Rabu, 09 September 2015

Pemberkatan Gedung Gereja Katolik Stasi Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga - Bolu


Angka "15" adalah angka yang istimewa dan indah bagi Umat Katolik Bolu, Stasi Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Paroki Santa Theresia Rantepao".
Demikian diungkapkan oleh Bupati Toraja Utara, Drs. Frederik Batti Sorring, S. Sos. MM. dalam sambutannya pada Acara Ramah Tamah Pemberkatan Gereja Stasi Bolu, Paroki Santa Theresia Rantepao, 15 Agustus 2015. Ungkapan ini disambut dengan tepuk tangan dan aneka luapan kegembiraan Umat Katolik yang hadir.
Betapa tidak, angka "15" sarat dengan kenangan manis dan pahitnya perjuangan Umat Katolik Stasi Bolu.
15 Agustus 1996, setelah melalui perjuangan panjang, Gereja Bolu resmi menjadi Stasi dalam Paroki Santa Theresia Rantepao, dengan pelindung Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Peresmian ini dilaksanakan di Gedung Gereja Bolu (semi permanen) yang baru selesai dibangun. Perayaan Ekaristi meriah, saat itu, dipimpin oleh P. Patrick Galla' Pr (alamarhum).
15   Kepala Keluarga (KK), tercatat sebagai jumlah Umat Stasi Bolu, tanggal 15 Agustus 1996.
15 Agustus 2015, pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga (pelindung Stasi Bolu), Bapak Uskup Agung, Keuskupan Agung Makassar, Mgr. Dr. John Liku Ada', Pr, memberkati Gedung Gereja Stasi Bolu yang permanen. Bersamaan itu pula, Bupati Toraja Utara bersama Bapak Uskup berkenan meresmikan Gedung Gereja Stasi Bolu dengan   menandatangani prasasti.
15 tahun lamanya, gedung permanen ini dibangun, terhitung dari peletakan batu pertama, tanggal 1 Januari 2000.
150 Kepala Keluarga (KK), terdata dalam Statistik terakhir yang dilaksanakan di seluruh Stasi dalam Wilayah Paroki Santa Theresia Rantepao.
15 anak, dibaptis pada. tanggal 16 Agustus 2015, hari ke-3 dalam rangkaian syukuran dan Pemberkatan Gedung Gereja Stasi Bolu.
Perayaan Syukur berlangsung selama 3 hari ('ditallung alloi')
15 tahun Umat Stasi Bolu membangun dan menyelesaikan Gedung Gereja yang permanen.
15 Agustus 2015, pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, pelindung Stasi Bolu, Gereja Stasi Bolu yang baru, diberkati.
Rangkaian Perayaan Syukur Pemberkatan Gedung Gereja; oleh Panitia Perayaan, direncanakan berlangsung selama 3 hari ('ditallung alloi') dan 'diwarnai' oleh adat budaya setempat,: 'mangrara tongkonan'.

Hari pertama: 14 Agustus 2015
Oleh umat Stasi Bolu, Gereja merupakan ‘tongkonan’ Umat beriman. Merujuk pada adat
budaya 'mangrara tongkonan',   Panitia Pemberkatan Gereja Bolu, tanggal 14 Agustus 2015,
mendirikan "bate" setinggi kurang lebih 15 meter. Mereka memaknai bate ini sebagai simbol
perkembangan Umat Stasi Bolu yang semakin baik, dalam kesatuan dengan seluruh umat Paroki Rantepao.
Sore hari, jam 17.00, diadakan Perayaan Ekaristi, pengenangan arwah (bdk. “ma'nene” atau "ma'ta'da" dalam adat budaya Toraja).
Perayaan dihadiri Umat Stasi Bolu, dipimpin oleh Vikep Toraja, P. Natanael Runtung, Pr, bersama dengan P. Barto Pararak Pr, Pastor Paroki   Sangalla'.

Hari kedua: 15 Agustus 2015
Menjelang matahari terbit (sebelum jam 07.00), tanggal 15 Agustus 2015. Acara 'massomba tedong' dilaksanakan di halaman Gereja. Ibadat massomba tedong dipimpin oleh P. Yans Paganna' Pr, Pastor Paroki Bokin.
Pada hari yang sama, sekitar pukul 09.00, seluruh umat Stasi Bolu dan umat dari Stasi lain dalam Wilayah Paroki Rantepao, telah berkumpul di sekitar Gereja. Diiringi oleh ungkapan syukur dalam Sastra Bahasa Toraja, yang dibawakan P. Yans Paganna' Pr, perayaan Pemberkatan Gereja dalam Ekaristi dimulai. Bapak Uskup, para Pastor, para Pengantar, para petugas liturgi dan misdinar, berarak dari kompleks Frateran HHK menuju Gereja. Perayaan Ekakristi dan Pemberkatan Gereja Bolu, dipimpin langsung oleh Bapak Uskup, Mgr. John Liku Ada' Pr sebagai selebran utama, didampingi oleh Vikep Toraja, P. Natanael Runtung, Pr, bersama Pastor Paroki Rantepao, P. Leo Matheus serta 8 orang Imam, sebagai konselebran. Perayaan yang sakral dan meriah, berlangsung kurang lebih 2 jam.
Usai perayaan Ekaristi dan Pemberkatan Gereja, diadakan acara ramah tamah di halaman gereja. Acara itu diisi dengan 'perarakan lettoan', sambutan-sambutan, penandatanganan prasasti oleh Bapak Uskup dan Bupati Toraja Utara. Selanjutnya Panitia Perayaan melaksanakan pembagian daging menurut adat budaya ('ma'lalan ada') dilanjutkan dengan makan siang bersama dan ditutup dengan lelang lettoan.

Hari ketiga: 16 Agustus 2015
Menutup rangkaian 3 hari kegiatan syukuran, hari Minggu 16 Agustus 2015, seluruh Umat Stasi Bolu kembali berkumpul di Gereja. Perayaan Ekaristi pada Hari Raya Santa Maria Diangkat ke Surga ini, dirangkaikan dengan Perayaan Syukur Panen dan dipimpin oleh Pastor Paroki. Dalam Ekaristi Syukur ini, dilaksanakan juga Pembaptisan 15 anak.
Usai Perayaan Ekaristi Syukur, Panitia Pemberkatan Gereja dan Pengurus Stasi Bolu, menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua yang telah mengambil bagian dalam seluruh kegiatan syukur. Acara kegembiraan umat, dilanjutkan di halaman Gereja.


Stasi Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga- Bolu: dulu, sekarang dan selanjutnya
Tahun ‘70-an, Keluarga Ne' Paniki, Kel. Ne' Ringan dan Kel. Ne' Lobo', serta beberapa orang lain tercatat sebagai orang Katolik di Bolu. Setiap hari Minggu mereka berusaha ke Rantepao, yang berjarak kira-kira 3 km, untuk mengikuti Perayaan Ekaristi.
Tahun 1977, Bapak S. L. Tonapa dengan Bapak Nico Malisan, berupaya untuk mengusulkan mendirikan Cabang Kebaktian di Bolu. Usulan tidak dikabulkan oleh Pastor Paroki Rantepao dengan alasan jarak Bolu-Rantepao dekat.
Tahun 1981-1986 Paroki merestui untuk menjadikan   Bolu sebagai satu Rukun (Rukun Timur) dalam Paroki Santa Theresia Rantepao. Mereka berinisatif mendirikan bangunan darurat,
berukuran 5x7 meter, terbuat dari bambu dan beratapkan daun nipa di atas tanah milik Ne' Paniki (almarhum). Dalam bangunan darurat ini mereka kerap beribadat bersama pada hari Minggu, jika tidak ke Rantepao. Rukun ini dibina dan didampingi oleh Bapak Sampe Lino, Bapak Yohanis Mulang (almarhum) dan Bapak Daniel Pata'dungan sebagai pemimpin doa.
Pada bulan Februari 1994, pertemuan umat yang dipimpin oleh Bapak Michael Tonapa,
bersama Bapak Daniel Pata'dungan. Matius Parongko' dan Matius Sannang memutuskan untuk membangun Balai Pertemuan yang kemudian menjadi Gedung Gereja.
Bulan September 1994, P. Elisius Tanan Pr, Pastor Paroki saat itu, memberi ijin untuk mendirikan Gereja di Bolu, sebagai Stasi.
Pada Bulan Oktober 1994,  Fr. Zakharias K. HHK, pimpinan Tarekat HHK di Bolu memberi ijin untuk mendirikan Gereja dalam lokasi mereka. Ijin  dari Pimpinan Tarekat HHK, Fr. Bernardus Raba' HHK, secara resmi baru    diterima pada Desember 1994. Setelah ada ijin, Umat Stasi Bolu merencanakan Pembangunan Gedung Gereja semi permanen. Pembangunan diawali dengan doa yang dipimpin oleh Katekis Anton Bara' (alm.) bersama Katekis G. Mangopang (alm.), tanggal 5 September 1995 dan rampung pada tahun 1996.
Tanggal 15 Agustus 1996, P. Patrick Galla' Pr (almarhum), merayakan Ekaristi pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, di Gereja baru (semi permanen).   Pada saat itu, Stasi Bolu mengambil nama pelindung: Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Di bawah bimbingan dan binaan Frater HHK Bolu, Umat Stasi Bolu yang saat itu berjumlah 15 KK, mulai berkembang baik.
Situasi Stasi Bolu amat dipengaruhi oleh kondisi Bolu sebagai pasar yang 'dibanjiri' oleh para pendatang baru. Umat Katolik mulai bertambah dan gedung gereja yang ada tidak mampu lagi menampung umat yang beribadat. Pengurus Stasi kembali menggerakkan umat untuk merencanakan Pembangunan Gedung Gereja yang lebih besar dan permanen. Mereka segera membentuk Panitia Pembanguna Gereja.
Ketua Pembangunan: Drs. Antonius Randanan
Sekretaris: Michael Tonapa
Bendahara: Silvana Bato' Arung
Anggota: Semua Keluarga Katolik Stasi Bolu
Tanggal 1 Januari 2000, dilaksanakan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Gereja Stasi Santa Perwan Maria Diangkat ke Surga - Bolu, dipimpin oleh Fr. Zakharias Koban, HHK (almarhum). Dalam proses pembangunan umat dan pembangunan gedung gereja ini, banyak tantangan dan kendala yang dialami. Namun tantangan itu mampu diiewati. Setelah 15 tahun, Gedung Gereja yang baru, besar dan permanen selesai. Doa dan perlindungan Bunda Maria tetap meneguhkan mereka. Tanggal 15 Agustus 2015, Umat Stasi Bolu bersama Gedung Gereja mereka diberkati. Menurut Statistik terakhir, Jumlah umat saat ini. 150 KK.

