Sabtu, 12 Oktober 2013

Tahbisan Imam Baru: “27 TAHUN KEMUDIAN”


Beritakanlah Injil kepada segala mahluk” (Mrk 16:15). Perintah Yesus Sang Kebangkitan  kepada kesebelas muridNya itu dijadikan tema Perayaan Ekaristi Tahbisan Imam pada 28 Agustus 2013 di Paroki Santo Mikael, Palopo. Ada lima diakon, empat dari Keuskupan Agung Makassar dan 1 dari Tarekat MSC ditahbiskan imam oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’ Pr.

     Nama-nama para tahbisan baru sesuai dengan urutan penerimaan tahbisan adalah:
1. Anthonius Michael
Paroki Asal : St. Petrus, Mamasa
Motto panggilan: Berlari dalam keterbatasan Demi Mencapai Garis Finish (bdk 1Kor 9:24)
2. Frans Fandy Palinoan
Paroki Asal :  St. Paulus, Minanga
Motto panggilan: Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendakNya (Luk 1: 38)                                      
3. Hendrik Sumbung
Paroki Asal :  St. Mikael, Palopo
Motto panggilan: Ia harus makin besar, tetapi aku makin kecil (Yoh 3: 30)
4. Yohanis Salama’
Paroki Asal :  Kristus Imam Agung Abadi, Sangalla’
Motto panggilan:  Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Ptr 5:7)
5. Bastian Adhi Dwiyanto Sa’pang MSC
Paroki Asal :  St. Yakobus di Makassar
Motto panggilan:  Bukan kehendakku, melainkan kehendakMulah yang terjadi.

     Perayaan Ekaristi Tahbisan berlangsung di Gedung Olah Raga (GOR) Palopo yang berkapasitas lebih-kurang 1500 tempat duduk. Semuanya dipadati oleh umat yang hadir. Baik yang dari Paroki St. Mikael, Palopo, maupun yang dari luar. Ada yang dari paroki-paroki di Kevikepan Luwu, Tana Toraja, Makassar, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara. Ada pula yang datang dari Keuskupan Manado, Amboina, serta Keuskupan Agung Pontianak dan Jakarta. Jumlah imam yang hadir tidak kurang dari 100 orang.        

    Sejak awal panitia membuat perkiraan akan hadirnya sekitar 2000 anggota umat. Untuk menampung umat sebanyak itu, gedung dan halaman gereja Katolik St. Mikael, Palopo, tentu jauh dari memadai. Apa lagi untuk dua acara yang berturutan, yakni Perayaan Ekaristi dan Ramah-Tamah Tahbisan. Terbayang betapa padatnya umat yang menyesaki lokasi tahbisan dan  betapa sulitnya pengaturan pergerakan. Sementara itu, kompleks SMP/SMA Frater Palopo yang menjadi lokasi tahbisan pertama juga dinilai tidak memadai lagi dalam kondisi saat ini. Maka, dipikirkan kemungkinan untuk menggunakan Stadion Lagaligo, Palopo. Di sana ada keleluasaan untuk mengatur pelbagai kebutuhan, seperti lokasi Perayaan Ekaristi Tahbisan, tempat ramah-tamah, pelataran parkir, dan lain-lain. Namun, tidak demikian halnya dalam hal ketersediaan sarana pendukung, seperti panggung untuk altar dan panti imam, tenda-tenda sebagai pelindung dari panas matahari atau hujan, toilet, dan sebagainya. Akhirnya, diputuskan bahwa Gedung Olah Raga menjadi lokasi Perayaan Ekaristi maupun Ramah-Tamah Tahbisan. Memang dengan segala keterbatasannya juga. Antara lain, udara panas di dalam ruangan membuat gerah, karena hanya ada kipas angin bukan pendingin udara. Untuk kebanyakan umat dan imam pasti tidak nyaman, tetapi itulah kondisi maksimal yang bisa diupayakan oleh Panitia.   

     Adanya calon tahbisan yang berasal dari Palopo menjadi alasan kuat mengapa umat Paroki St. Mikael, Palopo, diberikan kepercayaan untuk menyelenggarakan tahbisan imam KAMS pada tahun 2013. Ketika berita tentang rencana itu disampaikan, umat menyambutnya dengan antusias. Rupanya itulah ungkapan kerinduan sekaligus rasa syukur. Maklumlah, setelah Diakon Alexander Lethe ditahbiskan imam pada 31 Agustus 1986, di Paroki St. Mikael, Palopo, tidak pernah lagi ada tahbisan imam. Artinya, kurang tiga hari saja genap 27 tahun kemudian, baru terulang peristiwa tahbisan imam di Palopo.

     Lebih dari sebulan sebelum tahbisan imam di Palopo, tepatnya 21 Juli 2013, seorang putera yang hingga usia remaja tinggal di Palopo ditahbiskan imam di Yogyakarta. Namanya Wempi Mandagie MSF, anggota Tarekat Misionaris Keluarga Kudus (MSF). Dengan demikian, pada usia 65 tahun Sang Empunya Tuaian telah memanggil tiga orang putera dari paroki ini menjadi imam. Semoga dalam dua tahun mendatang akan ditahbiskan seorang lagi. Dia adalah anggota Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC), yang sedang menempuh tahun terakhir pendidikannya. Kita berharap dan percaya bahwa selanjutnya akan menyusul calon-calon lain. Untuk itu para orang tua diajak untuk merelakan bahkan mendorong anak-(anak) agar mempertimbangkan pilihan hidup sebagai imam (dan biarawan/biarawati). Begitu pun umat pada umumnya diingatkan untuk tetap memberikan kesaksian, karena itulah yang akan menjadi tanah subur bagi pertumbuhan panggilan khusus.

     Ada hal yang unik untuk dicatat. Baik Pastor Alex Lethe, Pastor Wempi Mandagie, Pastor Hendrik Sumbung maupun calon yang (moga-moga) akan ditahbiskan dua tahun mendatang, semuanya berasal dari wilayah yang dikenal dengan nama Patte’ne di Palopo. Sesuatu yang layak membuat umat Katolik Palopo bertanya: mengapa dan kapan ada yang dari Salubulo, Kampung Pisang (Kampis), Pajalesan, Sempowai, Binturu, Songka? Mudah-mudahan hal yang unik itu menggelitik semua umat untuk mendapatkan jawabnya.

     Ketika menyampaikan kata sambutan, Bapa Uskup berkenan mengumumkan tempat tugas keempat imam baru. P. Anthonius Michael dan P. Hendrik Sumbung di Paroki St. Fransiskus, Messawa; P. Frans Fandi Palinoan di Paroki St. Antonius, Rembon; P. Yohanis Salama’ di Paroki Renya Rosari, Deri. Mewakili Provinsial MSC, P. Johanis Mangkey, MSC (Sekretaris Provinsi MSC) dalam kata sambutan juga mengumumkan bahwa P. Bastian Adhi Dwiyanto Sa’pang, MSC akan bertugas di Manado. Selamat berbahagia atas anugerah imamat dan selamat memulai tugas perutusan. Semoga semangat untuk menunaikan tugas pertama sebagai imam, yakni memberitakan Injil, selalu berkobar dalam hidup dan karya, seperti ditulis oleh Rasul Paulus: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor 9:16).

     Dalam hidup manusia ada sukacita, ada dukacita. Itupun dialami oleh P. Bastian Adhi Dwiyanto Sa’pang, MSC. Berselang kurang dari tujuh jam setelah merayakan sukacita atas rahmat tahbisan, datang kabar dukacita tentang ayahnya (Bpk Viktor Duma Sa’pang) yang meninggal dalam perjalanan pulang ke Makassar. Meski kematian setiap manusia adalah kepastian, namun tetap mengagetkan ketika saat itu tiba. Begitulah juga yang terjadi tatkala kita mendengar berita tentang berpulangnya ayahanda P. Bastian, Adhi Dwiyanto Sa’pang, MSC MSC. Requiescat In Pace, semoga ia beristirahat dalam damai (abadi). *** Penulis: RD Willibrordus Welle

Tidak ada komentar: