Selasa, 20 Januari 2015

Forum Petani dan Penggerak Pemberdayaan Komunitas dalam Rangka Peringatan HPS 2014


Gereja Lokal Keuskupan Agung Makassar (KAMS) ikut merayakan Hari Pangan Sedunia tahun 2014 yang merupakan gerakan “dunia” dan gerakan “kehidupan” saat ini. Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Makassar merayakannya dengan menyelenggarakan Forum Petani dan Penggerak Pemberdayaaan Komunitas Keuskupan Agung Makassar. Kegiatan ini berada dalam kerangka tema HPS KWI 2013 – 2015: “Mencintai dan Merawat Bumi untuk Pangan Sehat Bagi Semua”. Secara khusus tahun 2014 Tema HPS Gereja Katolik Indonesia adalah “Pangan Sehat Keluarga Sehat”.

Gerakan HPS merupakan agenda rutin dan penting yang diselenggarakan Komisi PSE KAMS setiap tahun dengan melibatkan berbagai kalangan dan bermitra dengan pemerintah serta masyarakat. Komisi PSE KAMS pada tahun 2014 menyelenggarakan forum petani dan penggerak pemberdayaan komunitas se-Keuskupan untuk lebih mengembangkan dan membuat jejaring di antara petani. Forum ini menjadi media untuk saling menyemangati, berbagi ilmu dan keterampilan, menguatkan “spirit” kepedulian terhadap persoalan pangan dan lingkungan hidup serta memperdalam nilai-nilai kebersamaan dalam keutuhan ciptaan. Forum tingkat keuskupan antar-aktivis pertanian terpadu-organik ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk sharing, berbagi dan refleksi bersama untuk meningkatkan kemampuan, pengalaman dan penghayatan para petani-peternak.

Kegiatan ini dilaksanakan di Kebun Laimbo, Paroki Mangkutana, Kab. Luwu Timur, Selasa-Kamis, 7-9 Oktober 2014, acara berupa camping ini diikuti 157 peserta dari perwakilan kevikepan – kevikepan di wilayah keuskupan Agung Makassar. Peserta camping ini terdiri dari para utusan kelompok tani dan ternak binaan CU Sauan Sibarrung,  CU Mekar Kasih Makassar, KSP Marendeng, CU Kesuma Lamasi, SP2T Bolu, STIKPAR, dan utusan dari beberapa Paroki yakni Paroki Mangkutana, Paroki Rante Tiku, Paroki Bone-Bone, Paroki Saluampak, Paroki Lamasi, Paroki Minanga, Paroki Tombang Lambe.

PROSES DAN METODE PERTEMUAN
Dalam pembukaan P. Fredy Rante Taruk, Pr. (Ketua Komisi PSE KAMS), membawakan presentasi Pendalaman Spiritualitas     Gerakan HPS Gereja Katolik Indonesia. P. Fredy, Pr menekankan betapa pentingnya gerakan HPS karena merupakan gerakan kehidupan untuk memelihara, melestarikan kehidupan di muka bumi ini. Gerakan HPS adalah gerakan moral keutuhan ciptaan yang memang belum menarik perhatian banyak orang tetapi sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Selanjutnya P. Fredy mengajak seluruh petani dan penggerak komunitas untuk kembali ke    semangat “Mencintai dan Merawat Bumi” demi keutuhan ciptaan. Para petani dan penggerak komunitas mendapat peran penting meneruskan semangat ini dan sekaligus mempraktekannya dalam kegiatan pertanian dan peternakannya yang ramah lingkungan dan menghasilkan    pangan yang sehat bagi manusia.

P. Fredy mengajak “para pemerhati  gerakan pertanian organik harus bisa meneladan gaya Yesus dalam menyebarkan ajaranNya”. Memang gerakan Yesus tidak menarik banyak orang tapi manfaatnya-gemanya bertahan ribuan tahun sampai sekarang.     Gerakan pertanian organik dipandang sebagai hal yang sulit dan belum dipraktekkan banyak orang. Hal ini merupakan perjuangan yang berat bahkan salib bagi para petani, namun akan membawa manfaat besar bagi kehidupan dan keutuhan ciptaan. “Karena gerakan kita ini adalah Gerakan moral individu dan kelompok melalui komunitas, jiwanya tidak akan mati, asalkan para penggerak bisa menggerakkan dirinya terlebih dahulu dengan pikiran yang jernih berpihak dan mempraktekkan cara – cara hidup yang organik”, seru P. Fredy, Pr.

Puncak acara forum ini adalah misa syukur HPS 2014 yang dipimpin oleh Vikep Luwu, P. Willibrordus Welle, Pr, Ketua Komisi PSE KAMS, P. Fredy Rante Taruk, Pr, dan P. Marinus Tellu, Pr, direktur Kebun Laimbo bersama 12 pastor penggerak HPS KAMS pada tanggal 8 Oktober 2014. Setelah misa acara dilanjutkan dengan ramah tamah dengan pemerintah setempat dimana hadir wakil Bupati Luwu Timur, Ir. Muhammad Toriq Husain bersama jajaran pemerintahannya dari Camat sampai Kepala Desa di sekitar Kecamatan Mangkutana.

Rangkaian acara pembelajaran berlangsung selama 3 hari. “Metode yang digunakan dalam Forum ini adalah Sharing Keterampilan – Pengetahuan – Tehnologi (Skill –       Knowledge – Technology) antar petani pertanian terpadu”. Kegiatan-kegiatan dalam forum berupa sharing pengalaman dan pengetahuan, Demo Keterampilan dan teknologi Tani - Ternak, Demo pembuatan pakan ternak, Demo keahlian dan teknologi pasca-panen, Biogas, diskusi dan Pameran hasil budidaya peternakan dan pertanian.Maka narasumber utama dalam forum ini adalah para peserta sendiri. Forum pembelajaran dan berbagi ini didampingi oleh P. Fredy Rante Taruk, Pr, Ketua PSE KAMS, DR. Yulius Pasolon, Koordinator Pengembangan Pertanian Terpadu KAMS, dosen Universitas Haluoleo, Ibu Agnes Wahyu Eko Susilowati, pengusaha sekaligus praktisi pasca-panen dan pemasaran PSE-KAMS dari Palu, dan Syrillus Tandioga, fasilitator peternakan CU Sauan Sibarrung dari Toraja serta beberapa fasilitator dari SP2T. Beberapa kelompok binaan PSE juga tampil berbagi melalui sejumlah materi yang telah dikembangkan dalam kelompok masing – masing.

Hasil yang diharapkan agar para peserta semakin mengerti dan memahami pertanian terpadu-organik sehingga termotivasi untuk mempraktekkannya secara berkelanjutan. Peserta saling berbagi ilmu dan keterampilan dalam mengembangkan pertanian terpadu-organik, mulai dari persiapan tanam sampai penanganan-pasca-panen. Peserta mempraktekkan langsung beberapa teknologi pertanian. Peserta mau bekerjasama dan membangun jejaring dalam mengembangkan pertanian terpadu-organik. Peserta menangkap inti dari gerakan pertanian ini dalam melestarikan alam ciptaan Tuhan dan menyediakan pangan yang sehat bagi kehidupan manusia.

Dalam prosesnya terungkap secara jujur dari para peserta bahwa di masa sekarang ini para petani dan penggerak belum memahami secara mendalam praktek – praktek yang selama ini dipakai dalam bertani dan berternak, dosa petani secara umum adalah mengejar produksi tanpa mempertimbangkan kesehatan dan lingkungan hidup. Padahal menurut DR. Yulius Pasolon kerusakan organ tubuh utamanya otak banyak terjadi akibat konsumsi bahan makanan yang banyak mengandung bahan – bahan pestisida yang dipakai dalam mengejar produksi. Sementara jika berhadapan dengan pilihan pertanian organik umumnya petani belum siap, belum mau karena cara – cara organik dipandang rumit dan tidak menguntungkan.

Maka selepas seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan Forum Petani dan penggerak pemberdayaan komunitas KAMS ini merekomendasikan bagi setiap peserta dan pihak terkait untuk terus menggiatkan gerakan Tani Terpadu Organik, dimana setiap pelaku didorong untuk saling mendukung dalam jaringan antar petani dan umat di Keuskupan Agung Makassar. Peserta juga bersama-sama merumuskan tindak lanjut gerakan ini di setiap kevikepan dan upaya-upaya membangun jaringan pemasaran antar-petani.

BUTIR-BUTIR PEMBELAJARAN
1. SIMPUL – SIMPUL PEMIKIRAN
Melalui diskusi dan dialog antar peserta dan narasumber terungkap beberapa fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan umat secara khusus ketika berbicara tentang dunia pertanian dan peternakan terpadu organik. Beberapa topik pembicaraan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ternyata sudah banyak orang yang ahli di bidang pertanian dan peternakan. Tetapi masih sulit untuk mendapatkan petani – petani yang benar – benar sukses dan sejahtera dari hasil pertanian dan peternakan khususnya Pertanian terpadu organik.
b. Minat generasi muda pada dunia pertanian semakin merosot. Regenerasi petani tidak berjalan.
c. Semangat gotong royong antara petani dan peternak dalam berusaha semakin rendah, tergerus individualisme dan egoisme petani dalam berusaha, mengakibatkan kerusakan alam dan moral petani.
d. Di level keluarga Konsumerisme bahan pangan dijiwai budaya instan.
e. Diversifikasi pangan rendah sejalan dengan kondisi Kelangkaan bibit lokal.
f. Diversifikasi usaha tani yang rendah dan tidak memperhatikan potensi lokal.
g. Hasil Usaha dari bertani dan beternak organik dirasa belum bisa menghasilkan keuntungan bagi petani yang mengejar produksi.
h. Pertanian dan peternakan terpadu organik dinilai lambat, butuh proses yang lama, rumit dan butuh biaya yang besar padahal kenyataannya pertanian organik sangat sederhana hanya memerlukan kemauan dan ketekunan, meskipun pada awalnya belum bisa langsung nampak hasil produksinya.
i. Faktor – faktor pendukung dalam pertanian terpadu organik tersedia disekitar para petani dan peternak hanya mereka belum mengetahui dan menyadarinya. Padahal yang dibutuhkan dalam pertanian organik sangat murah, dan mudah untuk didapatkan bahkan dalam lingkungan keluarga  sekalipun.
j. Peluang usaha dari hasil pertanian terpadu organik (pasca panen) masih sangat terbuka lebar bagi siapa saja.


2. SEMANGAT HPS YANG TERUS DIKEMBANGKAN DALAM REKOMENDASI TINDAK LANJUT
a. Pertanian Organik sudah terbukti/ tidak terbantahkan hasilnya jauh lebih baik, lebih sehat, dan jauh lebih ramah lingkungan.
b.  “Kunci dari gerakan organik adalah “rasa terpanggil untuk terlibat  dalam gerakan moral individu dan keluarga, gerakan kelompok dalam memelihara dan melestarikan kehidupan.
c. Baik lembaga gereja maupun lembaga pemerintah atau lembaga kemasyarakatan non pemerintah sudah seharusnya ikut serta terlibat dalam gerakan Pertanian Terpadu Organik melalui pelatihan – pelatihan pertanian terpadu.
d. Arus besar dengan pola pikir  instan (dan cepat saji) menyangkut pola makan dan konsumsi harus  dilawan oleh setiap individu; mulai dari dalam keluarga.
e. Keluarga – keluarga utamanya peserta forum petani  dan penggerak Laimbo sudah harus mempraktekkan cara – cara hidup organik dalam kehidupan sehari – hari; menyangkut konsumsi bahan pangan organik dan pemanfaatan limbah rumah tangga untuk mendukung  aktivitas pertanian dan peternakannya.
f. Jaringan antar petani mutlak diperlukan dan lembaga – lembaga keuangan mikro (LKM, CU, KSP) harus terlibat dalam membuat jejaring antar kelompok binaan, bahkan institusi gereja Katolik, mulai dari  tingkat keuskupan sampai ke stasi – stasi/ rukun sangat mungkin sesuai untuk mendukung terciptanya jejaring yang dibutuhkan petani.
g. Kelompok – kelompok binaan CU harus dimaksimalkan perannya melalui diklat (sharing pengetahuan dan teknologi) antar kelompok sehingga kelompok binaan tersebut dapat menjadi teladan gerakan moral tani terpadu organik.
h. Sentrum – sentrum pertanian sangat diperlukan untuk mendorong terciptanya percontohan, “bank benih”,  “show-room hasil pertanian”dan diversifikasi usaha tani yang berbasis lokal di tingkat kevikepan.
i. Pelatihan pertanian terpadu selalu diadakan untuk memperkaya petani – peternak dalam berusaha dan sentrum berperan sebagai koordinator dan fasilitator.
j. Petani dan penggerak pemberdayaan komunitas yang ikut dalam forum ini memiliki tanggung jawab moral untuk mengusahakan dan mengembangkan Sentrum di kevikepan masing – masing.
k. Petani dan penggerak yang terlibat dalam forum mendorong dan mengusahakan lahirnya peningkatan pendapatan demi kesejahteraan keluarga melalui gerakan “rumah penghasil rupiah”.
l. Petani dan penggerak dalam forum memanfaatkan teknologi informasi sebagai alat untuk berusaha.
m. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh setiap penggerak pertanian terpadu yaitu: harus senantiasa gembira dan punya semangat berbagi yang tinggi.
n. Umat sangat mengharapkan keterlibatan Para Pastor Paroki untuk mendorong gerakan HPS berbasis keluarga di Paroki-Paroki.
o. Komisi PSE KAMS  diharapkan mengadakan  pertemuan secara berkala Forum Petani dan Penggerak Komunitas KAMS (dalam setiap perayaan HPS dan berpindah dari satu kevikepan ke kevikepan lain.) untuk menjadi sarana kontrol dan evaluasi gerakan pertanian terpadu organik. *** Penulis: Pastor Fredy Rante Taruk, Ketua Komisi PSE KAMS

Tidak ada komentar: