Selasa, 02 Juli 2013

35 TAHUN SEMINARIUM ANGING MAMMIRI (1978-2013)


1. HUT dan Pesta Pelindung
Pada Hari Raya Pentakosta, 19 Mei 2013, Seminarium Anging Mammiri (SAM) atau Seminari Tinggi Keuskupan Agung Makassar yang bertempat di Yogyakarta, merayakan HUT-nya yang ke-35 dan sekaligus Pesta Pelindungnya. SAM dinyatakan berdiri secara resmi pada Hari Raya Pentakosta 1978 dan sebagai pelindungnya dipilihlah Roh Kudus. Maka perayaan HUT-nya dan pesta pelindungnya selalu jatuh pada Hari Raya Pentakosta. Bangunannya sendiri dibangun pada akhir tahun 1977 dan mulai dihuni Februari 1978. Nama dan pelindung rupanya dipilih dan diberikan oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Ujung Pandang (KAUP) waktu itu, Mgr. Dr. Theodorus Lumanaw. „Anging Mammiri“, judul sebuah lagu yang cukup populer dari Makassar dipilih oleh beliau menjadi nama Seminarium yang baru didirikan ini. Anging Mammiri dalam bahasa Makassar artinya angin berhembus atau bertiup (sepoi-sepoi). Angin yang berhembus atau bertiup ke mana ia mau, melambangkan Roh Kudus yang bergerak ke mana Ia mau (bdk. Yoh. 3:8). Lebih dari itu, Roh Kudus dipilih sebagai pelindung SAM, dengan harapan bahwa para frater yang menjalani formasi sebagai calon imam KAUP senantiasa dihembusi, diterangi dan dikuatkan oleh Roh Kudus.

2. Calon Imam dan Pendamping di SAM
Dalam buku register SAM sudah tercatat 231 alumni (orang atau frater yang pernah menjalani formasi di SAM) dan 32 orang yang sekarang ini sedang menjalani formasi di SAM. Jadi total alumni dan yang sekarang menjalani formasi adalah 263 orang. Termasuk dalam alumni adalah titipan dari Keuskupan Jayapura (1 orang), dari keuskupan Merauke (1 orang) dan dari Tarekat CICM (2 orang). Dan termasuk dalam yang sedang menjalani formasi adalah titipan dari Keuskupan Agung Samarinda (1 orang). Alumni SAM yang sampai ke jenjang imamat per 31 Mei 2012: 111 orang. Dari jumlah itu ada 5 orang yang sudah meninggal dan 16 orang menanggalkan imamatnya. Imam alumni SAM yang masih berkarya 90 orang. Dari 90 orang ini: 3 orang sedang studi di luar negeri, 1 orang menjadi misionaris domestik di Papua, 1 orang menjadi imam projo di Keuskupan Purwokerto, 1 orang menjadi imam projo di Keuskupan Tanjung Selor, 1 orang menjadi imam projo di Keuskupan Palangkaraya dan 1 orang menjadi anggota Tarekat MSA di Pontianak.

Para pastor yang pernah mengemban tugas sebagai pimpinan komunitas atau rektor di SAM adalah: P. Antonius Denissen CICM (1978-1979), P. Piet Timang Pr (1979-1982), P. Matheus Bakolu Pr (1982), P. Frans Arring Pr (1983-1986), P. Piet Timang Pr (1986-1992), P. Hendrik Njiolah Pr (1992-1995), P. Frans Arring Pr (1995-2001), P. Victor Patabang Pr (2001-2005), P. Willem Daia Pr (2005-2011), P. Petrus Bine Saramae Pr (2011-sekarang). Dan para pastor yang pernah menjadi anggota staf di SAM adalah: P. Leo Blot CICM (1978), P. Stanis Dammen Pr (1983-1988), P. Willem Daia Pr (1988-1996 dan 2000-2005), P. John Turing Datang Pr (1993-1997), P. Paulus Tongli Pr (2000-2003), P. Bonny Abbas Pr (2003-2005), P. Eltus Mali Pr (2005-2012), P. Stephanus Chandra Pr (2007-2009), P. Patrick Galla‘ Pr (2009-2010), P. Petrus Bine Saramae Pr (2010-2011) dan P. Frans Arring Pr (mulai Maret 2013).

3. Formasi di SAM dan Visi-Misi KAMS
SAM dipandang sebagai “jantung” KAMS (bdk. Optatam Totius artikel 5), karena di SAM-lah dibina, siapkan dan dididik calon-calon imam projo untuk Gereja Lokal KAMS. Pembinaan dan Pendidikan calon-calon imam di SAM tentu saja banyak mewarnai bagaimana imam-imam alumni SAM berkarya di tengah-tengah umat dan masyarakat dalam wilayah Gereja Lokal KAMS. Uskup Agung KAMS, Mgr. John Liku-Ada dalam buku kenangan pesta perak SAM tahun 2003, menulis bahwa Seminarium Anging Mammiri merupakan tempat pembibitan imam bersosok „alter Christus“ (Kristus yang lain). Maksudnya: imam alumni SAM hendaknya meneladani Kristus, sehingga dirinya sendiri menjadi cerminan Kristus.

Untuk formasi calon imam KAMS ke depan, tentu saja harus memperhatikan Visi dan Misi Gereja Lokal KAMS yang dirumuskan dalam Sinode Diosesan KAMS II tahun 2012. Visinya: „Gereja Lokal Keuskupan Agung Makassar, yang bersosok kawanan kecil tersebar, sebagai PELAYAN, berdasarkan dan berpolakan Yesus Kristus, yang terus-menerus membaharui diri, seraya meresapi tata dunia, sehingga segala-galanya menjadi baik. Visi tersebut dijabarkan dalam 8 bidang misi, yaitu bidang: Re-evangelisasi, Keluarga, Pendidikan, Kesehatan, Sosial-Ekonomi, Sosial-Politik, Sosial-Budaya, dan Sarana-Prasarana. Formasi calon-calon imam untuk beberapa tahun ke depan tentu saja harus mengacu kepada visi dan misi tersebut. Oleh karena itu, mulai tahun akademik 2012-2013 Visi dan Misi KAMS tersebut segera disosialisasikan di SAM dengan dicoba diimpelemetasi dalam proses pembinaan atau formasi di SAM. Perlahan-lahan, di SAM harapan-harapan di atas dicoba ditanamkan dalam kesadaran para calon imam. Harapan ialah, jika hal-hal itu menjadi bagian dari kesadaran para frater, tentu akan melahirkan motivasi untuk memformasi diri sedemikian rupa, sehingga mereka sungguh menjadi imam yang didambakan Gereja, mampu mengikuti perkembangan zaman dan sekaligus mampu membaca tanda-tanda zaman. Dengan demikian mereka diharapkan mampu menjadi imam-imam bersosok alter Christus, Sang Pelayan, yang tegas dalam prinsip, tetapi lembut dalam cara. Kedelapan bidang misi di atas mencakup misi ke dalam dan ke luar. Misi ke dalam (intern) itulah bidang re-evangelisasi, lewat mana umat terus-menerus membarui diri; dan misi ke luar itulah 7 bidang lainnya, lewat mana Gereja memberi pelayanan kepada masyarakat. Bila hidup menggereja secara ke dalam merupakan komunikasi iman, maka peranan imam di dalamnya adalah melancarkan komunikasi iman itu. Para imam menjadi penanggungjawab kelancaran komunikasi iman, yang dapat dicapai melalui komunitas-komunitas basis (Kombas). Umat Allah terdiri dari umat dengan latar pendidikan yang berbeda-beda. Ada umat yang lebih tinggi pendidikannya dari pada imam. Zaman ini adalah zaman digitech (digital technology = teknologi digital), di mana sarana transportasi dan komunikasi makin canggih, sehingga orang dengan mudah bertemu dan berkomunikasi satu dengan yang lain. Dalam konteks semacam ini tentu dibutuhkan imam-imam yang bijaksana dan terampil dalam menggembalakan umat dan menggunakan sarana-sarana yang ada untuk menunjang karya pelayananannya sebagai inspirator, fasilitator, motivator dalam komunikasi iman dan dalam misi Gereja ke luar.

4. Bidang dan Aspek Formasi di SAM
Mengingat dan memperhatikan hal-hal di atas, maka kami sebagai formator di SAM berupaya sedemikian rupa untuk mendampingi para calon imam KAMS di SAM melalui bidang-bidang (unsur-unsur) formasi:

* Kepribadian. Melalui bidang formasi ini, diharapkan agar para formandi memiliki kepribadian yang matang, mampu mengelola emosi dan afeksinya, pribadi yang tangguh, tidak mudah menyerah, punya loyalitas kepada penanggungjawab utama karya pastoral Gereja Lokal, setia, berdedikasi, berkomitmen, mampu berkomunikasi dengan orang lain, mampu beradaptasi dengan lingkungan dan kelompok, tanpa harus larut di dalamnya.
* Kerohanian/Spiritualitas. Melalui bidang formasi ini, diharapkan agar formandi memiliki hidup rohani yang mantap karena hidup dalam penyerahan kepada dan dalam bimbingan Roh Kudus. Profesi utama para imam adalah bidang kerohanian. Kekayaan seorang imam pertama-tama adalah dalam bidang kerohanian. Dan itulah yang didambakan oleh umat yang dilayani, yang mampu mendekatkan umat dengan Tuhan, melalui upaya berbagi kekayaan hidup rohani/iman.
* Akademik. Melalui bidang formasi ini, para formandi diharapkan memiliki bekal yang cukup dalam dua bidang yaitu filsafat dan teologi. Mereka diharapkan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis serta kemampuan berefleksi secara kritis. Tetapi perlu disadari bahwa filsafat dan teologi bukan lagi bidang khas kaum berjubah. Banyak umat sudah belajar filsafat dan teologi. Maka perlu dikembangkan kemampuan berdialog.
* Pastoral. Melalui bidang formasi ini, diharapkan agar para formandi memiliki keterampilan dalam penggembalaan umat, khusunya kemampuan managerial untuk merangkul semua umat yang akan dipercayakan kepadanya, memberdayakan potensi-potensi umat dalam peningkatan kualitas hidup dan pelayanan baik ke dalam diri sendiri maupun kepada masyarakat. Dibutuhkan pribadi-pribadi yang terbuka dan mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain.
* Hidup Sosial. Kemampuan bergaul dengan semua orang dan bekerja sama dengannya, dan terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Terutama diharapkan kemampuan bekerjasama dengan rekan-rekan imam, dengan petugas atau pelayan-pelayan pastoral lainnya.

Selain itu juga para calon imam dibantu untuk memformasi diri dengan memperhatikan beberapa aspek-aspek berikut:
* Motivasi Hidup Imamat: Sepanjang proses formasi diharapkan para formandi semakin memantapkan dan memurnikan motivasinya menjadi imam. Motivasi yang mantap dan murni akan senantiasa menjadi penggerak dalam karya pelayanan. Motivasi orang untuk menjadi imam bisa dilihat dalam tiga kategori: cibus (materi: mau jadi imam karena pikirnya imam mudah untuk mendapatkan macam-macam jaminan hidup berupa materi), status (kedudukan: mau jadi iman karena pikirnya imam mudah mendapatkan jabatan-jabatan dan penghormatan sosial) dan Christus (sang pelayan: mau jadi imam karena ingin mengambil bagian dalam karya dan hidup Yesus Kristus).
* Seksualitas dan Selibat: Diharapkan bahwa para formandi menyadari dan memahami dengan baik seluk-beluk seksualitas manusia. Sampai saat ini imam dalam Gereja Katolik Roma masih terikat kewajiban hidup selibat. Konsekuensi bila jadi imam, yaitu hidup selibat demi pelayanan. Seorang imam baru bisa menghayati hidup selibat demi pelayanan bila ia sungguh memahami dengan baik seluk-beluk hidup seksualitasnya dan mampu menghayati hidup selibat sebagai pengorbanan demi Kerajaan Allah.
* Kesehatan: Tentu saja diharapkan bahwa imam-imam itu sehat jiwa dan raganya, supaya mampu menjadi pelayan-pelayan yang tangguh. Hal itu harus dibangun melalui pola hidup dan pola makan yang sehat sejak dini. Di Indonesia belum pernah terjadi bahwa ada imam mati kelaparan. Yang ada ialah bahwa ada imam mati „kekenyangan“ karena tidak memperhatikan pola makan yang sehat.
* Hobi/arah minat. Hal ini perlu diperhatikan karena semangat orang untuk berkarya bisa ditunjang oleh hobi dan arah minatnya. Namun, masalah muncul bila tugas yang dipercayakan kepadanya kurang bersentuhan dengan hobi dan minatnya. Maka perlu dilatih agar mampu melihat prioritas-prioritas tanpa mengorbankan yang lain-lain. Penyaluran hobi tetap perlu karena itu akan menunjang kesehatan pikiran. Pemberian tugas yang sesuai dengan arah minat/bakat, tentu sangat menunjang semangat dan kualitas pelayanannya.
* Digitech. Saat ini Gereja hidup dalam zaman kemajuan teknologi digital yang sangat canggih dan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan terutama, komputerisasi dan sarana komunikasi. Para calon imam diharuskan oleh zaman untuk terampil menggunakan sarana-sarana tersebut. Tentu saja harus diiringi dengan kebijaksanaan dalam penggunaannya, yakni harus menunjang kelancaran pelayanan.

5. Harapan
Moga-moga para calon imam yang menjalani formasi di SAM sungguh-sungguh memformasi diri dengan bantuan para formator, sehingga sungguh menjadi pelayan-pelayan umat dan masyarakat yang berkualitas, pandai lagi bijaksana, tegas dalam prinsip, tetapi lembut dalam cara.
Yang paling menentukan dalam formasi adalah para formandi sendiri. Formator tentu saja memberi kontribusi sebagai pendamping. Dukungan dari umat baik moril maupun materil tetap kami harapkan. Dukungan moril mencakup pemberian semangat dan dukungan doa; dukungan materil mencakup sumangan-sumbangan berupa sarana-prasarana dan dana. Untuk mendampingi calon-calon imam dengan intensif, dibutuhkan pendamping atau formator idealnya minimal 3 orang. Saat ini formator di SAM hanya 2 orang saja. Kami mohon kepada Bapa Uskup Agung KAMS supaya menambah lagi satu orang tenaga formator. *** 

Tidak ada komentar: