipimpin oleh Pasor Moderator JSM Pastor Ernesto Amigleo, CICM., Pastor Moderator BPK PKK Pastor Hendrik Njiolah, Pr., dan Pastor Paroki St. Yakobus (Mariso) Pastor Leo Paliling, Pr. Misa ini juga di hadiri oleh Uskup Agung KAMS Mgr. John Liku-Ada’, Pr., pembimbing Komunitas HSM Surabaya dan team serta para undangan.

Uskup Agung dalam kata sambutannya lebih tertarik dengan salah satu komitmen JSM yaitu pelayanan eksternal, bahkan menyebutkan bentuk pelayanan berupa pelayanan orang sakit. Pesan Uskup agar JSM lebih meningkatkan pelayanan eksternal JSM. Pastor Moderator BPK PKK KAMS & Ketua BPK menyuarakan hal yang senada agar JSM lebih semangat lagi sesuai dengan semboyan JSM “Kami bukan banyak, kami satu membawa Kristus”, agar JSM satu dengan PD lainnya untuk memperkenalkan Kristus dan sehati bekerja sama dalam berbagai pelayanan. Sedangkan Bapak WSM Hanjaya selaku pembimbing HSM Surabaya yang mengikuti seluruh perkembangan JSM dari awal terbentuknya turut mengiayakan pesan Uskup, dan mempertegas pesan bapa uskup, bahwa banyak “orang sakit” yang harus dilayani, khususnya orang yang “Sakit Rohani”.

Setelah misa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah di aula paroki St. Yakobus Lt. 2, makan siang bersama untuk mempererat keakraban antara semua anggota JSM dan para undangan yang hadir.

Besoknya, 1 Februari 2010 diadakan Kebangunan Rohani Katolik (KRK) di Balai Prajurit Jendral M. Jusuf (Balai Manunggal). Puji-pujian dan drama ditampilkan dengan sangat apik oleh kolaborasi team JSM dan HSM Surabaya. Sungguh karya Tuhan yang luar biasa dinyatakan dalam acara ini, semuanya diluar prediksi panitia. Kerja keras panitia dan tentunya dengan Doa dan mengandalkan Tuhan dalam publikasi sebulan sebelum acara terlihat dari kedatangan umat yang sangat antusias, 2 jam sebelum acara dimulai umat sudah mulai berdatangan hingga ruangan penuh sampai balkon dan diprediksi ± 1500 umat yang hadir memuji dan menyembah Tuhan. Tercatat dari banyaknya umat yang tidak memperoleh souvenir berupa Kalender Firman yang dibagikan gratis ke seluruh umat yang hadir, padahal team publikasi mencetak kalender ini sebanyak 1000 eksemplar. Tercatat pula puluhan Pastor se-Keuskupan Agung Makassar hadir pada acara ini.

KRK dimulai tepat jam 18.30 dengan dibuka oleh MC untuk memperkenalkan kekayaan gereja Katolik pada umumnya dan salah satunya adalah Komunitas JSM. Dilanjutkan dengan Doa pembukaan oleh Pastor John Turing, Pr. Selanjutnya umat diajak untuk merasakan kehadiran Tuhan lewat Puji - pujian yang dibawakan oleh kolaborasi team HSM & JSM. Disamping itu KRK ini dimeriahkan oleh oleh kehadiran artis Ervinna, penyanyi legendaris yang sangat sukses dan terkenal, yang hidupnya dipulihkan Tuhan dan kini menjadikan Tuhan andalan dalam hidupnya. Ervinna dengan talenta yang Tuhan berikan lewat suaranya yang merdu membangkitkan semangat baru dan menuntun umat yang datang ke hadiratNYA lewat puji-pujian. Bahkan Ervinna sempat membawa umat baik tua dan muda bergoyang dan menari bagi Tuhan lewat lagu era tahun 1980an.

Pada KRK ini pula, tidak hanya Puji - pujian, umat juga diajak untuk mendengarkan Firman yang diaktualisasikan lewat Drama yang dibawakan oleh team Drama JSM dan HSM Surabaya. Drama ini menampilkan kisah Yairus (Markus 5:21-43), semua anggota drama sangat mernghayati semua perannya sehingga umat yang menyaksikannya betul - betul memaknai isi kitab suci melalui drama ini, apalagi setelah itu diberi penjelasan oleh WSM Hanjaya sehubungan dengan Tema “Jangan Takut , Percaya Saja”.

Dalam firman ini, bapak Hanjaya menekankan agar kita menyimak dengan seksama arti firman ini. Menyadari sebaik mungkin, dimana peran kita masih-masing setelah kita melihat setiap tokoh yang ditampilkan firman ini melalui drama tersebut, untuk kemudian kita berbalik, dan mengikuti contoh yang di berikan “wanita pendarahan” dan “Yairus”, sehubungan dengan nas “... Jangan Takut, Akulah yang Menolong Engkau ...” (Yesaya 41:13b). Mengajarkan kita untuk beriman sepenuhnya kepada Allah dalam diri Yesus Kristus, meninggalkan segala hal keterikatan duniawi kita, untuk kemudian tersungkur di hadapan Yesus, menyembah Dia dalam Roh dan Kebenaran, percaya dengan segenap hati kita bahwa dalam setiap pergumulah hidup kita hanya Yesus lah yang menolong kita, sehingga kita dapat memperoleh segala “Janji Tuhan” ketika Ia memilih kita menjadi anak-anakNya.

Setelah Firman berakhir bpk Hanjaya kembali menuntun umat untuk merasakan HadiratNYA dan mendoakan seluruh umat yang datang dan lewat Doa Pengurapan, banyak umat yang minta didoakan secara khusus dan banyak umat merasakan pemulihan oleh Tuhan saat itu juga.
KRK kemudian ditutup dengan doa penutup sekaligus berkat oleh tiga pastor sekaligus. Yaitu Pastor Ernesto Amigleo, CICM., Pastor Fransiskus Nipa, Pr., dan Pastor Ignatius Sudaryanto, CICM.

Pesta ulang tahun JSM kali ini dapat berlangsung dengan sukses tidak terlepas dari kinerja panitia yang kurang lebih 7 bulan mulai dari pengumpulan dana, publikasi, dekorasi hingga acara berlangsung. Suatu tim yang solid boleh terbentuk dari dasar yang kuat yaitu dengan mengandalkan Tuhan dan dengan penuh kerendahan hati berkorban untuk bekerja dengan kerinduan agar semakin banyak umat boleh mengenalNYA, merasakan hadiratNYA dan menikmati penyembuhanNYA.

Segala Kemuliaan hanya bagi Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, dahulu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.*** Penulis: Ade Bisono

Pesan Bapa Suci Benediktus XVI pada Hari Komunikasi Sedunia ke-44 16 Mei 2010

 Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan  Sabda  
Saudara dan Saudariku Terkasih,

1.      Tema Hari Komunikasi Sedunia tahun ini - Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan  Sabda- disampaikan bertepatan  dengan  perayaan Gereja tentang Tahun Imam.  Tema ini memusatkan perhatian pada komunikasi digital, suatu bidang pastoral yang peka dan penting, yang memberikan kemungkinan baru bagi para imam  dalam menunaikan pelayanan kegembalaannya demi dan untuk  Sabda. Berbagai komunitas Gereja  sebenarnya telah  menggunakan media modern untuk mengembangkan komunikasi, melibatkan diri  dalam masyarakat  serta mendorong dialog pada tingkat yang lebih luas. Akan tetapi  penyebarannya yang tak terbendung serta dampak sosial yang besar pada jaman kini, media itu semakin menjadi penting bagi pelayanan imam  yang berhasilguna.

2.      Tugas utama semua imam adalah mewartakan Yesus Kristus, Sabda Allah yang inkarnasi  dan mengkomunikasi rahmat penyelamatan-Nya  melalui sakramen-sakramen. Dihimpun dan dipanggil oleh Sabda, Gereja menjadi tanda dan sarana persekutuan Allah dengan semua orang. Setiap imam dipanggil untuk membangun persekutuan  dalam Kristus dan bersama Kristus. Disinilah terletak martabat yang luhur dan indah  perutusan seorang imam  yang secara istimewa menjawabi  tantangan yang ditampilkan oleh Rasul Paulus: 'Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.'...Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika mereka tidak percaya kepada Dia? Dan bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia jika mereka tidak mendengarkan tentang Dia?  Bagaimana mereka mendengarkan tentang Dia jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya jika mereka tidak diutus? (Rom 10:11, 13-15).

3.      Menggunakan teknologi komunikasi baru merupakan hal yang perlu dalam menjawab secara tepat tantangan-tantangan yang dirasakan kaum muda di tengah pergeseran budaya masa kini. Dunia komunikasi digital dengan daya ekspresi yang nyaris tak terbatas mendorong kita untuk mengakui  apa yang disampaikan oleh St.Paulus:'celakalah aku jika aku tidak mewartakan Injil (1Kor 9:16). Kemudahan mendapatkan teknologi baru yang kian berkembang menuntut tanggungjawab yang lebih besar dari orang-orang terpanggil untuk mewartakan Injil serta  termotivasi, terarah dan efisien  menunaikan usaha-usaha mereka. Para imam berada di ambang ‘era baru':  karena semakin intensifnya  relasi lintas batas yang dibentuk oleh pengaruh media komunikasi, demikian pula para imam dipanggil untuk memberikan  jawaban pastoral dengan menempatkan media secara berdaya guna demi pelayanan Sabda.

4.      Penyebaran komunikasi multimedia dengan ragam ‘menu pilihan' tidak dimaksudkan untuk sekadar menghadirkan para imam  di internet atau sekadar menjadikan internet ruang untuk diisi. Para imam diharapkan menjadi saksi setia terhadap Injil di dalam dunia komunikasi digital dengan menunaikan perannya sebagai pemimpin-pemimpin komunitas yang terus menerus mengungkapkan dirinya dengan ‘suara  yang berbeda' yang dihadirkan oleh pasaraya digital. Dengan demikian, para imam ditantang untuk mewartakan Injil dengan menggunakan generasi teknologi  audiovisual yang paling mutakhir (gambar, video, fitur animasi,blog dan website) yang seiiring dengan media tradisional dapat membuka wawasan baru dan  luas demi dialog, evangelisasi dan katekese.

5.      Dengan menggunakan teknologi komunikasi baru, para imam dapat memperkenalkan   kehidupan menggereja kepada umat dan membantu orang-orang jaman sekarang menemukan wajah Kristus.  Hal ini akan dicapai dengan baik apabila mereka belajar -sejak dari masa pembinaan mereka- bagaimana memanfaatkan  teknologi komunikasi secara  kompeten dan selaras dengan pemahaman teologis yang mendalam dan spiritualitas imam yang kokoh, berakar pada dialog terus menerus dengan Tuhan. Dalam dunia komunikasi digital, para imam -lebih dari sekadar sebagai ahli media-  seharusnya mengungkapkan kedekatannya dengan Kristus untuk memberikan ‘jiwa' baik  bagi pelayanan pastoralnya maupun bagi aliran komunikasi internet yang tak terbendung.

6.       Kasih Allah kepada semua orang dalam Kristus mesti diungkapkan dalam dunia digital bukan sekadar sebagai benda kadaluwarsa atau  teori orang terpelajar tetapi sebagai sesuatu yang sungguh nyata, hadir dan melibatkan diri. Oleh karena itu, kehadiran pastoral kita di dalam dunia seperti itu harus bermanfaat untuk memperkenalkan orang-orang  jaman sekarang teristimewa  mereka yang mengalami ketidakpastian dan kebingungan, ‘bahwa Allah itu dekat, bahwa di dalam Kristus kita semua saling memiliki' (Benediktus XVI, Untuk Curia Romana,21 Desember 2009)

7.      Siapakah yang lebih baik dari seorang imam, yang sebagai abdi Allah dan melalui kemampuannya di bidang teknologi digital dapat mengembangkan dan menunaikan pelayanan pastoralnya , menghadirkan Allah secara nyata di dunia jaman sekarang dan  menampakkan kebijaksanaan rohani masa lampau sebagai harta yang mengilhami usaha kita untuk hidup layak dimasa kini sambil membangun  masa depan yang lebih baik?  Kaum laki-laki dan perempuan religius yang bekerja di bidang media komunikasi memiliki tangggjawab istimewa untuk membuka pintu bagi berbagai pendekatan  baru, mempertahankan mutu interaksi manusia, menunjukkan perhatiannya bagi individu  serta kebutuhan rohaninya yang sejati. Dengan demikian, mereka dapat menolong kaum laki-laki dan perempuan  di zaman digital ini merasakan kehadiran Tuhan, menumbuhkan kerinduan dan harapan serta mendekatkan diri pada Sabda Allah yang menganugerakan keselamatan dan membangun manusia secara utuh. Dengan demikian, Sabda Allah dapat berjalan melintasi berbagai persimpangan yang tercipta oleh simpangsiurnya aneka ragam ‘jalan tol' yang membentuk ‘ruang maya' dan menunjukkan bahwa  Allah memiliki tempat-Nya yang tepat pada  setiap jaman, termasuk di jaman kita ini. Berkat media komunikasi baru, Tuhan dapat menapaki  jalan-jalan perkotaan kita sambil  berhenti di depan ambang rumah dan hati kita dan mengatakan  lagi: Lihatlah, Aku berdiri de depan pintu dan mengetuk, Jika ada yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk ke dalam rumahnya dan makan bersama dia dan dia bersama Aku" (Why.3:20)

8.      Dalam Pesan tahun lalu, saya telah mendorong para pemimpin di  dunia komunikasi untuk memajukan budaya menghormati demi nilai dan martabat manusia. Ini merupakan  salah satu cara dimana Gereja dipanggil untuk menunaikan ‘palayanan terhadap budaya-budaya' di ‘benua digital' jaman sekarang. Dengan Injil di tangan dan di hati, kita mesti menegaskan lagi tentang perlunya  mempersiapkan  cara mengantar orang kepada Sabda Allah  sambil memberikan perhatian kepada mereka untuk terus mencari  bahkan kita harus mendorong pencarian mereka sebagai langkah awal evangelisasi. Kehadiran pastoral di dunia komunikasi digital justru mengantar kita untuk berkontak dengan penganut agama lain, dengan orang-orang tak beriman dan orang-orang dari berbagai budaya, menuntut kepekaan terhadap orang yang tidak percaya, putus asa dan yang memiliki kerinduan mendalam dan tak terungkapkan akan kebenaran  abadi dan  mutlak, Demikianlah seperti  yang diramalkan oleh Nabi Yesaya tentang  sebuah rumah doa bagi segala bangsa (bdk Yes 56:7), dapatkah kita tidak melihat internet  sebagai  ruang yang diberikan kepada kita - semacam ‘pelataran bagi orang-orang bukan Yahudi' di Bait Allah Yerusalem-  yakni  mereka yang belum mengenal Allah?

9.      Perkembangan  dunia digital  dan teknologi baru merupakan sumber daya yang besar bagi manusia secara keseluruhan dan setiap individu sebagai daya dorong untuk perjumpaan dan dialog. Perkembangan ini juga  memberikan peluang besar bagi orang beriman. Tidak ada pintu yang dapat dan harus ditutup bagi  setiap orang yang atas nama Kristus yang bangkit, memiliki komitmen untuk semakin mendekatkan diri kepada orang lain.  Secara khusus bagi para imam, media baru ini memberikan  kemungkinan pastoral yang baru dan kaya, mendorong mereka untuk melibatkan diri ke dalam universalitas perutusan Gereja, membangun persahabatan yang luas dan konkrit serta memberikan kesaksian di dunia jaman kini tentang hidup baru yang berasal dari mendengar Injil Yesus, Putra Abadi yang datang demi keselamatan kita. Seiring dengan itu, para imam mestinya mengingat bahwa keberhasilan utama  dari pelayanan mereka  datang dari Kristus sendiri, yang ditemukan dan didengar dalam doa, diwartakan dalam kotbah, dihidupi lewat kesaksian; dan diketahui, dicinta dan dirayakan dalam sakramen-sakramen, khususnya sakramen ekaristi dan rekonsiliasi.
Untuk para imamku yang terkasih, sekali lagi saya mendorong anda untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan unik yang  disumbangkan oleh komunikasi modern. Semoga Tuhan menjadikan kalian bentara-bentara Injil yang bersemangat di ‘ruang publik' baru media dewasa ini.
Dengan penuh keyakinan, saya memohonkan perlindungan  Bunda Maria dan Santo Yohanes Maria Vianey (Pastor dari Ars, Pelindung para imam) dan dengan penuh kasih saya memberikan kepada anda sekalian berkat apostolikku.

Vatikan, 24 Januari 2010, Pesta Santo Fransiskus de Sales.


Paus Benediktus XVI

Kamis, 18 Maret 2010

Kronik KAMS Desember 2009 - Februari 2010

Desember 1
Pengurus WKRI Provinsi Sulawesi Selatan yang baru terpilih untuk tahun 2009 - 2014 dilantik sore ini dalam sebuah perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. John Liku-Ada' di Katedral pada pukul 16.30. Turut hadir moderator WKRI, P.Hendrik Njiolah.


Desember 2
Mgr. John Liku-Ada' mengadakan perjalanan ke Ternate, Ambon untuk menghadiri perayaan misi katolik di Keuskupan Ambon besok (3/12), Pesta St Fransiskus Xaverius. Menurut sejarah, Santo Fransiskus Xaverius memang tinggal di sana selama beberapa waktu untuk mewartakan Injil. Namun, kemudian Ternate menjadi wilayah Kesultanan.


Desember 3
Kuria KAMS bertemu untuk membahas beberapa hal penting berkaitan dengan personil kantor KAMS dan lain-lain.


5 Desember
Koordinator komisi-komisi KAMS mengadakan pertemuan rutin dengan semua ketua komisi untuk menindaklanjuti mengenai hal-hal yang tertunda selama pertemuan terakhir di bulan September. Vikaris Jendral P.Ernesto Amigleo, CICM, memfasilitasi pertemuan.


Universitas Atma Jaya Makassar (UAJM) hari ini bersemangat "go green". Seminar satu hari diadakan dengan pembicara utama adalah Andi Iskandar, Kepala Departemen "Ketertiban dan Kebersihan" di kantor walikota. Setelah ceramah, para peserta yang umumnya mahasiswa dan dosen dari Atma Jaya mengikuti pelatihan praktis tentang bagaimana membuat lingkungan bersih.


6 Desember
Pada kesempatan pergantian Pastor Pembimbing di rumah sakit mereka, Suster-suster dari komunitas Stella Maris mengadakan pesta perpisahan sederhana dengan P.Jaak Catteeuw, CICM sekaligus sebagai tanda syukur.

Desember 7
Bapa Uskup kembali dari perjalanannya di Ternate. Sementara Vikaris Jendral berangkat ke Manila via Jakarta untuk menghadiri reuni sekolah katolik Paco di mana ia lulus 50 tahun yang lalu. Kelasnya angkatan '59 merayakan Pesta Emas di mana ia diundang untuk merayakan Misa dan menyampaikan kotbah bagi seluruh alumni.


Desember 8

Pada hari Raya Bunda Maria Dikandung tanpa noda dosa, P.Maris Marannu merayakan ulang tahun ke-40 tahbisan Imamat Kudus. Mgr. John Liku-Ada' memimpin perayaan Ekaristi bersama dengan P.Maris Marannu dan P. Marsel Lolo Tandung sebagai konselebran di gereja Paroki Kristus Raja. Bapa Uskup juga memberikan homili, berbagi pengalaman tentang P.Maris. Banyak imam, religius dan ratusan orang menghadiri Misa dan resepsi diselenggarakan di restoran Runtono. Selama makan malam, Fr. Maris berbagi pengalaman pribadinya sebagai imam selama 40 tahun.

Desember 10
Setelah beberapa tahun pelayanan sebagai pastor rumah sakit Stella Maris, P. Jaak Catteeuw, CICM, berangkat ke Jakarta karena alasan kesehatan. Seorang teman baik P. Jaak, Ibu Rika dari Jakarta, datang untuk membantunya mengepak barang-barangnya dan menemaninya ke Jakarta. Beliau dipindahkan ke Rumah Provinsialat.

Desember 15
STIKPAR di Tana Toraja mengadakan pertemuan tiga hari untuk membahas koordinasi lembaga ini dalam sebuah tim yang dipilih yang tujuan utamanya adalah untuk mengkoordinasikan kegiatan lembaga.


Desember 18
Kami menerima berita sedih tentang kematian seorang novis HHK, Fr. Octavianus Hale, HHK, dari Timor (23). Dia tenggelam di pantai ketika mencoba untuk berenang di Tanjung Bayang dengan rekan-rekan novis pukul 6.30. Rekan-rekan novis mencoba untuk menyelamatkannya, tetapi tidak berhasil. Sebuah Misa requiem yang dipimpin oleh P. Karol Patampang,dan dibantu oleh P. FX Daru, CICM, dan P. Leo Sugiono, MSC, diadakan untuk korban. Jenasah dikebumikan di pemakaman Pannara.


Desember 22
Para imam, religius dan pemimpin awam paroki di kota berkunjung ke kediaman Uskup untuk merayakan ulang tahun ke-61 Bapa Uskup. Selamat ulang tahun, Monsignor!

Sementara itu, Vikaris Jendral Merayakan ulang tahun ke-41 tahbisan Imamat, dengan teman sekelas di rumah Provinsial CICM di Quezon City, Filipina.


Sementara itu di Tana Toraja, P. Victor Patinggi, dengan tim dari Tana Toraja, menyelenggarakan acara camping 3 hari (dari hari ini sampai Hari Natal) dengan anggota SEKAMI di paroki Boking. Paroki sekitarnya ikut bergabung dalam kegiatan ini.


Desember 25
Selamat Hari Raya Natal! Semoga Kristus dan Bunda-Nya melimpahkan pada kita semua berkat-berkat berlimpah damai, sukacita, dan cinta.


Desember 26
Sebagaimana tahun sebelumnya, Bapa Uskup mengadakan kegiatan Open House di kediamannya. Tidak hanya para imam, religius, dan pemimpin awam mengambil kesempatan ini, tetapi juga para pemimpin agama Protestan, Islam, Budha, dan Hindu dalam menunjukkan solidaritas dengan pemimpin Katolik di KAMS. Mereka datang dan menyampaikan Selamat Natal kepada Bapa Uskup.


Desember 27
Bapa Uskup berangkat ke kota kelahirannya Sangalla, Tana Toraja, untuk kegiatan keluarga.


Desember 31
Untuk menandai akhir tahun 2009, Misa diadakan di mana-mana di malam hari untuk berterima kasih kepada Tuhan atas semua berkat yang diterima dalam satu tahun terakhir. Sementara itu, beberapa menit sebelum menutup tahun yang lama, pesta kembang api di pantai dan Tanjung Bunga menarik puluhan ribu orang di kota untuk melihat atraksi kembang api. Selamat Tahun Baru untuk semua!

1 Januari 2010
Selamat Tahun Baru 2010! Semoga Tuhan mengaruniakan berkat berlimpah kepada kita semua di sepanjang tahun baru ini.


Januari 3
SEKAMI Keuskupan Agung Makassar menyelenggarakan sebuah perayaan Natal dan Tahun Baru dengan perayaan Ekaristi dipimpin oleh ketuanya, P. Victor Patinggi di aula keuskupan. Anak-anak dan orangtua mereka berpartisipasi dalam pertemuan ini.


Januari 4
P. Kamil Kamus, CICM, berangkat ke Jakarta untuk mengikuti kursus Islamologi di Universitas Paramadina selama 3 bulan.


6 Januari
UAJM merayakan Natal dan Tahun Baru dengan perayaan Ekaristi dipimpin oleh pastor kampus P. Ignas Sudaryanto, CICM, dan diikuti oleh Rektor, staf dan karyawan universitas.


Januari 8
Marriage Encounter Distrik IX di Makassar merayakan Natal dan Tahun Baru di restoran Runtono. Acara dimulai dengan perayaan Ekaristi dipimpin oleh P. Paulus Tongli. Bapa Uskup dan sejumlah imam turut hadir.

Januari 9
P. Daru Pancoro, CICM, pindah kediamannya dari wisma CICM ke paroki Tello karena disana ia bertugas dengan pastor paroki P. Ritan, CICM.


Kami mendengar berita sedih bahwa mantan karyawan KAMS, Bapak Paulus Parinding, meninggal dunia malam ini di rumahnya di Tello. Bapak Paulus telah menderita stroke dua tahun lalu yang membuatnya tidak mampu untuk bekerja penuh. Pada pensiun tahun lalu, KAMS memberikan penghargaan cincin emas. Kami menyatakan turut berduka cita dengan keluarga - istri dan 4 anak-anak, yang ditinggalkan. Semoga ia beristirahat dalam damai.


Januari 11
Pengurus Yayasan Paulus Makassar milik KAMS mengadakan pertemuan dipimpin oleh Bapa Uskup di kantor KAMS pukul 8.30.


Departemen Sosial mengadakan sebuah seminar tentang Anak Jalanan dan mengundang perwakilan dari KAMS untuk hadir. P. Ignas Sudaryanto, Sr. Josephine Palit, YMY, Sr Bernadeth, YMY dan dua dari kelompok ME turut hadir.


Pada tengah hari seluruh staf kantor KAMS, dipimpin oleh Bapa Uskup dan didampingi oleh Vikaris Jendral, Asisten Sekretaris, P. Fredy, dan P. Alex Lethe dengan staf Yayasan Sekolah KAMS, pergi untuk mengunjungi rumah mendiang Bapak Paulus. Doa dipimpin oleh Bapa Uskup. Di malam hari, Misa Requiem diadakan di rumah, dipimpin oleh Sekretaris KAMS P. Frans Nipa. Setelah itu jenasah dibawa ke Toraja Barat untuk penguburan. RIP.


Januari 14
Uskup mengadakan pertemuan dengan dewan konsultor untuk mendiskusikan beberapa masalah terkait, khususnya penugasan beberapa imam.


Januari 15
Vikaris Jendral menyelenggarakan pertemuan dengan lima Vikep bersama-sama dengan ketua komisi untuk pertemuan pertama. Bapa Uskup memberikan sambutan pembukaan. Diskusi seputar kerja sama antara Vikep dan komisi-komisi. Hal-hal lain dalam agenda adalah berbagi informasi mengenai berbagai program tahun 2010 dan anggaran.


Januari 16
Kuria bertemu untuk membahas beberapa masalah mendesak.


Januari 18
Para staf STIKPAR Rantepao mengadakan tindak lanjut rapat bulan lalu dan mendiskusikan masalah-masalah penting.


Januari 19
Mewakili KAMS, Bapa Uskup menghadiri upacara pelantikan Pangdam Mayor Jenderal Hari Krismono menggantikan Mayjend Djoko Susilo Utomo di markas Kodam Wirabuana di Makassar.


Januari 22
Tim dari toko buku KAMS “Lux Aeterna” diundang oleh Vikjen sekaligus ketua Dewan Keuangan KAMS, P. Ernesto Amigleo, CICM untuk pertemuan di pagi hari di ruang rapat keuskupan. Pertemuan mencoba untuk mengevaluasi hasil kerja tim dengan menggunakan metode SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman). Ini juga dilakukan untuk memperbaharui perjanjian yang dibuat pada tahun 2005.


Januari 23
Dewan Keuangan KAMS berkumpul untuk pertemuan reguler pada pagi hari di ruang rapat keuskupan. Pertemuan ini dihadiri oleh Mgr. John Liku-Ada'. Ketua Dewan Keuangan P. Ernesto Amigleo, CICM, memfasilitasi pertemuan yang menangani beberapa masalah penting seperti mempersiapkan sebuah tim yang tugasnya pergi ke paroki-paroki dan unit-unit lain untuk berbicara tentang keuangan dan bagaimana membuat laporan keuangan.


Pada sore hari, Pengurus CU Mekar Kasih dan anggota-anggotanya berkumpul untuk pertemuan tahunan mereka di restoran Bambooden. Ini adalah rapat evaluasi untuk tahun buku 2009.


Januari 25
Sekelompok imam muda (5 tahun ditahbiskan dan kurang) membuat perjalanan ke Mamuju, 500 kilometer dari Makassar, untuk kegiatan on-going formation.


Januari 26
Dua puluh enam imam muda berkumpul di pastoran Paroki Mamuju untuk kegiatan on-going formation selama tiga hari mereka saling berbagi dan menguatkan.


Januari 31
Komunitas Jeduthun Salvation Ministry (JSM) merayakan ulangtahun ke-5 dengan perayaan Ekaristi dan pelantikan 10 anggota baru komunitas dan pembaruan janji oleh pengurus dari komunitas. Misa dipimpin oleh moderator P. Ernesto Amigleo, CICM, dan dibantu oleh moderator Gerakan Karismatik KAMS, P. Hendrik Njiolah dan pastor paroki Mariso, P. Leo Paliling dan diadakan di Gereja Santo Yakobus di Mariso. Sekitar 150 anggota yang hadir, termasuk Mgr. John-Liku-Ada', komunitas Heman Salvation Ministry (Surabaya), didampingi oleh pendiri mereka, Bpk. Hanjaya dan istrinya. Dalam homili, P. Ernesto Amigleo, CICM, mengingatkan tema Misa hari Minggu, "Jangan cemas, Yeremia. Aku menyertai kamu senantiasa." Untuk anggota baru yang dilantik, beliau mendesak mereka untuk setia dalam berlatih spiritualitas JSM.


Sementara itu, di paroki St. Paulus - Tello, pastor paroki P. Ritan, CICM, melantik dewan pastoral paroki baru.


1 Februari
Sekitar 2000 umat Katolik di kota Makassar berkumpul di Balai Prajurit M. Jusuf pada pukul 6 malam untuk mengikuti "Kebangkitan Rohani" yang digelar oleh komunitas Jeduthun Salvation Ministry (JSM) Makassar. Tema: "Jangan Takut, Percayalah ... Aku akan menolongmu" (Yes. 41: 13b). Acara dimulai dengan Pujian dan Penyembahan oleh para anggota Heman Salvation Ministry (HSM) disertai dengan aktris dan penyanyi terkenal Ervina yang dengan suara emasnya memuliakan Tuhan. Injil didramatisasi oleh gabungan anggota HSM dan JSM, yang berpusat di sekitar Yesus yang membangkitkan kembali putri Yairus dan penyembuhan seorang wanita yang menderita perdarahan. Kemudian Bpk. Hanjaya mengembangkan tema dengan kotbah berapi-api. Setelah Perayaan Sabda, diadakan sesi penyembuhan dan diakhiri dengan doa dan berkat dari P. Ernesto Amigleo, CICM, P. Frans Nipa, dan P. Ignas Sudaryanto, CICM.


Februari 2
Hari ini Uskup Agung John Liku-Ada' merayakan 18 tahun Pentahbisan Uskup. Tidak ada pesta besar, hanya makan siang sederhana disiapkan oleh pasangan tertentu untuk anggota komunitas wisma Uskup. Selamat kepada Monsignor!


Sore ini, Sekretaris P. Frans Nipa berangkat ke Jakarta untuk mengatur dokumen keberangkatan ke Italia dalam dua minggu depan.

4 Februari
Tiga dari karyawan tetap Kantor KAMS menerima penghargaan dan sertifikat penghargaan untuk masa bakti mereka dalam sebuah upacara sederhana di kantor Vikaris Jendral, dan disaksikan oleh Bapa Uskup dan karyawan lain pada pukul 11.30. Mereka adalah: Delvie Anastasia Pondaag yang telah bekerja selama 20 tahun dan tiga bulan; Mieke Tongli, juga 20 tahun dan tiga bulan; dan Robert Belarminus, selama 10 tahun dan 3 bulan. Acara dipandu oleh Frans Tio, upacara dimulai dengan doa oleh Sekretaris P. Frans Nipa diikuti dengan pengantar singkat oleh Vikaris Jendral P. Ernesto Amigleo, CICM, yang mengingatkan mereka yang hadir bahwa upacara pemberian ini sejalan dengan peraturan bagi karyawan yang bekerja di Kantor KAMS. Kemudian Bapa Uskup menyerahkan sertifikat dan penghargaan kepada masing-masing diikuti dengan sambutan singkat oleh Bapa Uskup yang menjelaskan kepada para karyawan alasan di balik pemberian penghargaan ini, yaitu sebagai insentif bagi mereka untuk bekerja lebih baik dan lebih antusias. Beliau mendorong mereka untuk bekerja untuk kemajuan Gereja lokal.


8 Februari
Ketua Komisi Komunikasi Sosial KAMS, P. Rudy Kwary, menjadi tuan rumah bagi pertemuan nasional dari berbagai ketua Komisi Komunikasi Sosial di seluruh Indonesia. Mgr. John Liku-Ada' membuka Pertemuan Signis Indonesia ke-36 dengan perayaan Ekaristi di Aula Baruga Kare pukul 5 sore. Beliau juga memberikan pidato pembukaan. Turut hadir Uskup Turang.


Komisi Pembangunan KAMS yang dipimpin oleh P. Stefanus Tarigan, CICM, mengadakan pertemuan rutin anggota untuk membahas masalah-masalah penting di kantor KAMS.


Sementara itu, pada sore hari Komisi Program Aksi Puasa Pembangunan dan Komisi Keluarga mengadakan pertemuan dengan 70 pemimpin awam dalam Kevikepan Makassar sebagai persiapan untuk Masa Prapaskah dan Program Aksi Puasa Pembangunan dengan tema untuk tahun ini yaitu "Membangun Kesejatian Hidup dalam Keluarga".

Pertemuan difasilitasi oleh P. Fredy Rante Taruk dan P. Ignas Sudaryanto, CICM, dan diadakan di Aula keuskupan.


P. Yulius Malli berangkat ke Jakarta untuk menghadiri pertemuan nasional semua ketua-ketua Komisi Kepemudaan. Sementara itu, Fr. Fredy Rante Taruk, ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi, juga berangkat ke Jakarta untuk pertemuan di KWI.


Kami menerima berita sedih tentang kematian Frater Henrik Kodolame, HHK, (34 tahun) dari Ngada, Flores, malam ini pada pukul 20.00 di Rumah Sakit Stella Maris.


Februari 10
Pada pukul 11 siang sebuah Misa Requiem untuk mendiang Fr. Henrik diadakan dan dipimpin oleh Mgr. John Liku-Ada' dan dibantu oleh pembimbing rohani frater HHK, P. Jos van Rooy, CICM, dan P. John da Cunha di Kapel Frateran HHK. Misa ini dihadiri oleh para imam, religius dan umat awam. Setelah Misa, jenasah Fr. Henrik dimakamkan di pemakaman di Keuskupan Agung Pakatto, Gowa. P. John da Cunha memimpin upacara pemakaman. RIP.


Februari 12
Ketua Komisi Pembangunan P. Stef Tarigan, CICM, Ekonom KAMS P. Albert Arina, Vikjen dan Ketua Dewan Keuangan KAMS, P. Ernesto Amigleo, CICM, dan Ketua Komisi Keluarga P. Ignas Sudaryanto, CICM, berangkat ke Bantaeng, 120 km selatan Makassar, untuk mengunjungi Pastor Paroki P. Paskalis Oda. Saat makan siang dengan pastor paroki dan kelompok inti dewan pastoral terjadi pembicaraan informal mengenai situasi sosial di sana.


Februari 14
Hari ini, Tahun Baru Cina: Gong Xi Fa Chai! Sebagaimana setiap tahun, dalam semangat dialog antar-agama anggota Forum antar Umat Beragama di tingkat Propinsi datang mengunjungi para pemimpin Buddhis di kota. Mewakili umat Katolik adalah Bapa Uskup, Vikjen dan Sekretaris KAMS.


Sementara itu, P. Paulus Tongli, berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pertemuan 5 hari Komisi Komunikasi Sosial.


Februari 15
Ekonom P. Albert Arina, berangkat ke Laimbo, Mangkutana, Luwu untuk kunjungan rutin dan meninjau perkebunan kelapa sawit.

Februari 16
Ketua Komisi Keluarga, P. Ignas Sudaryanto, CICM, sibuk beberapa hari terakhir ini dalam rangka sosialisasi tema APP 2010 Membangun Kesejatian Hidup dalam Keluarga di paroki-paroki. Kali ini beliau ke paroki Mamajang. Kemudian, pada Jumat, 19 Februari, ia akan pergi ke paroki Sungguminasa.


Februari 17
Dipimpin oleh P. Frans Nipa, para pegawai Sekretariat – Ida Alex, Kris, Rita dan Alex - naik pesawat ke Ambon untuk mengikuti selama beberapa hari pelatihan tentang bagaimana mengelola Sekretariat Keuskupan yang baik. Peserta juga datang dari Manado dan Ambon.

Februari 19
P. Yulius Malli, ketua Komisi Kepemudaan, berangkat ke Mamuju, 500 km sebelah utara Makassar, untuk mensosialisasikan tema APP Keluarga ke komunitas Katolik di sana.


Februari 21
Sore ini Bapa Uskup berangkat ke Kendari untuk menghadiri ulang tahun ke-10 berdirinya Paroki St. Clemens di Mandonga besok.

Sementara itu, di Paroki St. Fransiskus Assisi, P. Ignas Sudaryanto, CICM, memimpin Misa Valentine dan Imlek di antara komunitas lajang Katolik Makassar (Makassar Catholic Singles). P. Ignas memulai komunitas ini belum lama. Sekitar 30 lajang bergabung dalam kegiatan komunitas ini.

Februari 23
Dewan Keuangan KAMS bersama dengan Ekonom mengadakan pertemuan untuk membahas langkah yang harus diambil untuk merencanakan pertemuan dengan unsur pimpinan Rumah Sakit Stella Maris. Vikjen memfasilitasi pertemuan ini.


Februari 24
Dua pengusaha dari Jakarta, Fredie Maturbongs dan Andre, datang dari Jakarta untuk membicarakan dengan Uskup, Ekonom, Vikjen, seorang anggota Dewan Keuangan Keuskupan John Theodore, P. Marinus pastor paroki Mangkutana dan Fr. Rufinus pastor asisten, mengenai perkebunan kelapa sawit di Laimbo, Luwu.


Februari 25
Ekonom berangkat ke Manado untuk suatu urusan.


Februari 26
Tim dari Komisi Keluarga, yang dipimpin oleh P. Ignatius Sudaryanto, CICM, menyelenggarakan sebuah seminar akhir pekan untuk keluarga dengan tema "Power Personality". Narasumber datang dari Jakarta untuk membimbing para peserta. Seminar ini diadakan di Baruga Kare dan berlangsung sampai Minggu (28/2).


Pada saat yang sama, Marriage Encounter Distrik IX dari Makassar juga berkumpul di bumi Rajawali untuk sebuah pertemuan akhir minggu yang disebut "Pass On" - yang berarti menyampaikan kebijakan dan informasi dari Marriage Encounter Distrik Pusat KWI di Jakarta untuk para anggota. Selain itu, tongkat kepemimpinan di Makassar sekarang diteruskan dari koordinator Distrik lama: Pasutri Selvy-Ferry dan P. Paulus Tongli ke koordinator Distrik baru: Pasutri Conny-Vincent Paliling dan P. Marsel Lolo Tandung.


Sementara itu, ketua Komisi Katekese, P. Leo Sugiono, MSC, mengadakan pertemuan dengan semua dosen agama katolik yang mengajar di universitas negeri dan perguruan tinggi swasta. Pembahasan antara lain mengenai harapan KAMS terhadap dosen agama Katolik, disampaikan oleh Vikaris Jendral, P. Ernesto Amigleo, CICM. Mengenai kurikulum disampaikan oleh Bapak Untung dari Kementerian Agama, Makassar. Situasi mahasiswa Katolik di Makassar disampaikan oleh P. John da Cunha, serta harapan untuk masa mendatang. Pertemuan diadakan di gedung Kevikepan Makassar di Jl. Serui.***
Bung Kronik