Selasa, 21 Desember 2010

Pelantikan Dua Gembala di Bumi Manakarra

MAMUJU, SULAWESI BARAT. Bumi Manakarra adalah sebutan untuk kota Kabupaten Mamuju yang sekaligus menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Barat. Sebagai sentrum provinsi termuda yang didiami oleh aneka suku-etnis, agama, budaya, dsb, tidak salah bila Sulawesi Barat pun dikenal dengan Indonesia Mini. Penghuni bumi Manakarra lebih didominasi kaum diaspora.

Kediasporaan juga sangat tampak dalam gereja Katolik. Umat Katolik yang tersebar di 5 kabupaten tidak ketinggalan dalam membangun Sulawesi Barat dalam peranannya masing-masing. Umat Katolik yang diaspora ini sangat membutuhkan pendampingan dalam segala hal terlebih dalam hidup rohani. Kerinduan umat dalam hal rohani ini terjawab berkat kehadiran para imam di tengah-tengah umat. Sekalipun demikian, pelayanan rohani umat belum maksimal karena jumlah imam masih sangat kurang untuk daerah yang luas ini. Syukurlah bahwa pada tahun ini ada penambahan imam yang akan melayani umat di wilayah Pitu Ulunna Salu, Karua Ba’bana Binanga,mesa tiparitti’na wai (artinya: ada tujuh aliran sungai, delapan pintu Binanga dimana semua air mengalir ke satu hulu sungai yang sama) sebutan untuk Provinsi Sulawesi Barat.

Kamis, 28 Oktober 2010 pukul 19.00 merupakan hari yang bersejarah bagi umat Paroki Santa Maria Mamuju. Ada apa gerangan? Pada pesta Santo Simon dan Yudas Rasul ini, 2 pastor yang akan menggembalakan umat di di Bumi Manakarra, dilantik oleh Vikaris Episkopalis (Vikep) Sulawesi Barat, P. Martinus Pasomba, Pr. P. Semuel Sirampun, Pr dilantik sebagai Pastor Paroki dan P. John Gratias Pakulayuk, Pr sebagai Pastor Bantu di paroki Santa Maria Mamuju.

Bapak Vikep dalam kotbahnya antara lain menekankan soal kebersamaan. “Kebersamaan itu sangat penting dalam kehidupan para imam dan tentu saja dalam kehidupan setiap insan”, jelas Vikep. Vikep juga menjelaskan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang imam. Dikatakan bahwa ada 3 tugas utama imam yakni, sebagai raja, imam, dan nabi, yang biasa dikenal dengan Tri Munera Christi. Imam sebagai raja berarti pemimpin dan gembala umat. Imam sebagai imam berarti pelayan dalam liturgi dan pengudusan. Imam sebagai nabi berarti pengajar dan pewarta kabar sukacita.

Lebih lanjut dalam kotbah, Vikep menjelaskan simbol yang akan diserahkan dalam acara pelantikan. Stola sebagai lambang imamat yang menjadi penerus karya penyelamatan Yesus Kristus. Maka pastor bertugas sebagai pengantara antara Allah dengan umatNya, antara umat dengan Allahnya. Maka, hiduplah seperti gembala yang baik, yang rela menyerahkan hidup bagi umatnya, seperti Kristus Yesus, Tuhan kita.

Kitab Suci yang berisi wahyu ilahi menjadi kewajiban mutlak bagi imam untuk mewartakan Kabar Gembira, Yesus Kristus kepada umat, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan Yesus kepada kita.
Kunci Gereja, merupakan tanda pengabdian dan tanggung jawab imam atas semua orang yang hendak mengikuti jejak Yesus Kristus.
Lilin bernyala, sebagai simbol pengorbanan dan pengabdian. Lewat lilin bernyala ini diharapkan mampu mengorbankan hati seluruh umat paroki dengan semangt Tuhan. Lilin bernyala ini untuk menerangai umat dalam susah payah dan keragunnya. Dengan lilin ini pula mampu menghidarkan umat dari kelalaian dan acuh tak acuh, dan mampu mendorong mereka untuk mengabdikan diri kepada sesama.

Pada akhir kotbah, Bapak Vikep kembali mengajak umat untuk saling mendukung satu sama lain agar kehidupan umat diaspora di bumi Manakarra khususnya dan Sulawesi Barat pada umumnya dapat berjalan dengan baik.

Ketua Depas Paroki Santa Maria Mamuju, Bpk. Andarias Lino Padang dalam sambutannya mengungkapkan welcome-umat kepada Romo Vikep dan kedua imam yang baru dilantik. “Hari ini kami umat sangat senang dan berterima kasih atas kehadiran 3 imam di tengah-tengah kami. Semoga para imam dapat menikmati suasana Paroki Santa Maria Mamuju yang wilayahnya sangat luas. Semoga para pastor membimbing kami ke tempat yang lebih tenang melalui tugas dan pelayanan para pastor. Kami umat mendukung tugas dan karya pastor”. *** Penulis: Anton Ranteallo, Penyuluh Agama Katolik Kanwil Kemenag Prov. Sulbar

Tidak ada komentar: