Minggu, 19 September 2010

Perjalanan ke Tana Toraja bersama Dubes Vatikan

Sebuah perjalanan yang tidak terlupakan ketika harus mendampingi seorang Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. Mau dikatakan bangga; iya juga, senang apalagi! Edisi Koinonia kali ini, penulis ingin berbagi pengalaman yang bisa dikatakan cukup langka, unik dan sulit untuk diulang.

Pagi yang cukup cerah pada tanggal 6 September 2010, kami berkumpul di Kantor Keuskupan Agung Makassar Jl. Thamrin, Makassar untuk mempersiapkan penjemputan dan perjalanan ke Toraja bersama Duta Besar Vatikan untuk Indonesia (Nuncio) yakni Mgr. Leopoldo Girelli.

Waktu menunjukkan pukul 09.30, Pastor Frans Nipa (sekretaris KAMS) mengarahkan para rombongan yang akan berangkat menjemput Duta Besar di Bandara Hasanuddin. Rombongan yang menumpangi 5 (lima) mobil terdiri dari mobil patroli/Polisi, mobil untuk Duta Besar yang ditemani oleh Bapa Uskup Agung Makassar (Mgr. John Liku-Ada’), mobil berikut untuk Direktur Pendidikan Agama Katolik Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Drs. Natanel Sesa, M.Si. yang juga hadir mendampingi Duta Besar Vatikan, mobil berikutnya ditumpangi oleh Pastor Frans Nipa, Pastor Albert Arina (ekonom KAMS) dan mobil yang terakhir ditumpangi oleh Pastor Marsel Lolo Tandung. Seluruh rombongan berjumlah 20 orang.

Kurang lebih 25 menit dari Keuskupan kami tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, dengan bantuan dari personil Polda Sulsel kami diperbolehkan masuk menjemput langsung Duta Besar Vatikan Mgr. Leopoldo di ruang kedatangan penumpang. Tidak begitu lama menunggu akhirnya pesawat yang ditumpangi oleh Duta Besar dan Direktur Pendidikan Agama Katolik Kementerian Agama RI tiba dengan selamat. Bersama dengan pengawalan dari POLDA Sulsel kami menuju ke Jalan Serui, mampir di RM. MAMA untuk santap siang bersama sebelum melanjutkan ke Toraja. Suasana yang begitu penuh kekeluargaan, kami di sambut oleh Pak Sonny dan Ibu Mimi di RM. Mama. Bapa Uskup sempat berbisik, “Saya berharap kita masih sempat melihat Bambapuang sebelum gelap”, dari 9 kata tersebut saya merasakan bagaimana Bapa Uskup sangat ingin memperlihatkan keindahan alam yang ada di Sulawesi Selatan atau dengan kata lain sangat ingin melayani tamu secara maksimal.

Sekitar pukul 12.30 siang kami melanjutkan perjalanan menuju ke Tana Toraja. Perjalanan yang cukup melelahkan dengan jalan beton yang terpotong-potong karena belum selesai pengerjaannya membuat kami cukup was-was. Di mobil, kami sempat bercanda, “jalanan rusak seperti ini pasti susah ditemukan di Roma dan ini pengalaman baru buat beliau/Nuncio”.

Akhirnya kami tiba di RM. Dinasty, kota Pare-Pare; perjalanan yang ditempuh sekitar 3 jam dari Kota Makassar. Di RM. Dinasty, kami disambut oleh Pastor Paroki Pare-Pare, Pastor Willem Tulak bersama dengan beberapa orang ibu dari WKRI. Pastor Willem sengaja mengarahkan rombongan ke RM. Dinasty supaya rombongan bisa lebih fresh dibandingkan harus beristirahat di paroki. Sambil minum kopi dan mencicipi kue yang tersedia tiba-tiba Nuncio, Mgr. Leopoldo, bertanya ke Pastor Willem, “Pastor, Gereja kamu berada di mana? Saya mau mampir”. Wah… antara senang dan gelisah menjadi satu, Pastor Willem menjawab: “Dekat kok, Mgr. Silakan mampir”. Pastor Willem langsung menghubungi koster untuk membuka Gereja dan segera Pastor kembali ke Paroki untuk menunggu kehadiran Duta Besar Vatikan. Berbagai pertanyaan yang muncul di benak saya: “kira-kira apa yang mau dilakukan Nuncio di gereja Paroki Pare-pare? sekedar melihat-lihat atau berkeliling di gereja?” Ternyata dugaan kami salah, Mgr. Leopoldo sesampai di Paroki langsung masuk ke gereja dan berlutut untuk berdoa di kursi umat. Sesudah berdoa, Mgr. Leopoldo maju ke depan sambil memanggil orang-orang yang ada di dalam gereja. Beliau mengajak untuk berdoa bersama buat Gereja dan umat yang ada di Paroki Pare-pare.

Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ke Toraja, sepanjang jalan dari kota Pare-pare kami disambut dengan hujan yang cukup lebat; saya sempat berpikir bagaimana menjawab harapan dari Bapa Uskup untuk memperlihatkan gunung Bambapuang dengan kondisi seperti ini. Pasti secara manusiawi hal itu sangat mustahil bahkan sekitar 5 menit lagi kami tiba, hujan tidak juga reda tetapi itulah kuasa dari Tuhan.

“Mintalah maka kamu akan diberikan”. Setiba di tempat yang dimaksud untuk melihat perbukitan Bambapuang, hujan reda dan awan seperti ditiup angin sehingga begitu indahnya gunung Bambapuang terlihat dari tempat kami mampir. Puji Tuhan karena akhirnya harapan dari Bapa Uskup terjawab juga. Ketika akan memasuki Wilayah perbatasan Tana Toraja dari Kab. Enrekang ditambahkan pengawalan dari Polisi setempat dengan 2 motor PJR dan 1 mobil pengawalan.
Tepat pukul 20.00 kami tiba di Hotel di Rantepao, kami disambut oleh Pejabat Bupati Toraja Utara, Drs. H. Tautoto Tana Ranggina Sarungallo, M.Si, Komandan Kodim 1414 Tana Toraja, Letkol. ARH. Darius Allo Tangko yang juga adalah Ketua Panitia Kedatangan Dubes di Tana Toraja, Ketua DPRD Toraja Utara, Khrisma Pirade dan beberapa anggota DPRD Toraja Utara dan Muspida Toraja Utara serta tokoh-tokoh umat di Tana Toraja.

Pagi yang cerah dengan udara pegunungan nan sejuk bertiup semilir seraya menyosong pagi yang cerah. Alam Toraja menyapa hadirnya seorang Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. Pagi itu, di hari pertama, jam menunjukkan pukul 07.30 Wita. Duta Besar Mgr. Leopoldo Girelli disambut meriah secara adat Toraja. Nuncio didampingi oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’, Pr., dan Direktur Pendidikan Agama Katolik Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Drs. Natanel Sesa, M.Si., bersama rombongan umat dari Makassar. Acara penyambutan secara adat berlangsung di Jl. A. Mappanyuki, tepat di depan Hotel Indra Toraja. Pejabat Bupati Toraja Utara, Drs. H. Tautoto Tana Ranggina Sarungallo, M.Si memasangkan pasapu’ (tudung kepala khas Toraja) lalu mengikatkan sebilah PARANG Toraja yang dikenal dengan nama la’bo’ di pinggang Mgr. Leopoldo.

Seusai penyambutan secara adat, Nuncio dan rombongan berarak menuju gereja Paroki St. Theresia Rantepao, Toraja Utara. Prosesi tersebut didahului oleh tarian Sanda Oni (artinya: aneka bunyi), suatu tarian penyambutan tamu. Sepanjang jalan menuju gereja Theresia, para Pastor dan Biarawan-Biarawati, anak-anak sekolah dan seluruh umat berdiri di tepi jalan. Mereka menyambut dengan sukacita kedatangan Duta Besar Vatikan. Hari Selasa, 07 September 2010, merupakan hari bersejarah bagi umat Katolik di Kevikepan Toraja. Hari itu menjadi momen istimewa dalam peziarahan iman Gereja Katolik di Toraja dengan hadirnya Mgr. Leopoldo Girelli, wakil Sri Paus Benediktus XVI, di bumi Toraja yang membawa berkat apostolik untuk seluruh umat.

Tepat pukul 08.30, Nuncio memimpin misa Missio Canonica bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Kateketik & Pastoral Rantepao (STIKPAR) Tana Toraja di gereja St. Theresia Rantepao. Ada 42 mahasiswa yang menerima perutusan, 32 perempuan dan 10 laki-laki. Dalam misa pengutusan, para utusan menerima Salib dan Kitab Suci. Salib menjadi tanda penderitaan dan pengorbanan serta kemenangan Kristus atas maut. Dengan menerima salib, para utusan diharapkan mampu menghayati pengorbanan Kristus dan menyatakan kemenangan salib kepada dunia. Sementara itu, Kitab Suci menjadi pedoman hidup beriman dan inti pewartaan mereka. Dengan membaca dan menghayati sabda Allah, mereka dikuatkan untuk mewartakan dan melaksanakan sabda Allah dalam karya dan perutusan mereka di bidang katekese dan pastoral. Maka, salib dan sabda Allah menjadi fondasi spiritual perutusan mereka sebagaimana ditegaskan dalam doa pengutusan: “Seperti Kristus yang datang bukan untuk dilayani melainkan melayani, demikian juga mereka mau menghayati semangat pelayanan Kristus.”

STIKPAR Tana Toraja yang mulai melaksanakan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi (PT) tahun 2002, mempunyai motto: Kitab Suci di tangan kanan dan Linggis di tangan kiri. Motto tersebut disinggung oleh Nuncio dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk: Fides et Ratio (Iman dan Akal Budi, atau Iman dan Ilmu Pengetahuan). Fides atau iman itu terungkap dalam Kitab Suci. Sementara Ratio atau akal budi atau ilmu pengetahuan dipadankan dengan linggis. Secara singkat dan padat, Nuncio menjelaskan eratnya kaitan antara iman dan ilmu melalui motto STIKPAR yakni relasi antara Injil (Kitab Suci) dan Linggis (alat kerja: perbuatan). Seusai perayaan misa Missio Canonica, kami mengunjungi situs budaya di lokasi objek wisata Ke’te’ Kesu’ yang terletak di wilayah Kab. Toraja Utara. Di objek wisata itu, Nuncio dapat melihat dan menikmati kekayaan budaya Toraja. Di Ke’te’ Kesu’ terbentang suatu kompleks rumah adat Toraja (Tongkonan) dan lumbung (alang). Selain itu, juga ada pekuburan batu (liang) serta kuburan gantung.

Pada sore hari Nuncio mewisuda 42 mahasiswa STIKPAR Tana Toraja, Program S1, di aula Pongtiku KODIM 1414 Tana Toraja. Dalam Orasi Ilmiah, Mgr. Leopoldo menguraikan secara mendalam ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1998 itu. Iman dan Akal Budi saling mengandaikan dan saling memperkaya. Iman tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Iman mendasari perkembangan ilmu pengetahuan. Tiada suatu pun yang diselidiki dan diketahui oleh manusia berasal dari dirinya sendiri, sebagaimana ditegaskan mulai dari bagian awal Kitab Kejadian, bahwa Allah menciptakan langit dan bumi (Kej 1:1). Dalam terang iman, kita melihat bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah. Oleh Karena itu, iman dan ilmu pengetahuan (ratio) mempunyai kaitan yang erat dan resiprokal (timbal balik, red.). Mengutip tulisan santo Yakobus, Nuncio menegaskan bahwa jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak 1:14). Demikian halnya, perbuatan merupakan perwujudan iman. Seluruh rangkaian acara hari ini diakhiri dengan pertemuan tatap muka dubes Vatikan dengan para pastor, biarawan-biarawati dan unsur depas se-Kevikepan Toraja.

Esoknya, pada hari kedua, rombongan Nuncio bertolak dari tempat penginapan menuju Sangalla dalam rangka pemberkatan gereja Paroki Kristus Imam Agung Abadi (KIAA) dan sekaligus dirangkaikan dengan penerimaan sakramen Krisma untuk 200-an orang. Gereja paroki yang diberkati ini terletak di atas bukit yang diberi nama: Buntu Salombe’. Penamaan bukit ini mempunyai makna profetis. “Nama lokasi berdirinya gereja ini mempunyai arti istimewa. Dalam bahasa Toraja, buntu artinya: bukit, sementara salombe’ artinya: berbaju panjang (jubah). Maka, Buntu Salombe berarti bukit yang berjubah. Penamaan tempat ini sebagai suatu doa,” demikian Vikep Toraja, Fransiskus Arring Ada’, Pr menguraikan nama lokasi berdirinya gereja paroki KIAA ketika ia memberikan sambutannya. Selaras dengan nama lokasinya, paroki ini telah melahirkan sejumlah kaum berjubah (klerus/religius, red.) dan tercatat hingga hari ini: 1 Uskup, 27 Pastor, 19 Suster dan 5 Bruder/Frater. Doa “bukit berjubah” terealisasi dengan lahirnya sekian banyak kaum berjubah dari gereja paroki yang terletak di atas Buntu Salombe.

Selain menjadi suatu perayaan iman dan peristiwa sejarah paroki KIAA, pemberkatan gereja itu menjadi suatu pesta budaya. Seusai misa pemberkatan gereja, perayaan bersama dilanjutkan dengan acara adat yang dimeriahkan dengan perarakan lettoan (babi yang ditandu dan dihias dengan aneka bunga dan janur), tarian pa’bugi’, tarian pa’gellu’ dan tarian pa’papangngan. Selain Dubes Vatikan untuk Indonesia, acara adat dan budaya itu juga dihadiri sejumlah Muspida dan para pejabat pemerintah Kab. Tana Toraja.

Sesudah mengikuti kegiatan di Gereja Paroki KIAA Sangalla’ kami bersama rombongan menyempatkan mampir di kuburan bayi dalam pohon dilanjutkan ke pesta budaya orang mati di Keluarga Pastor Petrus Bine.

Pada malam harinya sesudah makan malam sekitar pukul 21.30 kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Makassar, dan tiba di Makassar pukul 06.00.

Tanggal 9 September bertepatan dengan ulang Tahun Seminari Santo Petrus Claver, Mgr. Leopoldo menyempatkan mampir untuk menyapa dan memberikan berkat apostolik dari Bapa Paus Benediktus XVI kepada para seminaris. Pukul 10.00 kami mengantar Duta Besar ke Bandara Sultan Hasanuddin untuk kembali ke Jakarta.

Semoga dari pengalaman ini, kita semua semakin dikuatkan akan cinta dan pelayanan kepada Tuhan dan sesama. *** Penulis: Risdianto Tunandi

1 komentar:

Selfi mengatakan...

Blog n Infox bgus. .tmbah info2 yg terbaru y. .