Rabu, 29 Juli 2015

Laporan RAT BKCU Kalimantan Tahun Buku 2014 di Toraja: BERTOBAT DAN MENINGGALKAN ZONA NYAMAN

Selesai sudah perhelatan RAT BKCU Kalimantan TB. 2014, tanggal 12-16 Mei 2015. Rintik hujan mengiringi peserta kembali ke Makassar dan berlanjut ke daerah masing-masing. Banyak kisah dan cerita yang tercipta, sejak kegiatan sidang tanggal 12-13 Mei di Makassar, perjalanan ke Toraja tanggal 14 Mei,    penyambutan secara adat di gereja katolik Makale, kegiatan seminar di Tongkonan Kua Karassik Rantepao tanggal 15 Mei, kegiatan exposure/kunjungan  ke 29 kelompok binaan CUSS (yang tersebar di kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja, Palopo, Luwu dan Luwu Utara), dan misa penutupan di gereja Katolik Rantepao tanggal 16 Mei, sore hari. Jadwal dan kegiatan yang begitu padat tidak mengurangi semangat dan keceriaan peserta mengikuti rangkaian acara.

Kegiatan RAT di Toraja diawali dengan acara penyambutan peserta di Paroki Makale Tana Toraja pada tanggal 14 Mei, sekitar pukul 17.00 WITA. Vikep Toraja, P. Natan Runtung Pr, Sekda Tana Toraja, Kadis Perindag Tana Toraja, beberapa anggota DPRD Tana Toraja, Pastor Paroki Makale P. Albert Arina Pr, bersama Pengurus-Pengawas-Komite, Sangayoka, dan Staf CU Sauan Sibarrung, bersama-sama menyambut peserta RAT dari Makassar yang menumpangi 12 bus. Rombongan yang berjumlah sekitar 350 orang disambut di seputar kolam Makale, diantar oleh tim Drumband SMA Katolik Makale, memasuki pelataran Gereja Katolik Makale. Sebagai tanda kehormatan, Pengurus-Pengawas BKUC Kalimantan dan Ketua Induk Koperasi Kredit Indonesia, Bpk. Romanus Woga, disemati passapu’ dan sambu’ Toraya. Peserta yang berasal dari 42 CU dari seluruh Indonesia itu, kemudian disuguhi sirih pinang, welcome drink (tamarillo), dan kopi teh.
 
Meski lelah, nampak bahwa peserta sungguh merasa senang, setelah di sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan yang menawan, kini mereka disambut dengan kemeriahan dan keramahan masyarakat Toraja, khususnya CU Sauan Sibarrung sebagai tuan rumah. Sekda Tana Toraja, Vikep Toraja, dan Ketua CU Sauan Sibarrung, dalam sambutan-sambutan mereka, terekam benang merah kebahagiaan sebagai pemerintah daerah dan warga Toraja, bahwa Toraja dikunjungi oleh tamu dari penjuru Indonesia, dari Batam sampai Merauke. Ucapan selamat datang dan selamat melaksanakan rangkaian acara RAT di Toraja menjadi tema utama sambutan. Secara khusus, Ketua CU Sauan Sibarrung, P. Fredy Rante Taruk, Pr, menjelaskan bahwa kompleks Gereja Katolik Makale menjadi saksi sejarah lahirnya CU Sauan Sibarrung, Desember 2006. Di Gereja ini pula, pengurus dan pengawas yang pertama disahkan dan dilantik. Kisah CUSS dimulai dari gereja ini, kemudian menyebar ke pelosok Toraja, ke Luwu, dan Pare-Pare. Penyambutan peserta sore itu diakhiri dengan santap malam bersama, dengan jamuan menu makanan lokal Toraja. Tak lupa, sebagai penutup, peserta disodorkan suke untuk menikmati tuak yang telah disiapkan oleh panitia. Peserta  kemudian melanjutkan perjalanan ke Rantepao dan menginap di 4 hotel terpisah, Hotel Misiliana, Hotel Rantepao Lodge, Hotel Indra, dan Hotel Toraja Prince, serta beberapa menginap di IKAR Rantepao.

Kegiatan berlanjut keesokan harinya di pelataran rumah adat Tongkonan Kua, Karassik Rantepao, dengan acara utama Seminar dan Lokakarya Community Development. Pemilihan lokasi dan tempat out door pelaksanaan kegiatan seminar kali ini memang tampak unik. Tongkonan menjadi latar utama, ditambah panggung papan 4x7 m². berhadapan dengan itu, ada dereta 10 lumbung padi dengan hiasan kain toraja, dan sekitar 30 petak tenda sewaan di antaranya, menjadi space peserta yang lapang untuk berinteraksi. Suasana yang terbanguan adalah suasana dekat dengan alam, bersahabat, bebas, tidak formalistis, dan menghayati lokalitas budaya setempat.  Pemilihan tempat seminar ini bukan tanpa alasan. Jika biasanya BKCU Kalimantan memilih hotel untuk berseminar, maka kali ini panitia sengaja memilih alam terbuka untuk memberi kesan bahwa gerakan pemberdayaan CU seharusnya lebih dekat dengan alam dan suasana hidup anggota yang riil.

Narasumber seminar ini adalah P. Fredy Rante Taruk, Pr, didampingi moderator Anthonius Pararak dan Syrilus Tandioga. Narasumber memberi judul makalah   “INTERVENSI CREDIT UNION DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KOMUNITAS”. Secara singkat, makalah ini memaparkan perkembangan gerakan CU di Indonesia yang cukup membanggakan, di samping beberapa keprihatinan soal ‘tumbuh dan gugur’-nya CU-CU tersebut. Yang cukup mendapat perhatian adalah sharing narasumber tentang kegelisahannya sebagai aktivis CU, berdasar pengalaman selama ini. Kegelisahan tersebut dirangkung dalam 6 poin: 1) Pola Pikir CU yang hanya terbatas sebagai lembaga keuangan, 2) Semakin kompleksnya masalah yang dihadapi oleh CU, 3)Pengembangan CU ke wilayah-wilayah yang  tak terkendali, 4) banyaknya CU yang memiliki Idle money tinggi dan Kredit Beredar yang rendah ,  5) Kredit lalai tinggi dan likuiditas terganggu, dan 6) Pendidikan Anggota yang belum optimal. Poin-poin ini didukung dengan data akurat, sebagaimana laporan yang diterbitkan oleh BKCU Kalimantan setiap tahun.

Untuk itu, narasumber sekali lagi menegaskan visi “Menjadi Gerakan Credit Union Nusantara Berbasis Komunitas”, yang adalah visi BKCU Kalimantan sendiri.  Mendesaklah untuk serius menggarap strategi pemberdayaan berbasis komunitas ini. Dalam rangka itu, ada beberapa strategi utama yang sudah dan sementara dipraktekkan oleh beberapa CU akhir-akhir ini, yakni: 1) menerapkan kebijakan dan produk yang berbasis kebutuhan anggota, 2) menggerakkan CU lewat kelompok kecil, 3) memberdayakan Aktivis lokal dan Penggerak Kelompok, dan 4) pendidikan anggota dan aktivis yang berkelanjutan. Empat strategi utama ini dipandang cukup ampuh untuk memberdayakan orang kecil, sebagaimana telah mulai ditampakkan oleh CU Sauan Sibarrung di Toraja, dan beberapa CU lainnya.

Di akhir presentasi Pastor Fredy Rante Taruk menegaskan perlunya perubahan paradigma dalam mengelola CU, terutama pada sekedar pola layanan simpanan – pinjam ke pola layanan yang memberdayakan anggota untuk menggelola hidup mereka secara bijaksana. Ukuran keberhasilan CU mesti bergeser dari sekedar melihat berapa banyak jumlah anggota, berapa besar jumlah asset, berapa besar jumlah SHU menjadi berapa banyak anggota yang telah meningkat pendapatannya, berapa banyak anggota yang meningkat fasilitas kesejahteraannya, berapa banyak anggota yang keluar dari lingkaran kemiskinan. Singkatnya, para aktivis harus bertobat dan meninggalkan zona “nyaman”,  yang merasa cukup mengurus anggota secara administrative (keuangan),  menuju upaya dan gerak berjumpa dengan anggota dalam aktivitas pemberdayaan menuju hidup yang lebih berkualitas.

Setelah beberapa peserta memberi tanggapan dan pertanyaan, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan demo skills (Ketrampilan) kelompok binaan CU Sauan Sibarrung yang merupakan sample intervensi CU Sauan Sibarrung lewat komunitas basis, yang telah dirintis beberapa tahun terakhir. Kelompok yang ber-demo skill adalah kelompok pembuat pakan ternak (babi/ayam/ikan), jamu ayam, ekstrak manggis; kelompok kopi jantan; kelompok penenun Toraja; kelompok penganyam tikar Toraja; kelompok pembuat aksesoris/sepu’ Toraja; usaha abon lada katokkon; pengolahan Pasca Panen; to ma’tampa bassi; beras organik, pembuatan pupuk organik; dan usaha sari jahe. Mereka mendemonstrasikan pengolahan produk mereka dan sekaligus memamerkan hasil dan produk mereka. Selama ini, mereka didampingi oleh CU Sauan Sibarrung, terutama dalam pendidikan-pelatihan dan layanan kredit modal usaha. Beberapa peserta tampak antusias memerhatikan kegiatan ini, denga harapan bahwa CU yang mereka kelola juga mampu mengarahkan anggotanya untuk mengembangkan usaha-usaha ril seperti ini.

Menjelang sore hari, tetap di pelataran tongkonan yang lapang, peserta melibatkan diri dalam suasana santai, dalam acara Pagelaran Budaya. Peserta diajak menikmati beberapa bentuk kesenian budaya Toraja. Di antaranya adalah tarian Tomanganda’ dari Deri, Tarian pa’gellu dari Sanggar Tari IKAR, Musik Bambu dari SDN 5 Sanggalangi’, serta Suling Te’dek dari Makale Selatan. Peserta sangat antusias terlibat dan mengabadikan momen-momen ini. Beberapa acara dari CU Primer lainnya turut menambah semarak acara rekreatif ini. Beberapa tarian dari daerah lain, sejenis dero’, mengundang banyak peserta untuk bergembira dalam suasana persaudaraan yang kental. Hari yang padat dengan pembelajaran dan penuh kegembiraan ini, ditutup dengan makan malam bersama. Tentu dengan menu special ala CUSS.

Di hari ketiga, tanggal 16 Mei, peserta melakukan exposure ke kelompok-kelompok binaan CU Sauan Sibarrung. Tujuannya adalah agar peserta melihat langsung model pemberdayaan berbasis komunitas yang telah dirintis oleh CUSS sejak tahun 2009 lalu. Peserta bertemu langsung, mendengar suka-duka petani bergelut dengan hidup dan kesulitan-kesulitannya, serta bagaimana intervensi yang telah dilakukan oleh CUSS sehubungan dengan usaha peningkatan kualitas hidup mereka. Kelompok yang dikunjungi tersebar di Toraja dan Luwu. Kelompok binaan  wilayah Toraja yang dikunjungi sebagian besar adalah kelompok peternak babi. Di TP makale, ada kelompok Lampok Sejahtera dan Bai Tora. Di TP Rembon ada kelompok Tamba’narang dan Sipakaboro’. Di TP Sangalla ada kelompok Galilea Balabatu, Franssiskus Kalolu, dan Tibarrang. Di TP Deri ada kelompok Sangkutu’ Banne. Di TP Rantepao ada kelompok Memba’ka’, Sanginaa, dan Sikamasean. Sementara di TP Rantetayo, ada kelompok pengayam tikar Toraja, yakni Tandipadang dan Sarong Manik di Bambalu. Satu lagi kelompok non-ternak adalah kelompok penenun Sikamali’ Pamiring di Sa’dan.

Sementara di Luwu, hampir sebagian besar adalah kelompok tani padi yang dikunjungi. Di TP Palopo ada kelompok Sibarrung, Sialamase, Pare Panta’nakan, Subur Jaya dan Mekar Sari. Di TP Saluampak ada kelompok Sangka’punan Awo’, Tamatiku To’bau, Siangkaran Lagego (petani jagung), dan Sangrapu Tallang. Sementara di TP Padang Sappa ada kelompok Pattung Malambu’, Satu Hati, Siporannu, Sangkutu’ Banne dan Pattung Malolo. Total ada 29 kelompok yang dikunjungi. Peserta berkomunikasi langsung dengan petani dan melihat langsung kehidupan mereka yang sederhana. Pembentukan awal kelompok, pengurus kelompok, pelatihan dari CU, modal usaha dari CU, suka duka, kegagalan dan kesuksesan, merupakan rangkaian pertanyaan yang menjadi materi diskusi hari itu. Pertemuan yang singkat itu memberi pelajaran yang berharga, baik bagi peserta, maupun bagi kelompok yang dikunjungi. Pertemuan ini diakhiri dengan makan siang bersama, di rumah/tongkonan anggota kelompok binaan.

Sore hari, tepatnya pukul 18.00 Wita, bersama dengan umat paroki Rantepao, peserta menutup rangkaian RAT BKCU Kalimantan lewat misa syukur inkulturatif di Gereja Katolik Sta. Theresia Rantepao. Bertindak sebagai Selebran Utama adalah Vikep Toraja, P. Nathan Runtung, Pr, didampingi oleh P. Stanis Dammen, Pr, dan P. Fredy Rante Taruk, Pr. Selain itu,  ada sekitar 30-an imam yang turut ambil bagian dalam misa ini. Mereka adalah imam-imam yang terlibat langsung dalam gerakan CU di seluruh Indonesia. Ini menampakkan betapa Gereja Katolik di Indonesia sungguh-sungguh serius melibatkan diri mengurus orang-orang kecil lewat gerakan Credit Union. 

Dalam homilinya, Vikep Toraja berpesan agar CU tetap memerhatikan kaum miskin lewat pemberdayaan komunitas yang sudah mulai digalakkan. Bertobat dan meninggalkan zona nyaman selalu harus dikedepankan, sehingga CU benar-benar merakyat, berguna bagi banyak orang, dan menjadi sarana keselamatan umat dan masyarakat di dunia ini. *** Penulis: Anthonius Pararak, Ketua Panitia Lokal RAT BCKU Kalimantan di Toraja, Wakil Ketua Pengurus CU Sauan Sibarrung

Tidak ada komentar: