Sabtu, 19 Juni 2010

SUARA MEMANGGIL

Terdengar suara: apakah engkau mengasihi-Ku?
Tuhan, Kau tahu, betapa besar kasihku kepada-Mu.
Suara itu kembali terdengar: gembalakanlah domba-domba-Ku!
Gembalakanlah domba-domba-Ku,
Gembalakanlah domba-domba-Ku,
berulang menggema semakin nyaring kemudian menyepi
ke dalam ruang hampa di padang tak berumput.
Jawaban gembala kehilangan daya kasih,
hanya sayup terngiang-ngiang,
lalu lenyap disergap badai gurun.

O, padang-padang rumput,
di mana tunasmu, di mana segarmu, di mana wangi aromamu,
di mana suburmu, di mana kembangmu yang berbenih?
Kalian padang bertandus, padang kering, padang tak berumput.
Duhai, padang-padang subur dambaan gembala dan domba
tumbuhkan kembali rumputan, biar liar dan lebat
di bawah curahan sinar mentari siang dan siraman cahaya rembulan
menanti purnama di kala malam.

Di tengah terik mentari menyengat,
di bawah gemerlap bintang dan elusan rembulan yang gemulai,
kami nantikan embun penyejuk dataran dan pebukitan
kami nantikan hujan pemuas dahaga gurun.
Di tengah waktu yang berlalu tanpa henti,
kami mencari-cari gembala yang mencari dombanya.
Kami terus mencari dan mencari
dan menemukan ribuan kawanan domba,
menemukan sejumlah kecil gembala yang bimbang dan ragu diterpa
denyut jantung bumi yang mendebarkan nada-nada buas dan tamak serigala.
Kami mencari dan terus mencari
dan menemukan patahan tongkat-tongkat gembala
yang tinggalkan kawanan dombanya
yang berserakan tulang-tulangnya di atas
padang sebagai kuburan tak bertuan.
Bumi, bumiku, bumimu, bumi kita
semakin tak bersahabat, semakin kehilangan kasih dari rahimnya
yang mengandung Adam dan Hawa yang menurunkan Kain dan Habel.
O, Firdaus yang hilang dari bumi yang lebat dihutani pohonan terlarang,
O, ular-ular dengan lidah-lidah berbisa,
terjulur jauh ke seluruh pelosok bumi dan relung liuk hati,
bergetar lapar mencari kawanan domba yang kehilangan gembala.
Domba-domba dijadikan mangsa dan santapan oleh nafsu ketamakan ular,
padang-padang gembala dan padang-padang liar diubah menjadi lahan subur
bagi pemuas nafsu kuasa dan materi yang tak mungkin terpuaskan.

Malam ini, malam penuh hikmah, penuh rahmat,
ada gembala dan domba yang berkawan di atas rumput subur dan hijau,
terdengar suara-suara merdu kherubim dan seraphim di langit tinggi,
nyanyian lagu gloria dan sanctus yang menggema ke dalam hati.
Kini, dalam diam dan sunyi malam,
kami menengadah ke sebuah puncak, puncak Golgotha,
tampak Gembala Agung, menyapa kami dengan bahasa kasih yang sangat menggoda.
Kami hanya bisa berdoa,
jadilah gembala kami, peliharalah kawanan domba-Mu,
suburkanlah rerumputan hijau di bumi kami dengan aliran sungai Yordan
agar subur sesubur tanah Kanaan, tanah Bunda Maria yang kudus dan mulia
yang rahimnya terkoyak-koyak
oleh kami yang sedang lapar dan haus kebenaran dan kasih sejati.
Gembala Agung, kami aminkan doa kami in Christo Iesu.


Makassar, 17 Juni 2010

ishak ngeljaratan
dibacakan pada perayaan tahun imam

Tidak ada komentar: