Sabtu, 19 Juni 2010

Sampul Koinonia Vol. 5 no. 3


Dari Masalah ‘Anak Masa Lampau Dalam Diri Setiap Orang’ ke Kehadiran TV di Rumah: Sebuah Renungan Mengenai Keluarga Dewasa Ini

Pengantar
Pada tahun 2007 yang lalu Komisi Keluarga KWI mengadakan survei di beberapa keuskupan. Hasilnya sungguh mengejutkan. Antara lain ditemukan hanya 68% pasutri Katolik yang menyatakan bahwa harapan mereka membentuk keluarga terpenuhi. Itu berarti ada 32% keluarga Katolik (hampir sepertiga, 1 di antara 3!) sedang bermasalah. Penemuan ini kiranya menjelaskan gejala makin banyaknya kasus-kasus perkawinan yang disampaikan ke Tribunal di keuskupan-keuskupan.

Gejala memprihatinkan di atas mendorong Dewan Imam Keuskupan Agung kita dalam rapatnya, 25-27 November 2008, mengangkat bidang keluarga sebagai salah satu dari 4 bidang prioritas program pastoral beberapa tahun ke depan (tiga bidang lainnya: pendidikan, sosial ekonomi, dan sosial politik). Diputuskan mengadakan survei yang mencakup 4 bidang tersebut di seluruh keuskupan, dan hasilnya kemudian dibahas dalam rapat pertama Dewan Imam 2009 (5-7 Mei). Selanjutnya disepakati untuk terlebih dahulu memfokuskan perhatian pada dua bidang: pendidikan dan keluarga. Pembahasan lebih lanjut 2 bidang itu dalam rapat Dewan Imam kedua 2009 (24-26 November) mengikutsertakan pula unit-unit/kelompok-kelompok kategorial terkait, dan dievaluasi lagi dalam rapat pertama Dewan Imam 2010 baru-baru ini (18-20 Mei), di mana pengurus Komkel dan Komdik Diosesan mengambil bagian.

Semua menyadari bahwa upaya mengatasi masalah dan tantangan berat dan kompleks serta meningkatkan mutu hidup keluarga dewasa ini haruslah merupakan suatu gerakan BERSAMA. Kebetulan juga tema APP Nasional 2010 menyangkut Keluarga: “Kesejatian Hidup dalam Keluarga”. Maka Surat Puasa KAMS 2010 juga membahas tema tersebut. Kami percaya tema itu telah menjadi bahan permenungan selama masa Prapaskah di kelompok basis, rukun, stasi, dst. Tetapi gerakan itu tidak boleh berhenti dengan selesainya masa Prapaskah. Gerakan itu harus berkelanjutan. Dalam rangka mendukung gerakan berkelanjutan itu, renungan singkat mengenai dua permasalahan besar menyangkut keluarga dewasa ini disajikan.

Masalah ‘Anak Masa Lampau dalam Diri Setiap Orang’
Kemajuan teknologi membawa persoalan besar yang mempengaruhi sikap, mentalitas, dan gaya hidup seseorang dan juga relasi antara suami dan isteri. Ketika terjadi konflik di antara pasutri yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam relasi, terkesan dengan mudah suami-isteri memutuskan ikatan perkawinan. Kecuali itu, konflik yang terjadi antara suami-isteri memperlihatkan ketidakdewasaan dan ketidakmatangan pribadi yang kelihatannya merupakan letupan sikap egois pribadi suami-isteri. Namun, betulkah demikian?

Gejala menunjukkan bahwa kasus-kasus perkawinan tidak kurang yang melanda pasangan suami-isteri yang usia perkawinannya masih balita (di bawah lima tahun). Tetapi kiranya tidak benar bahwa ketika mulai muncul masalah, sesegera itu juga mereka langsung berpikir untuk bercerai. Umumnya toh mereka berusaha keras untuk setia pada janji pernikahan mereka. Tetapi ketika persoalan itu berlanjut terus, tidak kunjung lenyap, maka keretakan makin membesar. Masing-masing pihak saling mempersalahkan. Keluhan yang kerap terdengar ialah, “Ia bukan lagi yang dulu saya kenal sebelum kami menikah!” Mimpi sebelum menikah akan hidup berkeluarga yang berbahagia ternyata tidak terwujud. Ketika kekecewaan demi kekecewaan sudah menggunung, nasehat untuk tetap setia pada janji perkawinan tidak akan mempan.

Barangkali keluarga-keluarga Indonesia dewasa ini sedang dilanda persoalan yang secara gamblang diulas dalam buku klasik yang ditulis psikiater terkemuka Amerika W. Hugh Missildine, M.D., Your Inner Child of the Past, (Simon & Schuster Inc., New York, 1963). Pada bagian Prakata buku itu Missildine menulis: "Buku ini mencoba menerangkan Anda kepada Anda sendiri sehingga Anda dapat hidup dengan diri Anda dan orang lain secara lebih penuh, lebih bebas dan lebih menyenangkan. Menerangkan Anda kepada Anda sendiri bukanlah pekerjaan yang ringan karena tiada seorangpun yang sungguh mengerti Anda sebaik-baiknya. Kebenaran, khususnya menyangkut perasaan dan perilaku manusia, adalah sesuatu yang sangat sukar dipahami; sebagaimana dikatakan Sto. Paulus, "Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar" (1 Kor. 13:12). Untuk menulis kebenaran lengkap mengenai Anda dan hidup Anda saya harus menunggu selama bertahun-tahun untuk beratus-ratus ahli ilmu pengetahuan demi mendapatkan hasil-hasil dari beribu-ribu eksperimen. Tetapi juga sesudah itu boleh jadi kita hanya akan "melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar".

Selanjutnya, Bab 1 buku itu dia buka dengan kata-kata berikut: "Di suatu tempat, suatu waktu, anda adalah seorang kanak-kanak. Ini adalah salah satu sebutan persamaan yang sangat jelas, kelihatan tak berarti dan terlupakan dari kehidupan dewasa. Namun kenyataan bahwa anda pernah adalah seorang kanak-kanak mempunyai suatu sangkut paut penting pada kehidupan anda sekarang ini. Dalam mencoba menjadi orang dewasa kita berupaya secara keliru mengabaikan hidup kita sebagai anak-anak, melalaikan masa kanak-kanak kita dan melenyapkannya dari pertimbangan-pertimbangan mengenai diri kita dan orang lain. Inilah penyebab mendasar dari banyak kesusahan dan ketakbahagiaan orang dewasa. Ini suatu cara memperlakukan salah diri kita".

Teori Missildine ialah bahwa dalam diri setiap orang dewasa, berapapun usianya, tetap hadir pribadi lain, yang ia sebut 'inner child of the past'. Maka ketika sepasang manusia menikah, di situ tersangkut tidak hanya dua melainkan empat pribadi; dan karenanya ranjang perkawinan menjadi terlalu sesak karena di sana ada empat orang. Selama masa pacaran dan bulan madu 'inner child of the past' masing-masing belum tampil ke depan. Tetapi ketika hidup berkeluarga mulai berjalan dalam rutinitasya, 'inner child of the past' masing-masing mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, sikap-sikap, cara berperilaku dan hasrat-hasratnya secara lebih penuh daripada dalam setiap situasi lainnya. la boleh jadi, secara harafiah, berteriak meronta atas setiap frustrasi dan mogok dari setiap tugas, ribut dan meledak dalam kemarahan, atau menarik diri ke dalam silentium dingin. Itu sebabnya keluhan paling biasa yang terdengar tentang pasangan perkawinan ialah: "la sangat kekanak-kanakan" atau "la berlaku seperti anak kecil".

Mengapa ini terjadi? Berdasarkan pengalamannya selama bertahun-tahun sebagai psikiater, Missildine menjawab: "Ini terjadi karena perkawinan dan pendirian sebuah rumah tangga menjanjikan dipulihkannya lagi perasaan-perasaan 'at home' yang menyenangkan dan familier dari masa kanak-kanak, dan 'inner child of the past' dalam baik suami maupun isteri menyerbu tampil ke permukaan. Ini sebabnya mengapa sering muncul konflik pahit atas apa yang kelihatannya sepele dalam perkawinan. Missildine memberi banyak contoh dalam hal ini. Misalnya, sepasang suami-isteri muda yang mendatangi dia untuk berkonsultasi, karena sang suami melepas sepatu saat pulang ke rumah dan berjalan kian kemari dalam rumah hanya dengan kaos kaki. Hal ini melukai perasaan isterinya. Sang isteri merasa hal ini menunjukkan betapa ia tak menghargai rumah mereka. "Dia tidak melepas sepatu di kantor. Hanya di rumah! Dasar orang tak punya standar!" keluh si isteri. "Mengapa saya harus repot-repot mengurus ruang tamu kelihatan indah, jika dia dengan seenaknya mondar-mandir di dalamnya dengan memakai kaos kaki?" Suaminya berkata, "Astaga, apa yang salah dengan berlaku rileks di rumah sendiri?" Konflik soal kaki berkaos kaki lawan kaki bersepatu ini jelas hanyalah bagian kelihatan dari gunung es konflik antar mereka berdua. Diskusi tentang rumah mereka di masa lampau, rumah mereka di masa kanak-kanak, kemudian memperjelas bahwa masing-masingnya sedang berusaha membangun duplikat rumah masa lampau tersebut. Sang suami lahir dan bertumbuh di sebuah rumah (keluarga) di mana ayah bekerja keras sepanjang hari, pulang ke rumah, lepas sepatu dan dibuat senang oleh penyambutan dan pelayanan penuh kasih sayang sang isteri. Sedangkan si isteri telah bertumbuh di sebuah keluarga dengan standar ketat pemeliharaan kebersihan dan kerapian rumah tangga; di mana tak seorang pun masuk ke ruang tamu kecuali pada kesempatan-kesempatan hampir formal, dan di mana, kehendak si ibu diikuti dengan sangat teliti oleh sang ayah. Dalam hidup perkawinan "anak masa lampau" masing-masing pihak rindu mendapatkan hal-hal yang persis sama dengan yang dulu mereka peroleh dan alami di rumah masa kanak-kanak mereka. Ketika masing-masing memahami secara lebih mendalam "anak masa lampau" pasangannya, gunung es konflik dan ketidakpuasan mereka pelan-pelan mencair.
Saya tergoda untuk bertanya, apakah persoalan dan tantangan yang sedang melanda hidup perkawinan di Indonesia dewasa ini pada dasarnya tidak sama dengan yang dikemukakan Missildine di atas? Kalau persoalan dasarnya sama, maka solusi normatif, dengan mengharuskan begitu saja pasutri untuk setia pada janji perkawinannya, tak akan menyelesaikan masalah. Missildine menyimpulkan:
“Banyak kesusahan, keletihan, kesepian dan kekosongan batin dapat dihilangkan apabila orang memiliki suatu pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana hidup secara berhasil dengan ‘anak masa lampau dalam diri’ mereka. Pemahaman demikian dapat membantu pasutri memenuhi kebutuhan satu sama lain secara lebih penuh. Ini juga membantu orangtua menciptakan masa kanak-kanak bagi anak-anak mereka yang bebas dari sikap-sikap yang menumpuk kesulitan di masa depan”.
Pengaruh Kehadiran TV di Rumah
Kehadiran TV dalam keluarga, yang sudah begitu menyebar sampai ke pelosok-pelosok, kiranya perlu mendapat perhatian memadai. Dari pengamatan saya yang terbatas, dan karenanya bisa salah, kehadiran TV dalam keluarga telah merubah sungguh-sungguh sosok kehidupan dalam keluarga: Rumah tidak lagi menjadi pusat hidup keluarga sebagai komunitas inti, melainkan sekedar sebagai tempat menginap setiap anggota keluarga. Setiap hari, dari pagi sampai siang/sore, anggota keluarga berada di luar rumah, orang tua pergi kerja (di kampung: ke kebun, sawah, dst.), anak-anak ke sekolah. Ketika pulang ke rumah sebagian anggota keluarga langsung duduk di depan TV, kecuali ibu yang harus sibuk di dapur siapkan makanan. Hampir tidak ada lagi waktu untuk bersama: berbicara bersama, berekreasi bersama, berdoa bersama; bahkan untuk makan bersama pun tidak ada, karena ketika tiba waktu makan, masing-masing ambil makanannya sendiri-sendiri, lalu kembali duduk di depan TV sambil makan. Pada malam hari, anggota keluarga yang sudah ngantuk pergi tidur, yang lain tetap tinggal nonton. Pagi hari masing-masing buru-buru ke tempat kerja, ke sekolah. Dengan situasi seperti itu, keluarga tidak dapat lagi berfungsi sebagai SEKOLAH PERTAMA, dan rumah sendiri telah berubah menjadi sekedar tempat menginap/mengaso anggota keluarga.

Kembali ke TV, pernah ditayangkan sebuah dialog interaktif, di mana ada yang mengatakan bahwa tayangan-tayangan di TV kita sekitar 80-an persen mengenai kekerasan, sekitar 70-an persen tentang seks; belum disebut kejahatan-kejahatan lain, seperti korupsi, makelar kasus, makelar pajak, dst. Salah satu tayangan yang konon paling banyak disukai ialah apa yang disebut infotainment. Isinya banyak mengenai gosip-gosip percintaan, selingkuh, keretakan keluarga para selebriti dan para elit, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi hiburan bagi para pemirsa. Tentulah selebriti atau elit yang bersangkutan, keluarganya, khususnya anak-anaknya menderita karena musibah semacam itu. Jadi pada hakekatnya para pemirsa dihibur dengan penderitaan orang lain. Ini tanpa disadari membentuk mentalitas masyarakat, khususnya mentalitas di kalangan anak-anak dan remaja. Di tengah mentalitas seperti itu nilai-nilai manusiawi dan kristiani, seperti solidaritas, bela rasa, semangat berkorban, kejujuran, kesetiaan, dst, merupakan barang asing.
Dengan demikian persoalan pertama dan utama yang dihadapi ialah, BAGAIMANA menciptakan prakondisi yang memungkinkan terwujudnya pendidikan iman dan moral dalam keluarga? Lalu saya teringat akan pengalaman kecil ketika di tahun 1982 saya mengikuti kursus bahasa Jerman di Prien am Chiemsee, sebuah kota kecil di Jerman Selatan. Kami para peserta kursus dibagi-bagi dan tinggal di keluarga-keluarga. Saya mendapat keluarga yang terdiri dari tiga generasi: kakek-nenek, ayah-ibu dan dua anak yang masih kecil dan masih duduk di bangku SD. Di situ saya menyaksikan apa yang dimaksud dengan disiplin dalam keluarga-keluarga Jerman. Pagi sampai siang kedua anak itu di sekolah. Sore hari mereka sudah tahu jadwal teratur: waktu untuk bermain di luar rumah bersama teman-teman, waktu untuk menonton TV, waktu untuk belajar, waktu untuk makan bersama keluarga, waktu pergi tidur. Acara TV yang boleh ditonton anak-anak juga sudah diseleksi: tayangan khusus untuk anak-anak. Kadangkala saya lihat tayangan yang sangat menarik anak-anak itu belum selesai, tetapi waktu yang ditentukan untuk mulai belajar sudah tiba. Kalau anak-anak itu terus menonton, maka salah satu dari kakek atau nenek, ayah atau ibu masuk ruang TV dan mengingatkan kedua anak itu dengan menunjuk pada jam di tangan. Kedua anak itu segera mematikan TV dan masuk kamar masing-masing: mulai belajar!
Lalu saya bertanya dalam hati, berapa banyak keluarga Indonesia dewasa ini mampu mempraktekkan pola disiplin hidup keluarga seperti itu: menjaga agar rumah tetap berfungsi sebagai pusat hidup komunitas keluarga, mampu mengatur waktu menonton TV dan menyeleksi tayangan-tayangan yang boleh ditonton anak-anak?

Ziarah di Soppeng, 27-28 Mei baru-baru ini mengambil tema “Meneladani Keteguhan Bunda Maria Membangun Kesejatian Hidup dalam Keluarga”. Dalam Misa malam hari, sesudah prosesi doa Rosario, saya memusatkan homili pada isu pertama di atas, masalah ‘anak masa lampau dalam diri setiap orang’. Sedangkan dalam homili Misa Penutupan Ziarah pada siang hari, saya memusatkan renungan pada ‘pengaruh kehadiran TV dalam keluarga’. Saya melemparkan pertanyaan itu, dan minta peziarah yang mempraktekkan pola disiplin itu dalam keluarga mereka mengangkat tangan. Ternyata ada seorang ibu yang mengangkat tangan. Saya berseru: “Puji Tuhan!” Alangkah baiknya sekiranya setiap keluarga Katolik dapat seperti itu! Kecuali itu, pendidikan iman dan moral dalam keluarga perlu ditunjang melalui program pastoral pendampingan keluarga di setiap paroki. Bina Iman Anak melalui kegiatan-kegiatan Sekami perlu didukung para orangtua dan ditingkatkan terus-menerus.

Tuhan memberkati kita semua!
Makassar, awal Juni 2010
+ John Liku-Ada'

Rancangan Proses dan Alur Persiapan Sinode KAMS 2012

Sinode: Berjalan Bersama
Arahan awal Uskup Agung selaku pimpinan KAMS dalam artikel diatas sebenarnya sudah amat jelas. Sesuai dengan arti kata syn’odos yakni ‘berjalan bersama’, Sinode Diosesan kedua ini harus menjadi upaya seluruh komponen dan lapisan umat untuk berproses bersama mencari dan merumuskan arah (baru) hidup menggereja-memasyarakat di abad 21. Karena tidak mungkin menghadirkan seluruh umat dalam puncak Sinode, maka proses pelibatan mereka harus mulai dari basis. Arahan itu menegaskan persiapan tahap pertama berfokus pada “merumuskan masalah mulai dari umat basis”. Yang dimaksud Umat Basis adalah kelompok-kelompok umat di jalur teritorial (rukun, stasi dalam suatu paroki), jalur kategorial (organisasi/wadah/ lembaga katolik: WKRI, Pemuda Katolik, PMKRI, KMK, Mudika, THS-THM, Legio Mariae, ME, Choice, Y.Paulus, Y.Yoseph, Y.Taman Tunas, Y.Atma Jaya, dll), bahkan juga jalur fungsional (kelompok yang menjalankan fungsi tertentu dalam Gereja: PPK, PPA, Pembina/Pendamping OMK & Sekami, Lektor, Dirigen/Leading Singers dll). Semua kelompok Frontliners Gereja (yang ke depan mestinya diberi warna dan kualitas Komunitas Basis Gerejawi, KBG) inilah yang harus menjadi “sumber pertama” bahan-bahan Sinode 2012. Karena itu Sinode 2012 dianjurkan menggunakan semboyan “dari umat, oleh umat, untuk umat”.

Ada Pelibatan, Ada Komitmen
Mengapa perlu bahkan harus melibatkan umat basis? Bukan karena sekedar ikut-ikutan manajemen produksi dan pemasaran yang selalu ‘berorientasi pada pelanggan & end-user’. Pelibatan umat menegaskan jatidiri Gereja sebagai Umat Allah, meninggalkan gambaran Gereja (serba) Hirarkis pra-Vatikan II. Pelibatan umat basis juga mencerminkan kepemimpinan partisipatif (pemimpin ‘berjalan bersama’ umat) dalam Gereja Umat Allah itu. Meninggalkan pola kepemimpinan otoriter (sang pemimpin ‘menentukan sendiri’ umat ikut saja) dan kepemimpinan laissez-faire (membiarkan, ‘suka-suka’: pemimpin ‘jalan sendiri’ umat jalan sendiri). Dan, diatas semua itu, para ahli manajemen merumuskan apa yang menjadi pengalaman kita dalam berorganisasi: apabila anggota/umat dilibatkan dalam suatu proses pengeputusan, mereka akan berkomitmen untuk menjalankan keputusan-keputusan bersama itu. Pelibatan melalui pola bottom-up dari basis akan menumbuhkan sense of ownership, rasa memiliki dan bertanggung-jawab atas pelaksanaan keputusan apapun yang diambil. Sebaliknya, keputusan yang diambil hanya oleh (sekelompok) pimpinan, kemudian dipaksakan dengan pola top-down, niscaya akan mendapat penolakan bahkan perlawanan (resistensi), sekurang-kurangnya sikap acuh-tak-acuh. Oleh karena itu, dalam hasil akhir dari suatu proses (dhi Sinode 2012), umat basis harus bisa “melihat kembali” pendapat-pendapat mereka yang diakomodir oleh SC dengan baik dan benar. Harus dihindari pelibatan sekedar sebagai ‘akal-akalan’: SC sudah menyiapkan rumusan akhir (pre-fabricated !) lalu pura-pura memproses dari bawah untuk memberi legitimasi pada keputusan, seperti yang biasa digunakan dalam politik.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, maka Sinode Disesan 2012 disiapkan dalam alur proses “3 Tahap 12 Langkah” dari awal hingga penjabaran hasil-hasilnya dalam program kerja.


Langkah 1. STUDI BAHAN & ORIENTASI
Panitia KAMS untuk Persiapan Sinode 2012 (PPS KAMS) mengawali kerja dengan membaca berbagai sumber inspiratif untuk menemukan bersama arah (orientasi) Sinode: Arah Dasar KAMS (hasil Sinode I, 1999), Sejarah Gereja KAMS, dan beberapa tulisan Uskup KAMS di majalah Koinonia. Studi bahan dirangkum, lalu dijelaskan bersama dengan Rancangan Awal Proses Sinode, di depan rapat Dewan Imam di Baruga Kare, untuk mendapatkan masukan. DI menyepakati langkah berikut haruslah menyerap aspirasi basis melalui pertemuan di 5 kevikepan. PPS Kevikepan sudah harus segera dibentuk.

Langkah 2. SERASI (SERAP ASPIRASI) KEVIKEPAN
PPS KAMS, dalam 5 kelompok, berkunjung ke 5 kevikepan untuk menjelaskan proses sinode dan berdialog dengan wakil-wakil umat basis untuk menyerap aspirasi ‘akar rumput’. Diharapkan hadir dalam dialog itu: Panitia Persiapan Sinode Tingkat Kevikepan dan calon-calon fasilitator umat basis (jalur teritorial-kategorial-fungsional) yang akan memandu Langkah 6. Agenda dialog ditentukan bersama antara Tim PPS KAMS dengan Vikep yang bersangkutan.

Langkah 3. PERUMUSAN TOR
Berdasarkan hasil-hasil dari kedua langkah awal diatas, disusunlah TOR (Term of Reference) Sinode 2012, yang memuat: Latar-belakang/pemikiran dasar, Tema-Tujuan-Sasaran, Output (keluaran) dan Outcome (hasil) yang diharapkan dari Sinode, serta Kerangka Kerja / Proses dan Langkah Kerja Sinode Diosesan 2012. TOR inilah yang akan menjadi bingkai, rujukan dan panduan bersama di semua tingkatan untuk menyiapkan Sinode menuju pencapaian hasil optimal.

Langkah 4. PENYUSUNAN MODUL PERTEMUAN UMAT BASIS
Dari hasil-hasil kedua langkah awal diatas juga akan diangkat “tanda-tanda zaman” di kelima/setiap kevikepan: masalah pokok, tantangan, ancaman dan harapan, yang akan dibahas/dijawab/ditanggapi (solusi) dalam Sinode. Tanda-tanda zaman inilah yang akan diolah kedalam Modul-Modul tematis untuk menjadi bahan pertemuan umat basis di ketiga jalur. Kekhasan tanda-zaman di kevikepan tertentu harus diberi perhatian/tema khusus. Modul disiapkan dalam metode dialogis-partisipatif (model Katekese Umat) agar benar-benar menggali aspirasi umat basis. Jumlah modul/pertemuan di basis-basis ditentukan oleh jumlah ‘tanda-tanda zaman’ yang dirumuskan.

Langkah 5. PENYIAPAN PEMANDU PERTEMUAN UMAT BASIS
Sama pentingnya dengan Modul, adalah para Fasilitator atau Pemandu yang akan membimbing kelompok-kelompok umat basis untuk mendiskusikan/men-sharing-kan bahan pertemuan yang telah disiapkan itu. Dari setiap kelompok (komunitas) diusahakan sekurang-kurangnya 2 (dua) pemandu, yang bergantinan menjalankan 2 fungsi: ketika yang satu memandu, yang lain mencatat pendapat/pandangan/kecemasan/harapan peserta dan data komunitas ybs, bahkan kalau bisa merekam (audio-visual) bagian-bagian penting dari proses pertemuan umat basis ybs.

Langkah 6. PERTEMUAN UMAT BASIS
Inilah langkah paling penting dan krusial dari rangkaian persiapan sinode. Kalau langkah ini mengambang atau tidak berhasil ‘menggali’ aspirasi umat basis, maka seluruh proses selanjutnya tidak lagi berpijak pada kenyataan di basis. Meskipun tahap ini sangat ditentukan oleh langkah 4 dan 5, peran pastor dan dewan pastoral paroki bahkan kevikepan dan keuskupan (mis. Surat Gembala) sangat penting dalam menciptakan suasana/iklim supportif-kondusif-partisipatif. Berbagai media dan upaya harus ditempuh untuk mendorong seluruh (sebanyak mungkin) umat terlibat dalam pertemuan umat basis di salah satu dari tiga jalur tsb diatas. Apabila langkah ini berhasil melibatkan dan mengaktifkan umat di ketiga jalur, bukan hanya bahan-bahan sinode yang akan sungguh faktual-mengakar, melainkan juga akan terbentuk komunitas-komunitas basis di ketiga jalur yang tinggal dijaga, dipertahankan dan dikembangkan ke depan. Untuk umat yang tidak terlibat di salah satu jalur, perlu dipikirkan angket atau diskusi/mimbar sinode di paroki.

Langkah 7. RANGKUMAN HASIL PERTEMUAN BASIS
Setelah rangkaian pertemuan basis-basis di tingkat paroki selesai, maka hasil-hasilnya dikumpulkan dan dirangkumkan oleh satu tim kecil 3-5 orang pilihan (anggota PPS Kevikepan dari paroki ybs?). PPS KAMS akan menyiapkan format rangkuman yang sama untuk semua paroki, baik untuk memudahkan kerja tim kecil maupun untuk menjaga konsistensi dan kesinambungan dalam pola kerja panitia di semua tingkatan.

Langkah 8. PENGOLAHAN HASIL RANGKUMAN PERTEMUAN BASIS
Hasil dari paroki-paroki dikumpulkan dan dirangkumkan lagi di tingkat kevikepan oleh 3-5 anggota PPS, sebelum diolah dan dianalisis dalam rapat pleno PPS Kevikepan. Pada tahap ini, PPS Kevikepan juga sudah harus menentukan “tanda-tanda zaman” di kevikepan ybs dan urutan prioritasnya (ukuran penentuan prioritas: seberapa parah/mendesak, dan luas-dalam dampaknya). Hasil akhir di tingkat kevikepan harus disimpan sebagai arsip untuk dokumentasi dan bahan baku untuk “program pastoral kontekstual”, dan copy-nya dikirim ke PPS KAMS.

Langkah 9. PENYUSUNAN INSTRUMENTUM LABORIS SINODE
Hasil dari kelima kevikepan inilah yang akan diramu dalam bentuk narasi oleh tim Steering Committee PPS KAMS menjadi instrumentum laboris atau ‘kertas kerja’ (lebih tepat disebut ‘buku kerja’ atau ‘Bukun Panduan Sinode’) Sinode Diosesan KAMS 2012. Buku Panduan yang akan diberi judul sesuai tema Sinode ini akan memuat (kembali) TOR, kompilasi hasil dari kevikepan, waktu dan tempat lengkap dengan Rundown Acara Sinode dan pertanyaan-pertanyaan panduan.

Langkah 10. PERSIAPAN AKHIR: SINODE DIOSESAN DI 5 KEVIKEPAN
Buku Instrumentum Laboris itu kemudian dikirim ke kevikepan. PPS Kevikepan kemudian menyiapkan diri dan tim utusan ke puncak Sinode dengan beberapa alternatif sesuai kemampuan (dana!). Misalnya menyelenggarakan ‘sinode kecil’ selama 2-3 hari (centralized) atau membuat 1-2 week end untuk memastikan bahwa tim utusan kevikepan benar-benar siap memasuki Sinode Diosesan KAMS dengan membawa aspirasi umat kevikepannya. Bila dibutuhkan, SC dari PPS KAMS dapat diminta bantuannya untuk mengarahkan proses ‘sinode’ di tingkat kevikepan.

Langkah 11. PELAKSANAAN SINODE KEUSKUPAN
Bila seluruh proses di atas, khususnya L-10, berjalan dengan baik maka Sinode dapat dijamin akan menjadi “puncak” perayaan kebersamaan dan penemuan arah/strategi baru hidup menggereja KAMS ke depan. Karena dari segi isi/materi dan proses setiap peserta sudah sangat siap, maka titik berat akan diberikan pada pengkajian kritis hasil-hasil faktual (lapangan) tsb dengan masukan-masukan “ideal”beberapa narasumber pilihan sesuai kebutuhan proses. Selanjutnya para peserta akan berdiskusi dalam Komisi-komisi yang dibentuk sesuai dengan judul “tanda-tanda zaman” untuk menemukan Solusi dan merumuskan Rencana Aksi, plus komisi khusus yang akan menyiapkan Keputusan-keputusan dan Rekomendasi-rekomendasi. Semua ini, termasuk rumusan baru Visi-Misi-Orientasi-Strategi (atau Arah Dasar KAMS), akan menjadi output (keluaran, terukur-kuantitatif, tangibles) Sinode. Seluruh pertemuan juga harus disiapkan dengan matang agar menjadi cerminan “dinamika hidup beriman” dan “model hidup menggereja” ke depan: kerjasama Imam-Umat, liturgi yang kreatif-ekspresif, dan hidup berkomunitas dalam semangat persaudaraan sejati. Semua itu, juga komunitas basis yang akan tercipta di tiga jalur umat basis, dapat disebut sebagai outcome (hasil, kualitatif, intangibles), yang akan menjadi modal utama (social capital) untuk mewujud-nyatakan seluruh hasil rumusan Sinode.

Langkah 12. TINDAK-LANJUT SINODE: PROGRAMMING
Untuk memastikan bahwa rumusan dan komitmen Sinode tidak tinggal diatas kertas atau sekedar wacana dan retorika, maka dibutuhkan langkah 12: pemrograman. Dengan kata lain: agar karya penebusan atau pembaruan (perubahan menuju kondisi semakin baik) berlanjut, maka “Sabda harus menjadi daging”, kata harus dijelmakan kedalam karya, setiap butir Strategi dan Rencana Aksi harus ditetaskan ke dalam Program-kerja jangka panjang maupun jangka pendek. Program adalah rencana yang sudah ditetapkan sasaran (kuantitaif-kualitatif), waktu, tempat, penanggungjawab dan (sumber) biaya pelaksanaan. Setiap Komisi, Lembaga/Yayasan, dan Organisasi Katolik harus diberi waktu maksimal 2 (dua) bulan pasca-sinode untuk menyusun program berkaitan dengan rumusan hasil Sinode. Sinode dianggap berakhir dan panitianya dibubarkan setelah Rapat Pleno lintas komisi-lembaga-organisasi Katolik untuk Pengesahan Program. Untuk memantau pelaksanaan program, dapat dibentuk forum pastoral lintas komisi-lembaga-organisasi Katolik. *** Penulis: Philips Tangdilintin

Rekoleksi-Misa Pembaharuan Janji Imamat Para Imam KAMS dan Pemberkatan Minyak Kudus

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, demikian tahun ini tepatnya pada 25 Maret 2010 dilaksanakan pembaharuan janji imamat para imam KAMS dalam perayaan Ekaristi yang dihadiri oleh sejumlah umat Katolik dari berbagai paroki dalam kota Makasssar di Paroki Hati Yesus Yang Mahakudus, Katedral.

Kebiasaan pembaharuan janji imamat diadakan setiap tahun yaitu pada hari Kamis Putih (khususnya di keuskupan kita kebiasaan ini diadakan satu minggu sebelum hari Kamis Putih karena wilayahnya yang begitu luas mencakup tiga provinsi: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat maka para imam pun tersebar di tiga provinsi ini). Kebijakan ini ditempuh oleh Bapa Uskup dengan pertimbangan agar para imam masih punya kesempatan untuk kembali ke parokinya masing-masing sebelum tiba hari-hari raya dalam pekan suci). Sebelum membaharui janji imamatnya, para imam KAMS berkumpul di aula keuskupan untuk mengadakan rekoleksi lewat bimbingan Bapa Uskup Mgr. John Liku-Ada’. Rekoleksi ini dihadiri oleh 67 orang imam yang datang dari Kevikepan Makassar, Kevikepan Sultra, Kevikepan Sulbar, Kevikepan Toraja, dan Kevikepan Luwu.
Dalam rekoleksi setengah hari itu yang dimulai pada pagi pkl. 09.30 hingga pkl.13.00, Bapa Uskup mengajak para imam untuk merenungkan spiritualitas hidup seorang imam (khususnya spiritualitas imam diosesan), dan saling menshare-kan (berbagi pengalaman) karya/pelayanan kerasulan hidup imamat bagi setiap imam.

Beliau mengawali renungannya dengan menyitir kata-kata Mgr. Pietro Sambi (mantan Nuncio Apostolik untuk Indonesia) dimana waktu itu Mgr. Pietro mengungkapkan harapan dan keprihatinannya dengan menulis surat kepada Bapa Uskup pada tanggal 6 September 1995, yakni “Klerus diosesan di Indonesia yang jumlahnya di tingkat nasional terus bertambah (secara signifikan) perlu menemukan identitasnya sendiri, baik spiritual maupun pastoral, mulai dari masa pendidikan.”

Dari data laporan Ad Limina tentang Gereja di Indonesia tahun 1980 terdapat 249 imam diosesan, tahun 1987 bertambah menjadi 393, tahun 1993 bertambah pesat menjadi 895, dan tahun 2008 imam diosesan di Indonesia sudah mencapai angka 1578. Jadi pertambahan yang cepat secara kuantitas ini bila tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup para imam akan sangat berbahaya.

Berpangkal pada kalimat dalam Dokumen Konsili Vatikan, PO.3, Bapa Uskup menegaskan kembali bahwa “melalui panggilan dan tahbisan, para imam dalam arti tertentu disendirikan dalam pangkuan umat Allah, tetapi bukan untuk dipisahkan dari umat atau dari sesama manapun juga, melainkan supaya sepenuhnya dikuduskan bagi karya, yakni tujuan, mengapa Tuhan memanggil mereka.”

Jadi lewat tahbisan seorang imam dipanggil secara khusus untuk menjadi tanda kehadiran Allah di tengah umat dan dunia. Namun itu hanya mungkin terwujud bila ia mau menjadikan Kristus sebagai pusat hidupnya artinya hidup dan seluruh karya pelayanannya hanya bersama dan dalam Yesus saja, tak ada pilihan lain selain Yesus. Dengan kata lain Yesus harus menjadi model hidup setiap imam karena melalui tahbisan, imam mengambil bagian dalam Tritugas Kristus, sebagai nabi/guru, gembala/pastor, dan imam. Dengan demikian – kata Bapa Uskup – “para imam akan mencapai keutuhan hidup mereka, bila mereka menyatukan diri dengan Kristus dalam mengenal kehendak Bapa maupun dalam penyerahan diri mereka bagi kawanan yang menjadi tanggungjawab mereka (lih.1Yoh.3:16)”. Oleh karena hidup seorang imam selalu berpusat pada Kristus maka ia tak lain adalah “alter Christus”.
Sebelum rekoleksi ini diakhiri Bapa Uskup mengajak para imamnya untuk bersama-sama merenungkan perikop dari Kisah Para Rasul 20:17-28 tentang ungkapan pengalaman pelayanan Rasul Paulus di tengah umatnya. Bertitik tolak dari pengalaman St. Paulus ini, para imam diajak untuk saling membagikan (dalam kelompok) pengalaman mereka masing-masing dalam karya pastoralnya.
Dan dari hasil sharing itu dirasakan bahwa panggilan sebagai imam adalah suatu rahmat khusus karena lewat pelayanan sebagai imam (khususnya pelayanan sakramental) imam membawa dan menghadirkan Kristus di tengah Umat Allah yang tak lain adalah saudara-saudari seiman. Bertitik pangkal dari perikop tersebut, Rasul Paulus adalah figur seorang gembala yang sungguh menghayati panggilannya dalam setiap tugas. Ia seorang yang rendah hati, tulus, dan penuh tanggungjawab, dan seorang yang tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan dan kesulitan apapun juga, karena ia tidak mendasarkan hidupnya pada kemampuan/kekuatan pribadinya tetapi juga menyandarkan segala kelemahan dan ketrampilannya hanya pada Yesus, sehingga ia berani berkata “aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Gal.2:20).

Sore hari Bapa Uskup memimpin Perayaan Ekaristi untuk Pembaharuan Janji Imamat para imam. Seluruh imam yang hadir ikut berkonselebrasi dalam perayaan Ekaristi. Lewat Pembaharuan janji imamat para imam ingin menegaskan kembali komitmennya sebagai pelayan atau gembala (imam) di tengah umat dengan menyatakan:
(pertama) Bersedia untuk taat kepada Kristus sebagai pemimpin yang diwujudkan lewat ketaatannya kepada Uskup sebagai gembala utama dalam wilayah gereja lokal KAMS;
(kedua) Setia dalam menunaikan tugas/tanggungjawabnya sebagai pelayan misteri Allah dalam Perayaan Ekaristi Kudus dan dalam upacara liturgi lainnya serta setia menunaikan tugas suci mengajar umat, sambil meniru teladan Kristus sebagai Pepimpin dan Gembala utama.
(ketiga) Menghayati hidup sebagai pelayan yang sederhana, bukan sebagai orang-orang yang ingin akan harta benda, melainkan semata-mata karena hasrat menolong sesama agar dapat sampai pada keselamatan.

Selain pembaharuan janji imamat di dalam perayaan ekaristi itu, Bapa Uskup juga memberkati minyak-minyak suci yang akan digunakan oleh para imam untuk menolong umat memperoleh kesucian dari Kristus. Ketiga minyak suci itu adalah Minyak Babtis, Minyak Krisma, dan Minyak Pengurapan Orang Sakit.*** Penulis: P. Marsel Lolo Tandung, pr

Penutupan Tahun Imam KAMS di Paroki Assisi: Tahun Penuh Harapan

Tahun Imam yang diperingati tahun ini merupakan sebuah rahmat bukan hanya untuk para Imam/Pastor tetapi juga kepada kita semua selaku umat beriman. Di Tahun Imam ini kita bisa lebih mengenal siapa dan bagaimana kehidupan para imam.

Terinspirasi dari Santo Yohanes Maria Vianney, Sri Paus mengajak seluruh Imam di seluruh dunia melalui Keuskupan masing-masing melakukan serangkaian kegiatan guna lebih mengembangkan persaudaraan sejati dan saling menguatkan dalam panggilan.

Keuskupan Agung Makassar (KAMS) menjabarkan ajakan Sri Paus dalam berbagai kegiatan para Imam antara lain melalui rekoleksi bersama dan kegiatan lainnya di lingkungan Paroki, Kevikepan sampai pada tingkat Keuskupan itu sendiri.

“Jika aku berjumpa dengan seorang imam dan malaikat, sudah sepatutnya aku memberi salam dahulu kepada seorang imam sebelum aku memberi salam kepada malaikat. Malaikat adalah sahabat Tuhan, tetapi imam menduduki tempatNYA”. Perkataan ini merupakan salah satu dari beberapa perkataan St. Yohanes Maria Vianney, hal itu yang menggugah umat dan Pastor Paroki Assisi Makassar menerima tugas dari Keuskupan untuk mengupayakan sedemikian rupa sehingga momen Tahun Imam ini menjadi momen bersama para imam dan momen para imam dengan umat.

Acara yang dikemas cukup sederhana tapi menimbulkan kesan yang mendalam terungkap dalam rangkaian kegiatan Penutupan Tahun Imam pada hari Kamis, 17 Juni 2010. Kegiatan didahului dengan Perayaan Ekaristi Konselebrasi yang dipimpin langsung oleh Mgr. John Liku Ada’ didampingi Mgr. Piet Timang, para Vikep dan Pengurus Tim OF, dan dirayakan bersama dengan sekitar 70 imam dan dihadiri oleh para biarawan-biarawati dan banyak umat; perayaan tersebut terasa sangat hikmat. Setelah Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan acara ramah tamah para imam yang dihadiri oleh umat dari berbagai paroki di kota Makassar.

Acara ramah tamah tersebut mengambil tema “SETIA-MU SETIAKU”. Kegiatan yang dikoordinir langsung oleh P. Victor Patabang ini diisi berbagai hiburan seperti nyanyian solo, paduan suara, pembacaan puisi, drama sampai pada pemutaran film tentang kehidupan para Imam di Keuskupan Agung Makassar. Melalui kegiatan malam tersebut sangat terasa bagaimana umat begitu memperhatikan para imamnya.

Dalam penayangan film kehidupan para imam, terlihat secara jelas bagaimana para imam dengan keterbatasan yang dimiliki entah itu fasilitas gereja ataupun yang lainnya berupaya semaksimal mungkin melayani umat mulai dari daerah kota seperti Makassar sampai pada perkampungan masyarakat yang hanya bisa ditempuh dengan berkuda ataupun hanya berjalan kaki.

Panggilan. Panggilan. Panggilan, apakah saya dan Pembaca yang budiman memiliki panggilan? Begitu banyak yang mengajukan diri atau mungkin diajukan oleh orang tua atau keluarga untuk menjadi Imam melalui pendidikan di Seminari tetapi hanya sedikit yang terpanggil.

Sebagai informasi yang perlu diketahui, Imam KAMS berjumlah 91 orang termasuk di dalamnya mereka yang mendapatkan tugas khusus. Jumlah keseluruhan Paroki 43, Stasi 624;
Kevikepan Makassar (paroki 13, stasi 24) dilayani oleh 43 orang Pastor;
Kevikepan Tana Toraja (paroki 11, stasi 326) dilayani oleh 23 orang Pastor;
Kevikepan Luwu (paroki 7, stasi 102) dilayani oleh 9 orang Pastor;
Kevikepan Sultra (paroki 7, stasi 56) dilayani oleh 9 orang Pastor;
Kevikepan Sulbar (paroki 5, stasi 116) dilayani oleh 7 orang Pastor.

Selain itu, terdapat 8 imam yang bekerja di luar KAMS dan 2 imam sedang menjalankan tugas belajar di luar negeri. Dari data ini sangat jelas terlihat bagaimana jumlah Imam/Pastor yang tidak sebanding dengan luas wilayah medan tugas pelayanan.

Mari kembali kita menyadari bahwa para imam juga manusia yang mungkin tidak dapat menjangkau seluruh lapisan umat, tetapi yakinlah bahwa Pastor akan selalu berusaha dan terus berusaha. *** Penulis: Risdianto Tunandi

Agenda Bapa Uskup: Juni - Agustus 2010

JUNI
Tgl. K e g i a t a n
1 Hari Imam / Misa di SPC, pk. 18.15
2 Pertemuan dengan Tim Alumni SMAK Cendrawasih.
3 Misa Komunitas Keuskupan, pk. 18.30
4 Rapat Gabungan tentang SMAK Cendrawasih
5 Kunjungan Caritas Italiana
6 Misa di Katedral, pk. 18.30
7 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
8 Hari Imam / Misa di SPC, pk. 18.15
9 Misa di Biara Siti Miriam, pk. 18.30
10 Misa Komunitas Keuskupan, pk. 18.30
11 Misa Pesta Pelindung Paroki Katedral
12 Pertemuan dengan Pastores Paroki Fransiskus Asisi
13 Krisma di Mariso
14 Kunjungan Kel. P. Louis De Vos, CICM
15 Hari Imam / Misa di SPC, pk. 18.15
16 Misa di Biara Siti Miriam, pk. 18.30
17 Misa & Acara Penutupan Tahun Imam di Panakkukang
18 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
19 Pertemuan dengan beberapa Pastor.
20 Misa di Katedral
21 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
22 Hari Imam
23 Pertemuan dengan Sr. Martina dan Sr. Hilaria / Misa di Siti Miriam pk. 18.30
24 Misa Komunitas Keuskupan, pk. 18.30
25 Misa bersma Fr. HHK, pk. 18.30
26 Misa HUT - WKRI
27 Misa di Katedral
28-16/7Kunjungan Pastoral ke Kevikepan Toraja

JULI
18 Misa di Katedral
19 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
20 Hari Imam
21 Pesta Perak Imamat P. Willi Welle & P. Willem Tee
22 Misa Komunitas Keuskupan, pk. 18.30
23 Rapat Dewan Konsultor
25 Misa di Katedral
26 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
27 Hari Imam / Misa di SPC, pk. 18.15
28-31 Lokakarya Lembaga Pendidikan Katolik

AGUSTUS
1 Misa di Katedral
2 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
3 Hari Imam / Misa di SPC, pk. 18.15
4 Misa di Biara Siti Miriam pk. 18.30
5-8 Rapat Pengurus Lengkap KOMKAT KWI di Jakarta
10 Hari Imam / Misa di SPC, pk. 18.15
11 Misa di Siti Miriam, pk. 18.30
12 Misa Komunitas Keuskupan pk. 18.30
13 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
15 Perayaan 15 Agustus di Rajawali
16 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
17 Proklamasi Kemerdekaan
18 Misa di Siti Miriam, pk. 18.30
19 Misa Komunitas Keuskupan pk. 18.30
20 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
22 Misa di Katedral
23 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
24 Hari Imam / Misa di SPC, pk. 18.15
25 Misa di Siti Miriam, pk. 18.30
26 Misa Komunitas Keuskupan pk. 18.30
27 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
29-3/9 Retret Para Uskup di Bogor.

LKK PMKRI Cabang Makassar St. Albertus Magnus: Kader Harus Berbenah

Sejak perjuangan bangsa Indonesia merintis kemerdekaan memasuki abad ke-20, kita menyaksikan bahwa pemuda selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa-peristiwa besar politik dan pembangunan bangsa. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) yang memiliki basis orang muda dengan orientasi pada mahasiswa turut mengambil peran yang sangat strategis dalam melahirkan pemimpin-pemimpin muda yang memiliki eksistensi untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Menjadi pekerajaan rumah Dewan Pimpinan Cabang (DPC) adalah membangun sebuah pondasi yang kokoh untuk berubah “waktu berubah dan kita pun di dalamnya turut berubah”. Perjalanan yang cukup melelahkan namun penuh makna, Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) memberi warna cerah di awal kepengurusan dan menjadi pijakan tiap kader untuk melangkah lebih baik.
Menyadari bahwa pembentukan karakter seorang pemimpin yang militan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak hanya berpatokan pada berapa lama proses yang harus dilewati namun bertitik tolak pada bagaimana berproses didalamnya, dan tidak hanya berhenti pada suatu aksi. Dalam kewenangan DPC untuk menindaklanjuti hal tersebut yakni dengan memberikan mandat kepada mereka (steering committee) yang telah pernah berproses di dalamnya, memiliki integritas positif terhadap perhimpunan dan komitmen untuk bergumul dalam penyusunan konsep pembinaan kader yang relevan dengan dinamika riil perhimpunan saat ini.

LKK diharapkan mampu menguatkan kader untuk bisa memberi respon positif terhadap kegelisahan selama ini. Ada apa dengan PMKRI? Bagaiamana dengan PMKRI Cabang Makassar St. Albertus Magnus? LKK bukanlah jaminan satu-satunya bahwa PMKRI akan totalitas langsung berubah. Namun point penting dan menjadi impian adalah adanya perubahan mind set dan mental model .
LKK yang berlangsung dari tanggal 9 sampai 14 Maret sangat direspon baik dari pemerintah kota Makassar, Bapak Walikota Makassar Ilham Arif sebelum membuka secara resmi, beliau mengungkapkan bahwa meskipun situasi dinamika sosial kemasyarakatan yang lagi bergejolak tetapi tidak jadi penghalang bagi mahasiswa Katolik yang berhimpun dalam PMKRI untuk melakukan pengkaderan, dan menyiapkan kadernya yang militan.

Koordinator Steering Committee (SC), Kartini Angelina dalam penjelasan alur proses LKK di hadapan seluruh peserta menegaskan bahwa value of responsibility dan ability communication menjadi kerangka upaya pencapaian maksud diadakannya LKK. Konsistensi peserta selama kegiatan berlangsung akan menjadi input SC untuk merumuskan metode evaluasi berikutnya dan bentuk pendampingan terhadap peserta, serta menjadi acuan penilaian kelulusan peserta.
Dalam penjelasan selanjutnya, beliau pun mengungkapakan bahwa dalam proses pembinaan ini value (nilai-nilai) dalam perhimpunan yang akan mengontrol melalui refleksi di tiap akhir kegiatan. Selain peserta dilatih untuk menjadi seorang pemimpin yang tidak asal berpikir, berkata-kata, dan bertindak namun peserta juga dirahkan mampu untuk mengatur waktu, mana yang lebih utama harus dilakukan.

Materi–materi bersumber dari penjabaran Tiga Benang Merah Perhimpunan (intelektualitas, fraternitas, kristianitas) seperti yang diungkapkan oleh sekretaris SC (Vitalis Viser), penyelarasan materi dengan spirit gerakan perhimpunan tersebut (Tiga Benang Merah) dimaksudkan sebagai penguatan pada identitas anggota yang menjadi nilai pembeda, dan semakin mempertajam karakter kader PMKRI.

Sangat tertantang terhadap salah satu isu sentral yang diangkat oleh SC adalah bagaimana kebijakan yang diambil oleh PMKRI pusat terhadap kondisi PMKRI saat ini. PMKRI yang memiliki orientasi pada ruang sosial kemasyarakatan dan dengan mengedepankan pembinaan dan perjuangan, faktor cohesiveness (kerekatan, red.) anggota akan sangat mempengaruhi ruang gerak perhimpunan.
Menjawab akan hal tersebut, Stefanus Asat Gusma selaku Ketua Presidium PP PMKRI periode 2009-2011 mengungkapkan dalam pemaparan materinya bahwa proses perubahan sosial dalam organisasi harus selalu mendorong siapa saja atau apa saja yang mempunyai karakteristik anasir maju, sedangkan anasir penghambat harus diselesaikan dengan cara-cara kolektif. Kebijkan nasional dua tahun ini harus bisa merepresentasikan sebuah “rekonsolidasi menuju PMKRI yang satu dan kontributif”.

Besar harapan bahwa proses pembinaan ini memberikan implikasi untuk terus berpacu mengembangkan kemampuan kepemimpinan kader tanpa meninggalkan nilai-nilai moral dan sebagai bentuk penyegaran kepemimpinan dalam perhimpunan.
Proficiat kepada peserta LKK! Semoga gerak perjuangan berlandaskan nilai-nilai spritual perhimpunan semakin menyemangati untuk menjadi yang terdepan, dan karya nyata semakin nampak. Dan terimakasih kepada semua pihak yang turut mengambil bagian di dalamnya. *** Penulis: Johni Matalangi, Presidium PMKRI

Animasi Panggilan OMK Se-Kevikepan Toraja

Kevikepan Toraja mengadakan Animasi Panggilan dalam rangka menyongsong hari Minggu Panggilan Sedunia, 25 April 2010. Kegiatan ini dilaksanakan di dua tempat yakni pada 9-10 April 2010 di Rantepao dan 17-18 April 2010 di Ge’tengan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi Orang Muda Katolik (OMK) ini, diikuti banyak peserta. Mereka berasal dari sekolah-sekolah di wilayah Kevikepan Toraja. Menurut data panitia, peserta yang mengikuti Animasi Panggilan di Rantepao sebanyak 253 orang berasal dari 16 sekolah, sementara di Ge’tengan berjumlah 241 orang berasal dari 11 sekolah. Siswa-siswi ini berasal dari tingkat SMA sederajat dan SMP kelas IX.
Tingkat SMA diharapkan bisa mendaftar ke Seminari atau Postulan Tarekat sementara siswa SMP kelas IX dapat mendaftar ke Seminari Menengah Santo Petrus Claver.

Menjangkau Bintang-Bintang
Keberlanjutan Gereja Katolik merupakan tanggung jawab para pemimpin Gereja dan umat secara keseluruhan. Mereka harus mengusahakan terciptanya regenerasi sehingga Gereja terus bertumbuh. Menyadari hal itu, Kevikepan Toraja merasa bertanggung jawab memotivasi dan memfasilitasi umat terutama OMK agar tercipta semangat pelayanan dalam diri kaum muda. Mereka diajak untuk mengarahkan masa depan mereka menjadi pelayan khusus sebagai imam, frater atau suster. Oleh karena itu, Kevikepan Toraja membentuk Tim Kerja Aksi Panggilan 2010 yang menyelenggarakan animasi panggilan tersebut.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kaum muda terhadap nilai-nilai iman akan Kristus sebagai landasan pembangunan Gereja. Selain itu, umat semakin menyadari kelangsungan hidup Gereja masa depan. Dengan demikian, mereka ikut mendorong kaum muda sebagai tulang punggung Gereja untuk ikut terlibat dalam hidup menggereja.
Tema yang diangkat dalam kegiatan ini sesuai dengan tema umum hari Minggu Panggilan 2010 yakni, “Kesaksian Membangkitkan Panggilan”. Selain itu, panitia juga menampilkan tema khusus yaitu, “Reaching the Stars”. Tema ini mau mengajak para peserta untuk menyadari dan melihat cita-cita dan tujuan hidup mereka. Melalui kegiatan ini, mereka diarahkan untuk melihat salah satu bentuk cita-cita dan pilihan hidup yakni menjadi kaum selibat dengan harapan mereka akan tertarik sehingga kualitas pelayanan dan kuantitas pelayan dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan.

Rantepao
Animasi panggilan yang diadakan di Rantepao ditujukan bagi OMK yang berasal dari wilayah Kabupaten Toraja Utara. Dalam acara ini, diadakan berbagai bentuk kegiatan diantaranya, renungan, promosi panggilan, outbound, dinamika kelompok dan perayaan Ekaristi. Dalam promosi panggilan, masing-masing tarekat, imam diosesan dan mahasiswa Sekolah Tinggi Kateketik dan Pastoral (STIKPAR) memiliki kesempatan untuk mempromosikan tarekat atau karya mereka. Bahkan sebuah organisasi Ikatan Pelajar Katolik Toraja Utara (IPKAT) yang telah terbentuk turut memperkenalkan diri sebagai bentuk motivasi bagi peserta. Masing-masing menampilkan kreatifitas mereka agar sedapat mungkin menarik minat para kaum muda untuk mengikuti jejak mereka. Beberapa bentuk promosi yang disajikan berupa pembagian brosur, perkenalan, fragmen singkat, nyanyian, dsb. Selain itu, kehadiran mahasiswa STIKPAR menambah semangat kaum muda dalam sesi gerak dan lagu dengan iringan band. Acara ini diisi dengan promosi dari tarekat suster JMJ dan SFIC, tarekat frater CMM dan HHK, mahasiswa STIKPAR dan imam diosesan yang dibawakan oleh para TOR-er KAMS.

Ge’tengan
Acara Animasi Panggilan di Ge’tengan tidak jauh berbeda dengan yang dilaksanakan di Rantepao. Kali ini, ditujukan bagi OMK di wilayah Kabupaten Tana Toraja. Bentuk kegiatan yang dilakukan pada umumnya sama, kecuali sharing kelompok. Dalam acara sharing, para peserta diberi kesempatan langsung untuk bersharing bersama dengan para frater, suster, imam dan mahasiswa dalam kelompok yang lebih kecil. Melalui sharing ini, para peserta diajak untuk mengenal lebih dekat panggilan hidup selibat atau menjadi pelayan pastoral.
Seperti halnya Outbound yang dilaksanakan di Rantepao, kegiatan ini pun dilaksanakan di Ge’tengan. Melalui kegiatan outbound ini, para peserta diberi kesempatan untuk melatih diri dalam relasi dengan anggota kelompok dan belajar mengenai nilai-nilai yang bisa dipetik dari sebuah permainan.

Tanggapan Peserta
“Wah…menyenangkan sekali…rasa tambah!” Begitulah jawaban beberapa anggota OMK ketika ditanya tentang perasaan mereka setelah mengikuti Animasi Panggilan tersebut. Dengan ungkapan itu, mereka menampakkan kebahagiaan tersendiri. Bagaimana tidak? Melalui kegiatan ini, mereka dapat bertemu dengan OMK dari berbagai sekolah di wilayah kevikepan Toraja dan bertemu akrab dengan para imam, frater, suster dan mahasiswa. Apalagi, panitia tidak memungut biaya dari para peserta. Hal ini merupakan suatu hasil yang membanggakan. Hasil inti kegiatan ini memang belum dapat kita nilai begitu acara selesai dilaksanakan.
Namun di sisi lain, satu harapan yang terbesar adalah semoga melalui kegiatan ini, mereka dapat tertarik untuk menanggapi panggilan khusus menjadi imam, frater atau suster. Vikep Toraja, P.Frans Arring Ada’, Pr selaku penanggung jawab, dalam sambutannya mengungkapkan keprihatinan terhadap penurunan minat kaum muda dalam menanggapi panggilan menjadi imam, frater atau suster di wilayah KAMS.
Menurut beliau, kegiatan seperti ini sangat efektif bagi kaum muda dan diharapkan peran OMK lebih nampak lagi. Hal senada juga diungkapkan oleh P.Bartho Pararak, Pr selaku ketua panitia. Beliau berharap agar kegiatan seperti ini terus dipertahankan ke depan atau bahkan ditingkatkan. *** Penulis: Alfius Tandi Rassing, TOR-er KAMS

Pelatihan Pendamping dan Fasilitator Komunitas Basis Mahasiswa (KBM) Kevikepan Toraja

Tanggal 26-31 Mei 2010 yang lalu, Asrama Frateran CMM Ge’tengan menjadi saksi peletakan dasar “Gerakan Basis berbasis Budaya” melalui pelatihan Pendamping dan Fasilitator KBM untuk 29 peserta (dari target 36) dari berbagai kampus Perguruan Tinggi.

Pelatihan yang sebenarnya lebih tepat disebut “kaderisasi” itu membantu peserta untuk meruntuhkan berbagai mental-block mereka, membangkitkan kesadaran budaya, membangun spiritualitas kader katolik sebagai garam (siap-sedia, rela, rendah hati) dan terang (percaya-diri dan berani tampil ke depan untuk memelopori/memimpin saat dibutuhkan) dan berbagai bekal lain.

Program yang merupakan kerjasama Komisi Kateketik KWI – Bimas Katolik ini dibuka oleh Vikep Toraja, P.Frans Arring Pr, dan ditutup oleh Moderator Mahasiswa Katolik Kevikepan Toraja, P.Barto Pararak Pr.

Gerakan Basis

SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia) 2005 menetapkan Komunitas Basis sebagai Strategi Hidup Menggereja Abad ke-21. Sejak itu KBG ‘disosialisasikan’ dan dilokakaryakan di mana-mana. Tetapi nampaknya masih tetap tinggal di atas kertas, belum menjadi ‘gerakan’ atau aksi yang membawa perubahan nyata. Konon, dalam pantauan Komisi Kateketik KWI, barulah Keuskupan Pangkalpinang yang benar-benar sudah menerapkan strategi ini di lapangan.

Basis-basis Gereja mencakup jalur teritorial (Rukun, Stasi, Wilayah dalam suatu Paroki), jalur kategorial (wadah/organisasi: WKRI, Pemuda Katolik, THS-THM, PMKRI, KMK, Mudika, Legio Maria) dan jalur fungsional (kelompok PPK, PPA, Lektor, Pembina Sekami/Mudika, Koor, Leading Singers, dst). Semua kelompok/wadah/organisasi tersebut bisa dikembangkan ke “cara hidup” Komunitas Basis:

(1) berkumpul secara rutin untuk (2) sharing/pendalaman Kitab Suci/Ajaran (Sosial) Gereja dan Ekaristi, yang diwujud-nyatakan dalam (3) tindakan/aksi sosial bersama sebagai pelayanan di tengah masyarakat, hal-hal mana akan membuat mereka (4) semakin kompak dan sehati-sejiwa sebagai saudara sambil tetap berada dalam kesatuan dengan Gereja Lokal-Universal, sehingga (5) mereka disukai semua orang, mampu memberi kesaksian, dan membangun persaudaraan sejati dengan sesama warganegara berbeda keyakinan.

Jadi, Komunitas Basis, termasuk KB Mahasiswa, bukanlah wadah/organisasi baru, melainkan suatu cara hidup berjemaat yang mengadopsi (kembali) cara hidup Jemaat Perdana. Ditetapkan sebagai strategi, karena keyakinan bahwa dengan saling asih-asah-asuh dalam kelompok kecil (15-30-an orang) di basis-basis, pembinaan-diri umat lebih intensif untuk menajamkan sensus catholicus serentak menumbuhkan sense of mission menjadi garam dan terang di lingkungan tetangga, tempat kerja, organisasi, masyarakat luas. Itulah gagasan dasar yang melatarbelakangi model pelatihan di Ge’tengan: untuk benar-benar menggerakkan strategi Komunitas Basis, perlu “menyiapkan barisan orang-muda yang mau dan mampu mengisi/mamandu pertemuan-pertemuan rutin-tematis di basis, sebagai fasilitator”. Para trainees Ge’tengan itu disiapkan untuk mendampingi dan memandu kegiatan/pertemuan KMK di kampus-kampus dan OMK di stasi mereka. Menggerakkan perubahan dengan lebih dulu mengubah-diri (self-change: mind-set, sikap, perilaku). Maka salah satu latihan penting setiap hari adalah berpikir reflektif, membuat refleksi atas pengalaman/pembelajaran yang diperoleh. Seluruh materi pelatihan disajikan dalam Pola Proses: saling terkait secara spiral-konsentris, semakin meluas-mendalam dengan metode-metode dialogis-partisipatif-eksperiensial. Selingan ice-breakers berupa games dan lagu-lagu, menjaga dinamika suasana dan semangat peserta.

Berbasis Budaya Toraja

Masukan dan diskusi tentang Alukta dalam Konteks Baru (Ishak Ngeljaratan) dan bacaan menantang Sebuah Pesan untuk Orang Toraja di Awal Abad 21 telah memberi warna khas pada kaderisasi. Bertolak dari filosofi yang tersirat dalam sapaan “Manasumo?” budayawan Ishak Ngeljaratan berhasil membangkitkan kesadaran-budaya dan kebanggaan mahasiswa Toraja. Beliau mengangkat nilai-nilai yang terkandung dalam Aluk dan Adat-Budaya Toraja yang semakin tergeser oleh gengsi dan tergusur oleh (politik) uang.

“Untuk pertama kalinya, saya benar-benar bangga sebagai putera Toraja, dan bersyukur dilahirkan sebagai orang Toraja”, demikian tulis beberapa peserta (dengan rumusan agak berbeda) dalam lembar-refleksi. Rm.Yumartana SJ, yang hadir bersama penulis sebagai SC Nasional Pelatihan dan membaca “Pesan” di atas serta mendengar presentasi Ishak, ikut “terbakar” oleh kebanggaan dan kebangkitan peserta.

Dalam waktu relatif singkat, Rm.Yu berhasil menggubah dua lagu Toraja: “Manasumo” dan “Olle-olle” (diangkat dari Pesan untuk Orang Toraja: Olle-olle … de’, Lai Rinding salle gau’, Sampe Pandin buletuk, Umbalukan tondokna tallu suku). Lagu-lagu ini dinyanyikan secara kanon, bahkan dibawakan dalam renungan dan ibadat. Olle-olle mengingatkan para kader, jangan sampai ‘menjual tanah kelahiran dan Gerejanya dengan nilai uang recehan dan menjadi penghianat yang lebih jahat dari L.Rinding, S.Pandin bahkan Judas’.

Kedua lagu ini, dan dua lagu lagi yang diciptakan Rm.Yu (Kurre Sumanga’ dan Misa’ Kada) menggema silih berganti sepanjang pelatihan sampai acara Api Unggun, dan membangkitkan tekad untuk mencintai, melestarikan dan memurnikan (kembali) nilai-nilai budaya Toraja. Bahkan muncul dalam Rumusan Profil Ideal (gambaran visioner hasil pembinaan mahasiswa Toraja 2010-2015) yang dirangkum dari enam kelompok diskusi pada topik Visi Pembinaan:

“Barisan cendekiawan muda yang menemukan jatidiri dan kebanggaan

sebagai Manusia Toraja Beriman Katolik yang percaya-diri,

tangguh, jujur, disiplin, bertanggungjawab, mandiri, terbuka-inklusif,

sehingga siap sedia membangun persaudaraan sejati dalam harmoni dengan

diri–sesama–Tuhan dan alam-lingkungan, serta mampu dan mau berperan-aktif

dalam berbagai bidang kehidupan sosial sesuai dengan kharisma dan kompetensinya”

Rumusan ini, khususnya 7 Nilai, plus nilai persaudaraan-sejati dan harmoni sebagai nilai inti (core-value), akan di-break-down ke dalam program dan tema-tema pembinaan oleh Tim Pembina Mahasiswa Toraja bersama para kader-pendamping, dan diharapkan mampu mengatasi “krisis identitas” orang-muda Toraja lantaran tercerabut dan terasing dari (nilai-nilai) budaya daerahnya.

Beberapa Rencana Aksi di sesi terakhir (mis. Teater Kampus, Festival Seni-Budaya Toraja, Lomba Cipta Lagu Toraja) menegaskan kesiapan untuk suatu Gerakan Kultural, yang niscaya bisa mendorong proses Inkulturasi. Dua peserta yang penyiar radio amatir, bertekad mengumandangkan lagu-lagu kaderisasi dan lagu-lagu Toraja yang masih akan lahir dari satu-dua kader yang berbakat, untuk ‘menularkan virus-virus Cinta-Budaya’.

Tentu saja, kuncinya ada pada Komitmen Tim & para kader untuk bertemu sekali sebulan untuk sharing sembari mengolah topik-topik bina-lanjut (postcare), dan pelaksanaan dari setiap Rencana Aksi yang sudah disepakati, bahkan dikukuhkan dalam “Pernyataan Komitmen” dalam Misa Pengutusan yang diucapkan lantang didahului kordinator kader terpilih, Deli.

Pelatihan semi-spartan ini dipandu oleh 2 unit panitia: OC (Organizing Committee: Fr.Norbert CMM sebagai ketua, bersama Ignas, Stev, Cecil) dan SC (Steering Committee: Philips, Rm.Yumartana SJ, P.Barto, Henny Konda, Daniel Risbianto). Kedua unit ini punya tugas masing-masing, tetapi amat kompak, karena keenam orang-muda di OC/SC itu adalah alumni pelatihan serupa di Malino, Agustus 2009 dan P. Barto TOT Klender Mei 2009. *** Penulis: Philips Tangdilintin

Kronik KAMS Maret - Mei 2010

1 Maret
Mgr. John Liku-Ada' berangkat ke Jakarta untuk rapat Karina KWI.

2 Maret
Ketua Komisi Liturgi, P. Leo Sugiono MSC, mengundang semua Pelayan Komuni dan Seksi Liturgi Depas semua paroki di Kevikepan Makassar untuk sebuah lokakarya di aula keuskupan pada pukul 16.30 dengan tema: "Pelayan Komuni, Pelayan Gereja yang Dipanggil untuk Terlibat dalam Masyarakat Lokal". Dalam lokakarya ini, Ernest Mariyanto sebagai narasumber. Beliau adalah tokoh yang dikena sebagai musisi, pelayan awam dan mantan anggota Komisi Liturgi KWI. Sekitar 250 pelayan komuni dan tim liturgi paroki berpartisipasi. Setelah doa pembukaan yang dipimpin oleh P. Benny CICM, Vikaris Jenderal Ernesto Amigleo menyampaikan kata sambutan dan kemudian secara resmi membuka lokakarya. Setelah itu P. Leo Sugiono MSC, memberikan pengenalan singkat tentang pembicara tamu. Pembahasan Ernest Mariyanto ini sangat praktis, tetapi sebagian besar waktunya diambil oleh tanya-jawab forum. Lokakarya ini berakhir pukul 21.
Pastor Paulus Tongli dan P. Marsel Lolo Tandung berangkat ke Manado untuk menghadiri pertemuan Komisi Kerasulan Awam dari tiga provinsi gerejawi terdiri dari Makassar-Ambon-Manado (MAM).

3 Maret
Vikaris Episkopal Makassar, P. Jos van Rooy cicm, mengadakan untuk pertemuan Kevikepan untuk membahas antara lain, tugas asistensi para imam untuk perayaan Pekan Suci di paroki-paroki dan pembentukan tim Kevikepan.

4 Maret
Tim kecil Dewan Keuangan Keuskupan Agung Makassar (P. Ernesto, Ekonom KAMS, P. Yulius Malli, John Theodore dan Jinhard Kouwagam) bertemu untuk pembahasan lebih lanjut dengan Direktur Rumah Sakit Stella Maris dan stafnya, Yayasan Ratna Miriam dan Dewan Provinsial JMJ.

8 Maret
Pertemuan internasional Suster-suster Serikat Yesus, Maria, Joseph (JMJ) diselenggarakan di Malino suatu Rapat Dewan Penasehat Umum. Hadir dalam pertemuan 3 hari adalah Superior Jenderal, Dewan Penasihat, dan peserta dari Belanda, India, Indonesia dan Ghana. Misa pembukaan dipimpin oleh Vikjen Ernesto Amigleo CICM. Dalam liturgi sekelompok siswa sekolah dasar yang dipilih dari Hati Kudus Rajawali memainkan musik kolintang dan angklung, sementara yang lain siswa SMU Rajawali memainkan musik dan lagu-lagu pujian, dan siswa SMP membawakan tarian daerah. Sebelum Misa dimulai Pemimpin Provinsial Makassar, Sr Agneta Ngala, memberikan sambutannya. Dan sebelum akhir Misa, Superior Jenderal, Sr Therese Supriyati, JMJ, secara resmi membuka pertemuan. Sekitar 100 peserta datang untuk acara ini.

Pukul 9.00 malam kami menerima berita sedih bahwa Frater Zakarias HHK, menghembuskan napas terakhir pada pukul 8.30 malam di Rumah Sakit Stella Maris. Frater Zakarias telah menderita gagal ginjal selama beberapa bulan terakhir. Semoga ia beristirahat dalam damai.

10 Maret
Setelah dua hari pertemuan intensif para peserta Rapat Dewan Penasehat Societas JMJ ditutup dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal P. Ernesto Amigleo CICM. Seperti saat pembukaan, kelompok-kelompok siswa dari Rajawali membawakan musik, lagu-lagu pujian dan tarian daerah, yang turut mewarnai perayaan itu.

Di pagi hari Mgr. John Liku-Ada 'memimpin Misa Requiem untuk mendiang Fr. Zakarias HHK. Turut mendampingi adalah Marsel Lolo Tandung dan P. Yeremias Doki dari Seminari Menengah. Ratusan umat datang untuk menyampaikan simpati mereka. Setelah misa, jenasah diantar ke Pakatto, Gowa, untuk peristirahatan akhir. P. Marsel memimpin upacara penguburan.

11 Maret
Di Malino, Vikaris Jenderal P. Ernesto Amigleo CICM, memimpin Ekaristi dan pemberkatan dari tempat pemakaman yang baru dibangun untuk para suster JMJ. Jasad para suster, beberapa dari mereka misionaris Belanda dimakamkan di Malino, satu suster BKK dan satu lagi dari Kongregasi Bunda Hati Kudus, akan dipindahkan ke pemakaman baru di kemudian hari. Mereka yang hadir menyaksikan upacara pemberkatan adalah Suster-suster JMJ yang berpartisipasi dalam Rapat Dewan - Superior Jenderal dan penasihat, dan para suster dari Belanda, India, Ghana, dan Indonesia, dan para Suster dari Stella Maris, Rajawali dan Siti Miriam, dan Malino. Sr Gemma, BKK, Adri (arsitek) dan Ronny (insinyur) turut hadir. Setelah pemberkatan sebagian besar peserta mengemas bawaan mereka untuk kembali ke Makassar.

12 Maret
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia-Cabang Makassar (PMKRI) menyelenggarakan seminar 4 hari kepemimpinan yang dimulai Selasa lalu. Bapa Uskup diundang untuk memberikan ceramah tentang Kepemimpinan. Seminar ini diadakan di margasiswa Jl. Sutomo.
Kami menerima berita sedih tentang kematian P. Louis de Vos CICM, (74 tahun) di Belgia. Beliau adalah seorang misionaris di Keuskupan Agung Makassar. Dia ditugaskan sebagai pastor paroki pertama di Rembon, Tana Toraja dan kemudian di Rantepao. Ia mendirikan KIK (Kelompok Ibu Katolik) di Tana Toraja. Kemudian, ia ditugaskan di Gereja Asissi, Panakukang, Makassar. Dia adalah orang yang memprakarsai pembangunan Gereja di sana. Semoga beliau beristirahat dalam damai.

14 Maret
Ketua Komisi Keluarga menyelenggarakan seminar setengah hari berupa persiapan tim yang akan membimbing calon yang akan menikah di paroki-paroki mereka. Pembahasan seperti Sakramen Perkawinan, Perkawinan di Zaman Modern, Kesetiaan, Kekhawatiran, KB Alamiah, Moralitas Pernikahan, dll. Karena P. Ignas Sudaryanto, CICM berhalangan, Vikaris Jenderal P. Ernesto Amigleo CICM mengambil alih dan memberi ceramah tentang "Sakramen Perkawinan." Dua puluh dua anggota tim hadir.

15 Maret
Di paroki Asissi, Panakukang, pukul 18.30 diadakan Misa requiem untuk mendiang P. Louis de Vos CICM, dipimpin oleh Bapa Uskup sebagai selebran utama, didampingi P. Stef Tarigan CICM, dan pastor paroki P. Victor Patabang. P. Louis de Vos berperan penting dalam pembangunan Gereja Assisi yang indah. Semoga ia beristirahat dalam damai.

16 Maret
Di sore hari, Mgr. John Liku-Ada' membuka Pertemuan Nasional OMK di Baruga Kare dengan perayaan Ekaristi dan memberikan kata sambutan.

17 Maret
Pertemuan diadakan antara pihak KAMS dengan seorang pengusaha Johny The untuk membicarakan kemungkinan pertukaran tanah milik keuskupan dengan tanah yang lebih besar yang ingin dibeli di daerah Tanjung Bunga.

Dengan semangat Dialog Antar-Agama, Bapa Uskup dan Herman Senggeh bersama-sama dengan anggota Forum antar Umat Beragama mengunjungi pemimpin agama Hindu di Makassar.

18 Maret
Dalam kapel uskup, upacara perutusan diadakan dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Bapa Uskup di malam hari. Dua suster - Sr Martina Tongli, dan Sr Hilaria, akan dikirim ke paroki Soroako, di mana mereka akan membuka Sekolah TK paroki. Turut hadir P. Albert Arina, P. Marsel Lolo Tandung.

19 Maret
Hari ini adalah Pesta St. Yusuf, Suami Maria, juga 15 tahun tahbisan Mgr. John Liku-Ada 'sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar. Untuk kesempatan bahagia ini, sejumlah komunitas Katolik diundang untuk menghadiri rekoleksi dan Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Agung sendiri di aula keuskupan pukul 09.30 pagi. Untuk rekoleksi, Bapa Uskup mengangkat tema: Sistem Demokrasi dalam Masyarakat Sekuler dan Sistem Kolegial-Sinodal dalam Gereja. Sistem pertama menggunakan sistem pemungutan suara dalam membuat keputusan, sedangkan sistem kedua menggunakan metode “discernment” dalam mencari kehendak Tuhan. Selama istirahat, banyak kejutan yang diterima Bapa Uskup, antara lain hadiah yang sangat istimewa - sumbangan dari umat Katolik - yakni mobil Fortuner hitam baru untuk perjalanan ke daerah pedalaman. Pada saat yang sama, Bapa Uskup diminta untuk memberkatinya. Juga, ruang tamu yang baru direnovasi turut diberkati. Setelah itu, Perayaan Ekaristi menutup rekoleksi setengah hari. Sebelum berkat terakhir, Bapa Uskup memberikan ucapan terima kasih untuk semua perhatian dan kerjasama yang diberikan kepadanya selama 15 tahun terakhir sebagai pemimpin Gereja di KAMS.

20 Maret
Dewan Keuangan KAMS bertemu untuk rapat rutin mereka. Seorang tamu dari Jakarta, FX Budi, mewakili sebuah Yayasan Pendidikan Katolik, datang untuk berbicara tentang proyek mereka untuk membentuk dalam setiap keuskupan tim yang menaruh perhatian terutama pada kualitas dan keberlangsungan Pendidikan Katolik di negara ini. Dia juga berbicara dengan P. Alex Lethe yang merupakan ketua Majelis Pendidikan Katolik di KAMS dan Ketua Komisi Pendidikan KAMS.

22 Maret
Seorang umat Katolik di Makassar yang telah mencapai usia 103 tahun meninggal dua hari yang lalu dan Misa Requiem dirayakan siang hari di Katedral. Beliau adalah Maria Han Sian Lien, ibu dari Sony dan mertua Mimi dari Domenica in Sabato.

P. Alex Lethe, ketua Komisi Pendidikan, berangkat ke Ambon untuk menghadiri pertemuan para ketua Komisi Pendidikan tiga provinsi gerejawi Manado-Ambon-Makassar (MAM).

23 Maret
Tim On Going Formation KAMS bertemu di aula keuskupan pukul 09.30 pagi. Hadir Vikep dan Ketua Tim P. Victor Patabang bersama dengan P. Ignas Sudaryanto CICM, dan P. Marsel Lolo Tandung.

24 Maret
Dewan konsultor bertemu dalam pertemuan rutin untuk membahas antara lain Persiapan Sinode Keuskupan direncanakan pada tahun 2012 pada perayaan Usia Intan Gereja Lokal KAMS.

P. Terry Ponomban dari Keuskupan Manado diundang untuk acara Dialog Iman di paroki Katedral. Dia berbicara tentang tema APP: Membangun Kesejatian Hidup dalam Keluarga.

25 Maret
Pada Hari Raya Kabar Sukacita, para imam di KAMS mengadakan rekoleksi setengah hari dipimpin oleh Mgr. John Liku-Ada' di aula keuskupan pukul 09.30. Tema: "Spiritualitas para Imam" Tahun ini adalah "Tahun Imam", yang dibuka oleh Bapa Suci pada tanggal 19 Juni 2009, tema yang sangat relevan. Bapa Uskup berbicara berdasarkan salah satu artikel yang berjudul "Spirtualitas Imam Diosesan" yang diterbitkan bersama-sama dengan artikel lainnya oleh beberapa uskup dan dibuat menjadi sebuah buku berjudul "Harapan dan Cinta dari Uskup untuk Imamnya" diterbitkan oleh Penerbit Obor. Enam puluh delapan imam dari seluruh KAMS yang hadir. Setelah ceramahnya, kelompok dibagi menjadi 10 kelompok kecil untuk berbagi pengalaman sebagai imam, berdasarkan Kisah Para Rasul 20:17-38 tentang pengalaman Santo Paulus sebagai misionaris memberitakan Sabda Tuhan kepada bangsa-bangsa. Lalu untuk menutup rekoleksi diadakan misa krisma, yang seharusnya diselenggarakan pada hari Kamis depan, namun dimajukan pada kesempatan ini karena pekan depan sebagian besar imam akan sibuk di paroki-paroki mereka. Misa dipimpin oleh Uskup Agung, dan didampingi oleh P. Chris Sumarandak MSC, P. Joni Payuk CICM, dan P. Paulus Tongli pastor paroki katedral, 80 imam memperbarui komitmen imamat mereka diikuti dengan pemberkatan minyak suci. Banyak umat datang untuk bergabung dalam Misa yang diadakan di Katedral pada pukul 18.30. Setelah misa, santapan malam disajikan untuk para imam.

27 Maret
Alex Urip Widodo yang bekerja di kantor perpajakan di kota Makassar secara sukarela menawarkan waktunya untuk memberikan simulasi tentang bagaimana membuat laporan pajak bagi bendahara sekolah Katolik dan Yayasan. Simulasi ini diadakan di aula keuskupan yang dimulai pukul 9.00 pagi dan diakhiri setelah makan siang.

1 April
Awal Triduum dalam persiapan untuk Paskah. Puluhan ribu orang Katolik di Keuskupan Agung datang ke Gereja untuk merayakan Misa Kudus Kamis Putih memperingati Perjamuan Terakhir dan Pembasuhan Kaki dari para Rasul.

4 April
SELAMAT PASKAH UNTUK SEMUA! Kristus telah bangkit. Alleluya. Semoga Kristus yang bangkit terus menganugerahi kita dan Keuskupan Agung kita rahmat berlimpah.

Hari ini P. Jos van Rooy cicm, dibebaskan dari tugasnya sebagai Vikaris Episkopal Makassar, setelah pengunduran dirinya kepada Uskup beberapa minggu lalu. Terima kasih P. Jos untuk pelayanan selaku Vikep Makassar!

6 April
Seminar tentang "Pemberdayaan Perempuan" dimulai hari ini di Baruga Kare bersama Uskup Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, mewakili KWI hadir dalam acara ini. Mgr. John Liku-Ada' membuka seminar dengan perayaan Ekaristi dan kata sambutan. Peserta dari KAMS 40 orang. Seminar ini difasilitasi oleh Ketua Komisi PSE, P. Fredy Rante Taruk dan staf.

7-8 April
Ketua Komisi Dialog Antar-Agama dan Komisi Kerasulan Awam mengadakan pertemuan tim untuk membahas hal-hal penting, terutama dalam kaitannya dengan Pemilu kepala daerah yang akan datang untuk Kabupaten Tana Toraja.

8 April
Dewan Keuangan KAMS bertemu untuk membicarakan beberapa hal penting dan mendesak.

9 April
Mgr. John Liku-Ada' berangkat ke Manado untuk menghadiri pemberkatan Katedral dan ulang tahun ke-70 Mgr. Joseph Suwatan MSC di Manado. Proficiat!

10 April
Setelah mengikuti kursus 3 bulan Islamologi di Universitas Paramadina, P. Kamelus Kamus cicm tiba di Makassar untuk liburan beberapa pekan.

12 April
Tiba semalam dari Manado, pagi ini Mgr. John Liku-Ada’ berangkat ke Ruteng. Di Ruteng beliau akan bergabung dengan para uskup lainnya untuk penahbisan Mgr. Dr. Hubertus Leteng sebagai uskup baru keuskupan Ruteng, Flores, pada 14 April 2010. Selamat kepada Uskup baru. Semoga Roh Kudus selalu membimbing Anda dalam pelayanan untuk membangun persaudaraan nyata di keuskupan, sesuai dengan moto Anda "Omnes Vis Fratres Estis" yang berarti "Kamu semua adalah saudara dan saudari" (Matius 23:8) .

Sore hari, sebuah lokakarya tiga hari ini diadakan di Baruga Kare untuk semua anggota tim Komisi Sosial Ekonomi dari tiga provinsi gerejawi yang terdiri dari Makassar-Ambon-Manado. Sekitar 40 peserta, kebanyakan imam, bergabung dalam lokakarya yang dibuka dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal P. Ernesto Amigleo CICM yang juga pada saat yang sama secara resmi membuka acara tersebut. Tema kegiatan "Lembaga Keuangan Mikro dalam Pelayanan Gereja Katolik" – sebuah pendekatan akar rumput untuk membantu mereka yang miskin dan menderita.

13 April
P. Yulius Malli, Ketua Komisi Kepemudaan KAMS, berangkat ke Jakarta untuk menghadiri rapat nasional moderator/ketua Komisi di Lembang, Jawa Barat.

Sementara itu ekonom berangkat ke Polewali untuk meninjau tanah di sana dan kemudian dilanjutkan ke Messawa untuk tujuan yang sama. Dari sana ia pergi ke Laimbo, Mangkutana, untuk melihat perkembangan perkebunan kelapa sawit.

14 April
P. Carolus Patampang dibebaskan dari tugas sebagai asisten pastor dari Katedral karena mendapat tugas lain, yakni belajar di St. Louis University, Baguio, Filipina, tempat ia mendapat beasiswa. Dia akan belajar untuk gelar Master di bidang Manajemen Pendidikan. Universitas tersebut adalah salah satu dari empat perguruan tinggi milik CICM di Filipina. Sebuah pesta perpisahan diadakan malam terakhir oleh dewan paroki.

15 April
Pada ulang tahun ke-15 Komunitas Doa Karismatik Paroki Kristus Raja Andalas, diadakan Kebangunan Rohani Katolik pada malam hari dengan Phakist Kunardi, seorang Katolik awam penginjil dari Jakarta, diundang untuk berbicara tentang "Menjadi Baru Melalui Ekaristi Kudus" (2 Kor. 5:17). Ratusan umat di kota Makassar menghadiri acara tersebut. Kunardi berada di sini sampai hari Minggu untuk memberikan sesi animasi kepada Jeduthun Salvation Ministry (JSM).

16 April
Yayasan Suster-suster JMJ, Yayasan St. Yoseph, yang mengelola semua sekolah JMJ, termasuk di Makassar, merayakan ulang tahun ke-57 yayasan dengan Perayaan Ekaristi siang dipimpin oleh Vikjen P. Ernesto Amigleo CICM, di kantor Yayasan. Hadir Dewan Provinsial JMJ di Makassar, para pegawai, anggota dan kar-yawan Yayasan, konsultan Pajak, Pengacara, kepala sekolah dan guru dan tamu undangan lainnya. Sr Sandra Supit, JMJ, Ketua Yayasan, memberikan ucapan terima kasih kepada semua yang hadir.

19 April
Koordinator Komisi, P. Ernesto Amigleo, cicm, mengadakan rapat rutin komisi untuk mengevaluasi kegiatan 4 bulan lalu dan juga untuk memulai persiapan untuk Sinode uskup pada 2012. Setelah pertemuan, P. Leo Sugiono MSC, ketua Komisi Liturgi, katekese dan Kitab Suci, menyampaikan selamat tinggal kepada semua yang hadir karena mendapat penugasan baru oleh Provinsial di Manado. Bapa Uskup dan Sekretaris hadir untuk acara perpisahan sederhana. P. Leo menyampaikan ucapan perpisahan dengan membagikan pengalamannya melayani di KAMS; juga Bapa Uskup memberikan ucapan terima kasih, doa-doa dan harapan untuk P. Leo. P. Leo telah melayani KAMS selama 8 tahun terakhir. Empat tahun pertama di Saluampak, Luwu, di mana dia memimpin Pusat Pastoral KAMS; empat tahun sebagai Ketua Komisi yang disebutkan di atas.

Malam ini P. Leo Sugiono, MSC, berangkat ke Yogyakarta dan berada di sana selama dua minggu sebelum melanjutkan ke Manado.

21 April
Delegasi dari 3 provinsi gerejawi Makassar-Ambon-Manado berkumpul di Baruga Kare untuk pertemuan 3 hari Komisi Dialog Antar-Agama dan Komisi Kerasulan Awam. KAMS sebagai tuan rumah untuk pertemuan ini. Membuka pertemuan ini adalah Mgr. John Liku-Ada' yang memimpin perayaan Ekaristi dan secara resmi dibuka dengan kata sambutan kepada para peserta.

22 April
Siang hari, 3 organ Yayasan Sentosa Ibu berangkat ke Pare-Pare untuk pertemuan semi-tahunan Yayasan selama 3 hari untuk mengevaluasi kegiatan dan keuangan tahun lalu dan anggaran tahun 2010 serta kegiatan RS Fatima dan Akademi Keperawatan Fatima.

Pada malam hari tim Komisi Keluarga yang dipimpin oleh P. Ignatius Sudaryanto cicm, bersama-sama dengan pasangan dari Jakarta berangkat ke Tana Toraja. Mereka mengadakan retret akhir minggu untuk pasutri di Ge'tengan. Tema retret adalah "Semakin Tua, Semakin Manis."

26 April
Pertemuan para imam se-Kevikepan Makassar diadakan di pagi hari untuk membahas tentang Hukum Kanon mengenai Sakramen Perkawinan. P. Kletus Hekong SVD, P. Alfonsus Mana SVD, dan Sr Angelita Harnijun CIJ, sebagai narasumber.

Pukul 19.30 Panitia Persiapan Sinode KAMS 2012 mengadakan rapat untuk pertama kalinya di aula keuskupan untuk membahas langkah-langkah yang akan diambil dalam persiapan Sinode 2012. Vikaris Jenderal P. Ernesto Amigleo CICM, sebagai ketua Panitia memfasilitasi pertemuan.

27 April
Para ahli hukum Gereja yang bertanggung jawab atas Tribunal Perkawinan provinsi gerejawi Nusa Tenggara, Makassar, Merauke, Jayapura dan Manado berangkat ke Tana Toraja untuk rapat.

28 April
Di Tana Toraja, pertemuan Forum Ahli Hukum Gereja yang terdiri dari Pengadilan Perkawinan dari beberapa keuskupan yang terletak di bagian Timur Indonesia dibuka oleh Vikjen P. Ernesto Amigleo CICM dengan Perayaan Ekaristi di Gereja Rantepao, Tana Toraja. Para ahli hukum Gereja dan fungsionaris Pengadilan berasal dari keuskupan Ende, Kupang, Atambua, Manado, Denpasar, Merauke, Jayapura dan Makassar. Mewakili Makassar: Vikaris Yudisial P. Frans Nipa, P. Lucas Paliling, P. Jos van Rooy, Fr. Faustyn HHK, P. Simon Gausu dan P. Ernesto Amigleo cicm. Tujuh belas peserta hadir.

Sementara itu, Bapa Uskup bersama P. Marcel Lolo Tandung, pergi untuk kunjungan rutin pastoral ke Sulawesi Barat, khususnya di Baras tempat upacara pemberkatan gereja pusat yang baru dibangun di sana.

1 Mei
Hari ini adalah pesta St. Yusuf, pelindung Paroki Gotong-Gotong. Perayaan Ekaristi diadakan kemudian dilanjutkan resepsi sederhana.
Pada saat yang sama, di Sulawesi Barat, gereja baru St. Yoseph Baras diberkati oleh Mgr. John Liku-Ada' dalam Misa. Beberapa imam dari Sulawesi Barat dan termasuk Kabupaten Tana Toraja dan tentu saja masyarakat Katolik dari Baras hadir dalam upacara pemberkatan.

2 Mei
Dalam rangka pemberkatan batu pertama bangunan yang akan dibangun di paroki St. Yoseph Pekerja Gotong-Gotong, diadakan perayakan misa yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal P. Ernesto Amigleo CICM, bersama-sama dengan pastor paroki P. Hendrik Njiolah dan Pastor bantu P. Agus Tikupasang. Setelah Misa, upacara singkat pemberkatan batu pertama dilakukan di lokasi pembangunan. Bangunan ini dimaksudkan untuk ruang parkir di lantai pertama dan auditorium, ruang pertemuan di lantai kedua dan ketiga.

5 Mei
Ketua-ketua komisi KAMS bertemu untuk membahas masalah-masalah penting dan mendesak. Setelah pertemuan, ekonom KAMS berangkat ke Jakarta.

9 Mei
Seorang novis suster YMY, Sr. Renalda (22 tahun) asal dari Flores meninggal hari ini. Jenasah disemayamkan di kapel Stella Maris dan dimakamkan pada hari Selasa, 11 Mei, di pemakaman YMY di Malino. RIP.

13 Mei
Pada hari raya Kenaikan Tuhan kita ke surga, sejumlah umat menerima Sakramen Krisma dari tangan Mgr. John Liku-Ada dalam misa yang dirayakan di Paroki Kristus Raja Andalas.

14 Mei
Kami menerima berita sedih tentang kematian ayah P. Martinus Matani, Ambe 'Matani, di kampung Supirang, Toraja Barat. RIP.

15 Mei
Hari ini pengurus baru Yayasan (St.) Paulus dilantik oleh Mgr. John Liku Ada'. Mgr. Piet Timang, sebagai mantan ketua, hadir untuk peralihan tanggung jawab kepada ketua baru, P. Alex Lethe.

Di Universitas Atma Jaya Makassar, pemberkatan batu fondasi pertama dilakukan oleh Vikaris Jenderal P. Ernesto Amigleo CICM, atas undangan dari Rektor, P. Felix Layadi, Lic.Teologi. UAJM sedang membangun gedung baru untuk Fakultas Ekonomi. Hadir dalam upacara ini adalah Prof. Dr. Salombe, pengurus Yayasan, Rektor dan Wakil Rektor, Dekan, dosen dan karyawan.

Bulan Mei adalah bulan Bunda Maria, sehingga para pengurus dan anggota Domenica in Sabato mengadakan ziarah ke tempat gua-gua Maria di kota Makassar. Pertama yang dikunjungi adalah gua Maria di Katedral, kemudian Gotong-gotong, Andalas, Mandai, Kare, Tello, Assisi, Mamajang dan Mariso.

18-20 Mei
Dewan Imam, dipimpin oleh Bapa Uskup, berkumpul untuk sidang setengah-tahunan di Baruga Kare selama 3 hari. Pertemuan dibuka dengan Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Bapa Uskup di Baruga Kare. Agenda sidang antara lain: Persiapan Sinode KAMS 2012, didahului laporan Ketua Panitia Persiapan P. Ernesto Amigleo CICM.

21 Mei
Tim On-going Formation mengadakan pertemuan di Baruga Kare untuk mendiskusikan sesi On-going Formation bagi para imam tahun ini.

22 Mei
Para pengurus Yayasan Sentosa Ibu dan Dewan Direksi mengadakan pertemuan di aula keuskupan di siang hingga sore untuk membahas hal-hal penting yang tertunda dalam pertemuan terakhir di Pare-Pare. Salah satunya adalah rencana renovasi Rumah Sakit Fatima Pare-Pare dan pembangunan gedung baru Akademi Keperawatan.

Empat puluh enam dosen dan karyawan Universitas Atma Jaya Makassar dipimpin oleh rektor mereka, P. Felix Layadi, mengadakan rekoleksi difasilitasi oleh Pastor Kampus P. Ignas Sudaryanto CICM, di Malino.

23 Mei
Pada hari raya Pentakosta, 96 umat menerima Sakramen Krisma dari Bapa Uskup di Katedral. Di antara 96 orang, 45 berasal dari Seminari Menengah.

30 Mei
Pada hari raya Tritunggal Mahakudus, Bapa Uskup memberikan Sakramen Krisma kepada sekitar 70 umat dalam perayaan Ekaristi di paroki St. Yoseph Pekerja Gotong-Gotong di pagi hari. Pastor paroki P. Hendrik Njiolah dan Pastor bantu P. Agus Tikupasang mendampingi Bapa Uskup.

31 Mei
Karyawan kantor KAMS, dipimpin oleh Vikaris Jenderal P. Ernesto Amigleo cicm, berangkat ke Gowa untuk bergabung dengan ratusan pelayat atas kematian Pak Husain. Pak Husain, seorang muslim dan pensiunan sopir mendiang Mgr. Frans van Roesel selama 30 tahun. Beliau meninggal tadi malam pada usia 65 tahun, meninggalkan istrinya dan 7 anak. Semoga ia beristirahat dalam damai.***