Gereja Stasi Bolu sesudah tanggal 15 Agustus 2015
Stasi Bolu dipengaruhi oleh dinamika kehidupan dan situasi Pasar Bolu. Bolu yang dulunya merupakan persawahan yang luas, kini menjadi permukiman yang padat. Sawah telah hampir hilang diganti oleh bangunan (rumah tinggal, toko, kios dll). Bolu dihuni oleh orang-orang yang datang dari mana-mana, baik yang berasal dari luar Toraja (para pedagang dan pengusaha), maupun dari segala penjuru dalam wilayah Tana Toraja. Tidak sedikit dari pendatang baru itu beragama Katolik. Ada yang menetap, tetapi banyak pula yang hanya 'mampir' beberapa lama. Kenyataan ini menjadi situasi khas bagi Stasi Bolu dalam pola penanganan pastoralnya. Situasi itu sekaligus menjadi peluang dan tantangan yang memerlukan perhatian ke depan.

Peluang: Jumlah umat akan semakin banyak, seiring bertambahnya pendatang baru di Bolu, yang beragama Katolik. Di samping itu, sebagai Pasar, Bolu menjadi arah perluasan kota Rantepao. Bersamaan itu pula, pengembangan Umat Stasi Bolu, menggembirakan dengan hadirnya Tarekat HHK yang amat terlibat dalam kehidupan menggereja.
Tantangan: Pola Pelayanan Pastoral dan pembinaan umat yang terkumpul dari mana-mana dan sibuk dengan usaha berdagang sepanjang minggu, tidaklah mudah. Umat Katolik yang hanya 'sementara' (mampir) di Bolu dan kebanyakan tidak terdaftar, meski ikut beribadat pada hari Minggu, menjadi kendala tersendiri.
Harapan: Kenyataan Umat Bolu yang semakin berkembang dan kehadiran Frater Hamba-Hamba Kristus di Bolu, memungkinkan Stasi Bolu dipersiapkan menjadi Paroki tersendiri. Inilah harapan dan doa Umat Stasi Bolu. Semoga dengan perantaraan, doa dan lindungan Santa Perawan Maria, harapan ini direstui oleh Allah dan suatu saat menjadi kenyataan. Amin. *** 

Tidak ada komentar: