Sabtu, 17 Desember 2011

KEVIKEPAN LUWU RAYA: PENGEMBANGAN IMAN DAN PENDIDIKAN NILAI


Pusat Pastoral Saluampak Kevikepan Luwu Raya Keuskupan Agung Makassar bekerja sama dengan Persekutuan Guru Katolik (PGK) Kab. Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan pelatihan, pendampingan dan rekoleksi “Pengembangan Iman dan Pendidikan Nilai” bagi guru-guru Katolik lintas se-Kevikepan Luwu Raya. Pelatihan ini diselenggarakan di Aula Pusat Pastoral Saluampak selama 3 hari ( 2-4 September 2011 ) yang diikuti oleh 62 Guru Katolik. Pendampingan kegiatan ini di bawakan oleh P. Ferry Sutrisna Wijaya Pr dari Komisi Pendidikan Keuskupan Bandung. 

Pada acara pembukaan Vikaris Episkopal Kevikepan Luwu Raya P. Chris Sumarandak MSC mengatakan sebagai guru yang beriman Katolik hendaknya menghayati pekerjaannya sebagai “guru panggilan hidup dan profesi”. Guru Katolik benar-benar membawa perubahan kepada peserta didik dan sebagai pribadi, sang guru juga semakin menemukan kesempurnaan sebagai pribadi yang utuh untuk mencerdaskan anak bangsa. Guru dan sekolah tidak dapat dilepaskan dari dunia pendidikan, begitu juga Gereja dan pendidikan khususnya pendidikan Katolik tidak dapat dilepaskan dari panggilan dan tugas kerasulan Gereja. “Guru Katolik harus membangun spritualitas hati dalam pelayanan dan pengabdian untuk memberikan pelayanan terbaik“ tambahnya. 

Peserta adalah Guru-Guru Katolik yang berkarya di sekolah negeri, sehingga perlu diketahui bahwa hanya beberapa Guru katolik yang berkarya di sekolah Katolik. Di Kevikepan Luwu Raya yang terdapat 3 Kabupaten dan 1 Kotamadya tersebar 8 paroki hanya 1 SMA, 1 SMP, dan 4 TK yang dikelola  oleh Yayasan Katolik, sementara jumlah Guru Katolik Kevikepan Luwu Raya baik PNS/Yayasan/Honorer sektar 200-an. Hanya Guru Katolik yang berada di Kabupaten Luwu Utara yang membentuk Persekutuan Guru Katolik (PGK) di sekolah negeri. Para Guru Katolik dalam meningkatkan iman dan profesinya sebagai guru hanya mengandalkan diklat yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan pusat. Oleh karena itu pihak Gereja di Kevikepan Luwu Raya baik di paroki maupun tingkat kevikepan untuk melakukan pendampingan guru baik peningkatan pendidikan maupun keterlibatan guru dalam hidup menggereja. 

P. Ferry Sutrisna Wijaya Pr dengan materi “pendampingan dan rekoleksi Guru Katolik menjadi saksi iman dalam dunia pendidikan” mengatakan profesi menjadi guru dalam konteks menggereja merupakan panggilan menjadi rasul, menguduskan dunia dalam kesaksian hidup. Oleh karena itu seorang guru seharusnya mempunyai pendidikan dan perangkat nilai yang selalu dijunjung tinggi sebagai guru dan warga gereja. Seorang yang terpanggil  menjadi guru menjadi bahagia dan senang jika mendapati anak didiknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, pribadi yang utuh dan semakin dewasa. 

Para guru dalam berkegiatan diajak sharing dalam profesinya setiap hari dan pengalaman, suka duka menjadi guru, tantangan guru ke depan, bagaimana menjadi pengajar dan pendidik, harapan guru, profesionalisme guru sampai kepada perubahan dan perkembangan di mana guru harus mengikuti era globalisasi. “Guru itu harus dihormati karena profesi yang dilakoni sangat terhormat, pekerjaannya sangat mulia dan guru sangat penting karena guru membuat karakter anak didiknya bisa berubah untuk menentukan masa depannya”, ungkap P. Ferry yang juga dosen di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. 

Petrus CT, S.Pd., guru bahasa Inggris dari SMK Negeri 1 Palopo mengatakan kegiatan seperti ini sangat dirindukan para guru khususnya guru Katolik untuk mensharingkan dan merenungkan akan panggilannya yang disibukkan dengan tugas dan tanggung jawab setiap hari. “Kita butuh refleksi diri dalam memberikan kesaksian iman dalam dunia pendidikan menyangkut hakikat panggilan kita sebagai guru di sekolah dan juga secara umum dalam konteks seluruh umat Allah”, ungkapnya.

Mengakhiri kegiatan ini Direktur Pusat Pastoral Kevikepan Luwu Raya, P. Yosef Doni Srisadono MSC mengatakan sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pengembangan umat Katolik di wilayah Kevikepan Luwu Raya dari semua organisasi kategorial termasuk guru-guru, terus menerus membuat program kerja sesuai dengan kebutuhan umat secara keseluruhan. “Khusus guru Katolik kita hanya diskusi dan komunikasikan kepada guru bahwa pendidikan dan pelatihan apa yang akan dilaksanakan yang sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berubah”. *** Penulis: John Siagian

Tidak ada komentar: