Senin, 24 Desember 2012

Lokakarya Rencana Strategis (Renstra) Kerasulan Sosial KAMS

1. Pendahuluan
Pelayanan untuk orang miskin bukanlah sebuah pilihan melainkan suatu keharusan. Pelayanan tersebut melekat pada hakekat Gereja sendiri sebagai tubuh mistik Kristus di dunia ini.
“Gereja adalah kumpulan para pengikut Yesus, yang “datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” banyak orang (Mat 20:28; Mrk 10:45), teristimewa orang-orang miskin (bdk Luk 4:16-21). Maka sebagai pengikut Yesus, Gereja - tidak dapat tidak -harus mengikuti teladan pelayanan Yesus (bdk Yoh 13:12-17).  Sebab kebesaran Gereja tidak terletak pada kedudukannya di masyarakat, melainkan pada pelayanannya bagi masyarakat (bdk Mat 20: 26-27; 23:11; Mrk 9:35; 10:43-44; Luk 22:26). Jadi semakin banyak melayani, semakin besar arti Gereja bagi masyarakat. Sebaliknya, semakin sedikit melayani, semakin kecil pula arti Gereja bagi masyarakat.” Demikianlah Pastor Hendrik Njiolah, Pr., memberikan dasar teologis pelayanan sosial Gereja pada kegiatan Lokakarya Rencana Strategis Komisi PSE dan Caritas KAMS tanggal 9-12 Oktober 2012 di Baruga Kare.
Lokakarya ini bertujuan untuk merumuskan bersama visi, misi dan strategi kerasulan sosial Keuskupan Agung Makassar serta menyusun program kerja tahun 2013-2017. Beberapa narasumber dihadirkan dalam lokakarya ini yakni: Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’ Pr.; Ketua Komisi PSE-KWI, Mgr. H. Datus Lega Pr, Direktur Karina-KWI, Rm. A. Suyadi SJ; P. Hendrik Njiolah Pr dan Rm. Beny Juliawan SJ. Mereka memberikan masukan-masukan yang sangat berarti dari berbagai aspek untuk mendalami spiritualitas kerasulan sosial dan membuka wawasan untuk penerapan pastoralnya secara kontekstual.
Peserta Lokakarya ini terdiri atas utusan dari unit-unit pelayanan sosial dan utusan kevikepan dalam lingkungan KAMS termasuk tiga Vikep yang hadir dari lima kevikepan yang ada. Penyelenggara Lokakarya adalah PSE-Caritas KAMS bekerjasana dengan PSE-KWI, CU Sauan Sibarrung di Toraja  dan CU Mekar Kasih di Makassar.

2. Latar Belakang
Tiga tahun lalu Komisi PSE-Caritas mengadakan Renstra untuk merumuskan visi, misi, strategi dan program-program berbasis kevikepan. Unit-unit  karya yang menjadi fokus pada waktu itu adalah: APP, HPS, LKM, Peningkatan Kapasitas, Pengembangan Kelompok, Pemberdayaan Perempuan (SGPP), Penanggulangan Risiko Bencana dan Tanggap Darurat Bencana. Perjalanan program itu dimonitor dan dievaluasi secara periodik, baik pada tingkat paroki, kevikepan maupun keuskupan. Pengalaman lapangan selama itu menunjukkan bahwa unit-unit karya kerasulan sosial berpijak pada satu semangat dasar yang sama yakni Ajaran Sosial Gereja dan bermuara pada satu sasaran yang sama yakni masyarakat lemah, miskin dan terpinggirkan dalam wilayah KAMS.
Sementara itu, terjadi peningkatan minat berbagai pihak baik pribadi, kelompok maupun lembaga-lembaga dalam lingkungan KAMS untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Mencermati perkembangan tersebut, Komisi PSE-Caritas KAMS, sebagai penyandang mandat Kerasulan Sosial KAMS, bertanggungjawab untuk mengakomodasikan, memberikan dasar iman pelayanan dan mengelolanya dalam sebuah karya kerasulan sosial yang terintegrasi. Untuk mewujudkan tanggung jawab pelayanan tersebut, Komisi PSE dan Caritas KAMS mengadakan Lokakarya Rencana Strategis Kerasulan Sosial KAMS untuk lima tahun mendatang. Lokakarya ini menjadi lebih relevan karena bagaikan gayung bersambut dengan Sinode KAMS bulan Mei yang lalu. Dalam sinode tersebut, Gereja Lokal KAMS merumuskan visi, misi, dan strateginya sebagai Gereja yang Melayani. Visi misi tersebut dijabarkan dalam 8 bidang karya pastoral, termasuk di dalamnya bidang kerasulan sosial ekonomi.

3. Proses
a. Pembukaan
Lokakarya dibuka dengan Perayaan Ekaristi oleh Uskup Agung KAMS. Dalam kotbahnya, Bapak Uskup menyitir Bacaan Injil hari itu tentang ‘kisah Maria dan Marta menjamu Yesus di rumah mereka’. 
Beliau mengajak para pelaku karya kerasulan sosial untuk mendalami peran penting kedua tokoh wanita itu. Pelayanan keduanya penting dan saling melengkapi. Pelayanan jasmani/sosial ala Marta penting tetapi harus selalu dilandasi oleh firman ala Maria. 
Usai Ekaristi, Lokakarya dimulai dengan resmi lewat sambutan singkat dari ketua panitia dan penjelasan tentang alur seluruh proses Renstra.
b. Paparan Makalah
Setelah dibuka dengan resmi, lokakarya kemudian dilanjutkan dengan pemaparan makalah dari para narasumber:
• Mgr. John Liku-Ada’ Pr, Uskup Agung Makassar
• Mgr. Hilarius Datus Lega Pr, Uskup Sorong-Manokwari / Ketua Komisi PSE-KWI.
• Rm. Beny Juliawan SJ, Dosen Universitas Sanata Dharma
• Rm. Adrianus Suyadi SJ, Direktur Karina
• Rm. Hendrik Njiolah Pr, Pakar Kitab Suci / Pastor Paroki St. Yoseph Gotong-Gotong, Makassar.
Uskup John Liku-Ada’ PR. mengangkat kembali tema pokok Sinode gereja lokal KAMS “Gereja yang melayani” sebagai bingkai sosok aktual gereja lokal KAMS saat ini. Tema ini sekaligus menjadi bingkai seluruh karya dan upaya gereja lokal KAMS untuk menghadirkan kerajaan Allah di tengah masyarakat wilayah Sulselbara (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara). 
Uskup Hilarius Datus Lega Pr. dengan berbagai jurus jenaka diselingi mob-mob Papua, mengajak peserta sebagai penggerak kerasulan sosial untuk lebih percaya diri dengan segala kemampuan lokal yang ada dan tidak menggantungkan diri pada bantuan luar, dalam karya kerasulan sosial gereja. Beliau juga mengurai lebih dalam tentang  strategi dan pola pelayanan PSE-KWI yang tersimpul dalam istilah 3M: Melibatkan, Mengembangkan dan Mencerdaskan.  Melibatkan berarti menjumpai, hadir bagi orang lain dan mengajak untuk bergiat bersama dalam membangun kehidupan baru.  Mengembangkan berarti meningkatkan kualitas hidup secara utuh dengan bertumpu pada nilai-nilai dan kearifan hidup masyarakat setempat.  Mencerdaskan berarti memberdayakan diri, secara pribadi dan bersama-sama sehingga mampu memilih dan menentukan arah kehidupan yang sesuai, bermakna dan bernilai. 
Rm. Beny Juliawan SJ, membuka wawasan peserta tentang “Jalan Baru Kerasulan Sosial”. Kerasulan sosial adalah gerakan pemberdayaan, solidaritas dan keswadayaan manusia, khususnya yang miskin dan terpinggirkan. Nilai gerakan itu harus mengatasi semua sarana, prasarana, mekanisme dan profesionalisme tata kelola yang digunakannya. Yang utama adalah nilai gerakannya, sedangkan yang lainnya adalah  pendukungnya.
Rm. Adrianus Suyadi SJ, Direktur baru Karina, memaparkan arah gerakan Karina ke depan. Sejak berdirinya Karina telah memfasilitasi ratusan pelatihan peningkatan kapasitas aktivis-aktivis gerakan kemanusiaan pada hampir semua keuskupan di Indonesia dengan biaya yang besar. Ke depan, Karina akan lebih memusatkan perhatian pada program-program yang langsung bersentuhan dengan masyarakat miskin. Dalam strategi ini, peranan Caritas keuskupan-keuskupan menjadi lebih sentral karena keuskupanlah yang memiliki dan lebih mengenali masyarakat/umatnya. 
Rm. Hendrik Njiolah Pr. dengan mengutip berbagai ayat Kitab Suci untuk memberikan landasan alktabiah bagi gerakan kerasulan sosial gereja. Dasar utama pelayanan sosial gereja adalah Yesus sendiri yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat. 20:28; Mrk.10:45). Karena itu Gereja harus memberikan porsi yang cukup untuk pelayanan sosial di samping pelayanan sakramentalnya (Kis.6:1-7)

c. Diskusi / Dialog
Presentasi para narasumber ditanggapi dengan penuh antusias oleh peserta dalam diskusi pleno pada akhir setiap paparan makalah. Interaksi timbal balik antara narasumber dan peserta maupun di antara peserta sendiri dalam bentuk tanya-jawab, diskusi, penjelasan dan penegasan mengerucut pada pendalaman nilai-nilai gerakan kemanusiaan berdasarkan Ajaran Sosial Gereja (ASG), tradisi dan Kitab Suci. Salah satu topik diskusi yang cukup hangat adalah hubungan antara Komisi PSE dan Caritas baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat keuskupan. Mgr. Datus Lega Pr., Ketua Komisi PSE-KWI dan pernah menjadi anggota Dewan Pembina Karina KWI dengan tangkas dan bijaksana sambil berseloroh menjelaskan bahwa Komisi PSE–KWI dan Karina KWI adalah sama-sama anak kandung KWI. “Karena itu jangan pernah pernah membuang nama KWI  di belakang penulisan kedua nama lembaga kemanusiaan tersebut.” 

d. Panorama Kerasulan Sosial KAMS
Setelah mendalami nilai-nilai gerakan dan mendapatkan pencerahan dari narasumber tentang pola gerakan dan tata kelola kerasulan sosial, para peserta lokakarya diajak untuk menelusuri dan mencermati panorama kerasulan sosial Keuskupan Agung Makassar dalam berbagai unit, lembaga, dan aneka bentuk kegiatannya. 
Sesi ini disampaikan langsung oleh Rm. Fredy Rante Taruk Pr. sebagai Ketua Komisi PSE-Caritas KAMS. Unit-unit karya dan kegiatan yang langsung dinaungi oleh Komisi ini adalah: APP, HPS, LKM, Pertanian Terpadu, Pengembangan Kelompok Masyarakat, SGPP, Advokasi, Peningkatan Kapasitas, Pengurangan Risiko Bencana dan Tanggap Darurat. Secara singkat, masing-masing unit ini dijelaskan bidang karyanya, kegiatan-kegiatannya dan hubungannya satu dengan lainnya. Juga ditampilkan data-data dalam angka, grafik, gambar maupun film.
Proses awal lokakarya sampai sesi ini berlangsung selama dua hari.

e. Perumusan / Penegasan Visi, Misi, Strategi dan Program Bersama
Memasuki hari ketiga lokakarya, peserta lebih banyak bekerja dalam kelompok diskusi. Mereka membahas, menilai dan merevisi visi, misi, stategi dan berbagai isu sosial penting dalam wilayah KAMS yang draftnya telah dirancang oleh Panitia Pengarah Lokakarya. Pembahasan ini penting agar dapat menentukan prioritas program kerja yang relevan, implementatif dan berkelanjutan. Lebih jauh lagi, kelompok juga merumuskan indikator masing-masing program yang direncanakan. Selanjutnya kelompok-kelompok diskusi menyusun program kerja untuk tahun 2013-2017 yang cukup rinci. Dan akhirnya mereka sempat pula menyusun Struktur Tim Personil di setiap kevikepan yang akan bertanggungjawab mengawal dan memastikan realisasi program-program tersebut.

f. Perumusan dan Penegasan Beberapa Pola Kebijakan
Pada hari keempat, lokakarya ini diisi dengan dua kegiatan utama yakni pembahasan atas draft beberapa pola kebijakan kerasulan sosial KAMS dan rapat pleno alokasi dana APP tahun 2012. 
Ada empat pola kebijakan sempat dihasilkan: 
• Pola kebijakan Dana APP KAMS
• Pola kebijakan Dana HPS KAMS
• Pola Dana APP Sekolah 
• Pola Kebijakan Umum Kerasulan Sosial KAMS

g. Rapat Pleno APP KAMS: Kriteria Alokasi dan Distribusi
Sesi terakhir lokakarya ini sebenarnya merupakan acara tersendiri yakni rapat pleno tahunan Panitia Inti APP KAMS untuk mengevaluasi kegiatan APP dan menentukan alokasi peruntukan dana APP tahun bersangkutan. Namun demikian akhirnya rapat itu dihadiri oleh semua peserta lokakarya dan menjadi bagian dari lokakarya itu dengan pertimbangan bahwa peserta lain juga perlu mengetahui dan memberikan masukan untuk pengelolaan dana APP KAMS. Seluruh rangkaian kegiatan lokakarya ditutup dengan misa yang dipimpin P. Ernesto Amigleo, CICM.

4. Pembelajaran
Mengikuti dan terlibat langsung dalam seluruh proses lokakarya ini tentu saja akan memberikan banyak pembelajaran baik untuk pribadi-pribadi maupun untuk kelompok/lembaga, baik pengetahuan maupun motivasi untuk gerakan kemanusiaan. Salah seorang peserta mengungkapkan bahwa pembelajaran paling penting yang didapatkannya dari lokakarya ini adalah penegasan moral atas kepedulian kepada orang–orang miskin. “Ternyata perhatian Gereja untuk orang miskin yang sampai sekarang terus dikumandangkan adalah sesuatu yang telah dimiliki oleh Gereja sejak awal”, demikian ungkapan Natalia Boro - seorang peserta lokakarya, setelah mendengarkan paparan narasumber dan diskusi tentang Ajaran Sosial Gereja. 
Pembelajaran lain adalah penegasan atas nilai-nilai solidaritas, pemberdayaan dan keswadayaan kerasulan sosial di atas hal-hal lainnya seperti: dana, fasilitas dan tata kelola organisasi. Selain itu, proses interaksi peserta dengan narasumber dan antar peserta untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan motivasi dalam gerakan kemanusiaan merupakan pembelajaran tersendiri yang tak kalah nilainya.

5. Penutup
Lokakarya Renstra Komisi PSE-Caritas KAMS untuk tahun 2013-2017 telah selesai. Apresiasi atas keberhasilan renstra tersebut patut diberikan kepada peserta, narasumber maupun penyelenggaranya. Demikian pula hasil-hasil pembahasan dan perumusan visi, misi, strategi, program dan tim personil yang akan mengawalnya pantas dihargai. Namun demikian, karya hasil Renstra tersebut yang sesungguhnya baru akan mulai menapaki “roadmap”-nya pada detik pertama 2013 sampai detik akhir 2017. 
Panggilan dan perutusan mulia itu tentu saja pertama-tama ada di pundak Komisi PSE-Caritas KAMS sebagai pemilik mandat resmi dari ordinaris gereja lokal KAMS. Tetapi panggilan untuk peduli terhadap orang miskin adalah tugas yang mengalir dari hakekat hidup setiap orang beriman kristiani. Karena itu partisipasi aktif setiap orang beriman dalam kerasulan ini adalah suatu kemutlakan. Secara khusus, komitmen dan antusiasme dari para peserta lokakarya ini yang sekaligus menjadi bagian dari struktur Tim personil kevikepan-kevikepan akan merupakan subyek-subyek penentu dalam program kerasulan sosial KAMS lima tahun mendatang. 
Selamat menunaikan panggilan mulia ini. Tuhan menyertai senantiasa (Mat.28:19-20)! ***

Tidak ada komentar: