Sabtu, 19 Juni 2010

Penutupan Tahun Imam KAMS di Paroki Assisi: Tahun Penuh Harapan

Tahun Imam yang diperingati tahun ini merupakan sebuah rahmat bukan hanya untuk para Imam/Pastor tetapi juga kepada kita semua selaku umat beriman. Di Tahun Imam ini kita bisa lebih mengenal siapa dan bagaimana kehidupan para imam.

Terinspirasi dari Santo Yohanes Maria Vianney, Sri Paus mengajak seluruh Imam di seluruh dunia melalui Keuskupan masing-masing melakukan serangkaian kegiatan guna lebih mengembangkan persaudaraan sejati dan saling menguatkan dalam panggilan.

Keuskupan Agung Makassar (KAMS) menjabarkan ajakan Sri Paus dalam berbagai kegiatan para Imam antara lain melalui rekoleksi bersama dan kegiatan lainnya di lingkungan Paroki, Kevikepan sampai pada tingkat Keuskupan itu sendiri.

“Jika aku berjumpa dengan seorang imam dan malaikat, sudah sepatutnya aku memberi salam dahulu kepada seorang imam sebelum aku memberi salam kepada malaikat. Malaikat adalah sahabat Tuhan, tetapi imam menduduki tempatNYA”. Perkataan ini merupakan salah satu dari beberapa perkataan St. Yohanes Maria Vianney, hal itu yang menggugah umat dan Pastor Paroki Assisi Makassar menerima tugas dari Keuskupan untuk mengupayakan sedemikian rupa sehingga momen Tahun Imam ini menjadi momen bersama para imam dan momen para imam dengan umat.

Acara yang dikemas cukup sederhana tapi menimbulkan kesan yang mendalam terungkap dalam rangkaian kegiatan Penutupan Tahun Imam pada hari Kamis, 17 Juni 2010. Kegiatan didahului dengan Perayaan Ekaristi Konselebrasi yang dipimpin langsung oleh Mgr. John Liku Ada’ didampingi Mgr. Piet Timang, para Vikep dan Pengurus Tim OF, dan dirayakan bersama dengan sekitar 70 imam dan dihadiri oleh para biarawan-biarawati dan banyak umat; perayaan tersebut terasa sangat hikmat. Setelah Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan acara ramah tamah para imam yang dihadiri oleh umat dari berbagai paroki di kota Makassar.

Acara ramah tamah tersebut mengambil tema “SETIA-MU SETIAKU”. Kegiatan yang dikoordinir langsung oleh P. Victor Patabang ini diisi berbagai hiburan seperti nyanyian solo, paduan suara, pembacaan puisi, drama sampai pada pemutaran film tentang kehidupan para Imam di Keuskupan Agung Makassar. Melalui kegiatan malam tersebut sangat terasa bagaimana umat begitu memperhatikan para imamnya.

Dalam penayangan film kehidupan para imam, terlihat secara jelas bagaimana para imam dengan keterbatasan yang dimiliki entah itu fasilitas gereja ataupun yang lainnya berupaya semaksimal mungkin melayani umat mulai dari daerah kota seperti Makassar sampai pada perkampungan masyarakat yang hanya bisa ditempuh dengan berkuda ataupun hanya berjalan kaki.

Panggilan. Panggilan. Panggilan, apakah saya dan Pembaca yang budiman memiliki panggilan? Begitu banyak yang mengajukan diri atau mungkin diajukan oleh orang tua atau keluarga untuk menjadi Imam melalui pendidikan di Seminari tetapi hanya sedikit yang terpanggil.

Sebagai informasi yang perlu diketahui, Imam KAMS berjumlah 91 orang termasuk di dalamnya mereka yang mendapatkan tugas khusus. Jumlah keseluruhan Paroki 43, Stasi 624;
Kevikepan Makassar (paroki 13, stasi 24) dilayani oleh 43 orang Pastor;
Kevikepan Tana Toraja (paroki 11, stasi 326) dilayani oleh 23 orang Pastor;
Kevikepan Luwu (paroki 7, stasi 102) dilayani oleh 9 orang Pastor;
Kevikepan Sultra (paroki 7, stasi 56) dilayani oleh 9 orang Pastor;
Kevikepan Sulbar (paroki 5, stasi 116) dilayani oleh 7 orang Pastor.

Selain itu, terdapat 8 imam yang bekerja di luar KAMS dan 2 imam sedang menjalankan tugas belajar di luar negeri. Dari data ini sangat jelas terlihat bagaimana jumlah Imam/Pastor yang tidak sebanding dengan luas wilayah medan tugas pelayanan.

Mari kembali kita menyadari bahwa para imam juga manusia yang mungkin tidak dapat menjangkau seluruh lapisan umat, tetapi yakinlah bahwa Pastor akan selalu berusaha dan terus berusaha. *** Penulis: Risdianto Tunandi

Tidak ada komentar: