Jumat, 19 Maret 2010

Catatan dari Rapat SIGNIS Indonesia ke-36 di Makassar

Apakah SIGNIS itu?
Pada 8-12 Februari 2010 dilaksanakan rapat tahunan atau annual meeting SIGNIS Indonesia yang ke-36 di Baruga Kare KAMS. Tuan rumahnya adalah Komisi Komunikasi Sosial KAMS.

Perlu kami memberi gambaran singkat apa itu SIGNIS? Signis berarti tanda/signal, hampir semua orang tahu signal berarti ada jaringan sehingga orang bisa berkomunikasi (seperti pada HP). SIGNIS adalah nama baru dari Unda/OCIC sebuah lembaga profesional yang dibina oleh Propaganda Fide (Roma=SIGNIS WORLD dan di FABC=SIGNIS ASIA serta Indonesia=SIGNIS Indonesia). Organisasi ini bergerak di bidang pastoral Karya Komunikasi yaitu: audio visual dan pendidikan/penyadaran penggunaan sarana Komunikasi secara bertanggungjawab. Antara lain: membuat program radio seperti drama radio atau mini features serta acara mimbar agama Katolik di TV (di KAMS acara kerjasama dengan Makassar TV dengan judul “Inspirasi Hidup” dan pada acara-acara khusus lainnya seperti Paskah dan Natal). Selain itu para anggota SIGNIS Indonesia diharapkan juga bekerja sama dengan Komisi-Komisi lain dalam Keuskupannya untuk membuat program-program yang dapat dipakai dalam acara Pendalaman Iman dll. Memang di Indonesia belum semua Komsos-Komsos Keuskupan menjadi anggota SIGNIS Indonesia dan sampai sekarang Propinsi Gerejani Papua belum ada anggota SIGNIS. Pernah ada tetapi karena tidak lagi menghadiri rapat-rapat tahunan dan melaporkan karya-karyanya serta alpa memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam AD/ART SIGNIS Indonesia, maka akhirnya dinyatakan mundur dari keanggotaan SIGNIS. Dalam rapat ke-36 ini Keuskupan Sibolga diterima sebagai anggota terbaru jadi keseluruhan sudah ada 31 anggota SIGNIS Indonesia. Tidak semua anggota SIGNIS adalah Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan, ada yang berasal dari Lembaga milik Konggregasi atau Ordo seperti SAV(Studio Audio Visual Pusat Kateketik Yogyakarta), Sanggar Prativi Jakarta, Sanggar Pratikara Bandung, Sanggar Prativi Palembang, dll. Beberapa anggota SIGNIS berasal dari kalangan radio, seperti Radio KIS (Kebenaran Insan Semesta/dulu bernama Veritas) Semarang, Radio Montini Manado, dll. Di KAMS pernah ada Radio Rosa tetapi sudah bubar.

Setiap tahunnya SIGNIS Indonesia harus mengadakan pertemuan dengan tuan rumah berpindah-pindah tempat, demi untuk saling mengenal dan mengunjungi secara mendalam sambil terus saling memperkaya dalam berbagai pemahaman budaya (inkulturasi) dan pengalaman berproduksi program audio-visual, dll. Terutama sekali akhir-akhir ini pentingnya mengenal dan mempelajari berbagai budaya nusantara Indonesia yang dapat saling memperkaya dan memperkokoh kesatuan NKRI. Kaya dalam keberagaman.

Rapat SIGNIS Indonesia tahun 2010
Tema Rapat Tahunan ialah Budaya dan Perdamaian, tahun 2009 di Palembang adalah Budaya dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Sebenarnya dalam rapat 2010 di Makassar tiga hari pertama yaitu tanggal 8-10 Februari digunakan untuk laporan dan evaluasi kegiatan tahun 2009 serta penerimaan anggota baru, sedangkan tanggal 11-12 Februari digunakan untuk Study-days mempelajari Budaya Sulawesi Selatan.

Narasumber dalam hal ini adalah Bpk Ishak Ngeljaratan, yang adalah seorang dosen dan sekaligus budayawan yang horizontal dan nasionalis. Dalam materi yang dibawakannya Bpk. Ishak menyampaikan empat hal yakni: Hanya manusialah yang berbudaya di tengah alam semesta ini (universum), Manusia hidup bersama dan bersesama, Manusia mendambakan Harmoni dan Perdamaian, Manusia bait Allah. Narasumber ini dengan sangat lugas dan ringan menyampaikan materinya sehingga peserta sangat antusias bertanya dan tidak terasa waktu hampir 2 jam berlalu. Di Tana Toraja acara study-days dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa tempat wisata yang cukup terkenal seperti Londa, Lemo, Ke’te Kesu dan To’ Barana. Study-days tersebut dibawakan secara singkat oleh Bpk. Frans Dengen. Bahkan di antaranya dengan langsung melihat salah satu acara yang sangat terkenal di Tana Lakipadada yaitu: Upacara Pemakaman atau Rambu Tuka di Lemo.

Rombongan peserta sangat beruntung karena dalam kunjungan ke Toraja saat ada pesta yang segera dimulai. Peserta juga disuguhi tarian-tarian khas Makassar dengan diiringi Ganrang Bulo seperti ditampilkan pada acara misa pembukaan di Baruga Kare. Kemudian di Toraja disela acara Display dipertunjukan Tarian Pa’gelu yang dikoordinir oleh Pastor Paroki Rantepao (P. Markus Paretta Pr).

Pesan yang ingin disampaikan
Dalam mengawali renungannya pada misa pembukaan Mgr. John Liku-Ada’ sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar menyampaikan bahwa di Sulawesi Selatan ini ada budaya: SIPAKATAU, SIPOPA’DI’ DAN SIPORANNU. Intinya bahwa di antara suku-suku (Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar) yang ada di Sulawesi Selatan atau dalam kehidupan masyarakat kita ada budaya saling menghargai sebagai manusia, saling berbagi derita dan harapan. Kalau dahulu orang Romawi mengatakan “Si vis pacem, para bellum” (jika Anda menghendaki damai, siaplah berperang) dan Paus Pius XII mengatakan: “Opus iustitiae pax” (Damai adalah buah keadilan) serta Paus Yohanes Paulus II menyampaikan: “Opus solidaritatis pax” (damai adalah buah solidaritas), maka kiranya kita dapat menggabungkan semboyan-semboyan itu dan merumuskannya dalam bentuk ajakan yaitu: “Jika Anda menghendaki damai sejahtera tegakkanlah keadilan dan teguhkanlah solidaritas.”

Mgr. Petrus Turang sebagai Ketua Komisi KOMSOS KWI menyampaikan beberapa hal antara lain: Keprihatinan akan karya pastoral di bidang Komsos, peningkatan kerjasama di antara media Komunikasi Katolik, media sebagai sarana pendidikan, media komunikasi sebagai sarana evangelisasi, media komunikasi dan membangun persaudaraan yang benar, berbudaya damai dalam kebenaran serta apa yang kita harapkan bersama dari Karya Perutusan SIGNIS Indonesia. Kehadiran SIGNIS INDONESIA, demikian penyampaian Mgr. Petrus Turang, haruslah merupakan anugerah dalam karya evangelisasi Gereja, olehnya perlu dimanfaatkan dengan penuh tanggungjawab menurut prinsip Injil Yesus Kristus.

Di masa depan, kerjasama Kolaboratif dalam media komunikasi Katolik harus mendorong hadirnya kepelayanan kolaboratif sebagai Kabar Gembira dalam karya Pastoral. Tanpa pelayanan kolaboratif, media komunikasi Katolik hanya menjadi medan pertempuran kepetingan material saja.

Penutup
Tak lupa kami haturkan terimakasih banyak kepada Mgr. John Liku-Ada’ pr (Uskup Agung KAMS), Mgr. Petrus Turang Pr (Ketua KOMSOS KWI), Bpk. Ishak Ngeljaratan (Narasumber), Badan Pengurus SIGNIS Indonesia, Bpk. Julius Y. Tedja (Ketua Panitia Lokal), Bpk. William H. Baon (Wkl. Ketua panitia), Ibu Vonny Passagi (BTPN), Bpk. Anton Layuk, Bpk. Robert (Komsos) dan koor, Joan Manurip (LO) dan Suprianus (Sekretariat), Bpk. Onny (Hotel Indra Rantepao), Pastor Markus Paretta Pr, Bpk. Frans Dengen. Kami sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dan doa Anda sekalian, kami tidak mampu menyelenggarakan rapat tahunan ini.

Semoga Tuhan memberkati amal-kasih anda. Akhir kata kami mau mohon maaf jika dalam pelaksanaan rapat ini kami melakukan pelayanan yang kurang memuaskan, kata orang “next time better”. *** Penulis: P. Rudy Kwary Pr, Ketua Komsos KAMS

Tidak ada komentar: