Kamis, 10 September 2015

SYUKUR 25 TAHUN IMAMAT: TIADA TERANG LAIN SELAIN KRISTUS

Para yubilaris bersama uskup dan para pastor sesudah misa syukur 3 Juli 2015 di Gereja Paroki Makale

Tiada terang lain selain Kristus” merupakan penggalan reffren dari sebuah nyanyian yang diaransir oleh seorang pemuda ahli musik asal Yogya dan dipersembahkan secara khusus untuk memaknai perayaan ulang tahun imamat yang ke-25 bagi kelima imam projo Keuskupan Agung Semarang dan keempat imam projo Keuskupan Agung Makassar tahun 2015. Teks lengkap nyanyian tersebut berbunyi:

1. Karna belas kasih-Mu, Tuhan memandang kami, untuk berkarya di kebun anggur-Mu. Meski rapuh dan lemah, Engkau memilih kami, untuk menjadi alat-Mu yang setia. Reff.
2. Karna kasih sayang-Mu, Tuhan menangkap kami, untuk bekerja dalam satu hati. Meski serba terbatas, Engkau memakai kami, menghadirkan misteri-Mu yang agung. Reff.
3. Karna kemurahan-Mu, Engkau mengutus kami untuk mencinta yang Engkau kasihi. Dalam suka dan duka, Engkau kami andalkan, untuk wartakan sukacita Injil. Reff.

Reffren:
Dengan Tubuh dan Darah-Mu, Kausatukan kami, Kaukuatkan kami Tuhan,
Kauutus bersaksi: Tiada terang lain selain Kristus. Tiada terang lain selain Kristus.  

Nyanyian ini membingkai sekaligus menggarisbawahi “mutiara iman” yang terkandung dalam perjalanan hidup imamat selama rentang waktu 25 tahun bagi kami bersembilan. Mengingat makna rohaninya yang kaya dan dalam, nyanyian ini menjadi “nyanyian pujian” (sesudah nyanyian komuni) dalam beberapa kesempatan perayaan Ekaristi, termasuk Misa Kudus pembukaan tahun kuliah FTW Yogya tahun ajaran 2015-2016.
  
Mengapa bersembilan?
Semua dimulai ketika kami berjumpa, berkenalan dan belajar bersama-sama sebagai mahasiswa baru tingkat I di Institut Filsafat dan Teologi (IFT), Kentungan, Yogyakarta pada bulan Agustus 1983. Kami total berjumlah 70 orang saat duduk di tingkat I IFT. Ketika memasuki tingkat II (1984-1985), teman seangkatan kami di IFT berkurang menjadi 60 orang, karena ternyata ada beberapa teman mengundurkan diri. Pada waktu tingkat II itu, tepatnya tanggal 1 November 1984, kami menghadiri dan menyaksikan perayaan Ekaristi Inaugurasi IFT menjadi FTW atau Fakultas Teologi Wedabhakti, yaitu sebuah fakultas kepausan yang diakui langsung oleh Tahta Suci dan berhak untuk memberikan gelar-gelar akademik teologi gerejawi, yakni Bakaloreat Teologi, Lisensiat Teologi, dan Doktor Teologi.
Di tingkat III (1985-1986), jumlah mahasiswa angkatan kami tinggal 55 orang. Lalu pergilah kami pada tahun ajaran 1986-1987 ke tempat Tahun Orientasi Pastoral. Umumnya kami menjalani tahun orientasi pastoral di Paroki, dan hanya beberapa saja yang di kategorial seperti Seminari Menengah. Memasuki tingkat IV (1987-1988), setelah satu tahun TOP itu, kami berjumpa lagi seangkatan mahasiswa teologi. Waktu itu kami berjumlah total 52 orang. Ada sekian mahasiswa yang mundur, tetapi juga ada sekian mahasiswa, khususnya dari teman-teman Jesuit yang bergabung, sehingga di tingkat V (1988-1989) kami berjumlah 58 orang. Selesai Ujian Bakaloreat dan S1, kami mengikuti acara wisuda sarjana di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Lalu ketika memasuki tingkat VI (1989-1990), yakni tingkat terakhir, kami dibagi dalam dua kelas: satu kelas besar (32 orang) untuk studi program imamat, dan satu kelas kecil untuk jurusan studi lisensiat (5 orang). Di tingkat VI pula kami menjalani Ujian Ad Audiendas, yang seolah menjadi syarat terakhir sebelum diperkenankan maju ke tahbisan diakonat. Ketika di tingkat VI pula, kami ikut ramai-ramai berbondong-bondong ke lapangan Adisucipto, Yogyakarta untuk mengikuti Misa Kudus bersama Paus Yohanes Paulus II yang dari tanggal 9 hingga 13 Oktober 1989 mengadakan kunjungan pastoral di tanah air tercinta, Indonesia.
Dari sejarah kami sebagai calon imam projo untuk KAMS dan KAS, tentu kami mempunyai dinamika sendiri-sendiri. Hanya saja, kami bersembilan ini disatukan dalam banyak peristiwa penting: bersama-sama menerima pelantikan sebagai Lektor dan Akolit pada tanggal 24 Januari 1989, dan menerima pentahbisan Diakon pada tanggal 24 Januari 1990, di tempat yang sama yaitu Kapel Seminari Tinggi St. Paulus, Kentungan, Yogyakarta, dari Bapa Uskup Agung Semarang, Mgr. Julius Darmaatmadja SJ.
Angkatan Rm Frans, Rm Felix, Rm Johni, dan Rm Valens berjumlah 12 orang saat masih di tahun matrikulasi. Lalu 12 Frater ini memasuki tahun pertama di Seminari Tinggi Anging Mammiri, Yogyakarta. Dengan dinamika yang seluruhnya diketahui Tuhan sendiri, akhirnya yang ditahbiskan imam untuk Keuskupan Agung Makassar pada tanggal 3 Juli 1990 berjumlah tujuh orang. Tahbisan imam tersebut dilangsungkan di Gereja St. Yoseph Pekerja, Gotong-Gotong, Makassar. Hingga tahun imamat yang kedua puluh lima ini, ada satu teman imam yang telah mendahului berpulang kepada Allah Bapa di surga, yaitu Rm Stanislaus Salama Pr, dan dua teman lain mengundurkan diri. Semoga Rm Stanis berpesta perak di surga dan mendoakan kami dan kita semua! Amin.
Ada pun angkatan Rm Atas, Rm Giyono, Rm Marta, Rm Saryanto dan Rm Subagio berjumlah 17 orang saat memasuki Tahun Orientasi Rohani di Jangli, Semarang (1982-1983). Kemudian ada 12 Frater yang memasuki Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan. Dinamika perjalanan panggilan angkatan ini membawa buah akhir pentahbisan enam orang menjadi imam Keuskupan Agung Semarang pada tanggal 15 Agustus 1990 di Kapel St. Paulus, Seminari Tinggi, Kentungan, Yogyakarta. Dalam perjalanan imamat selama dua puluh lima tahun ini, ada satu teman imam yang mundur, dan kami berlima melanjutkan perutusan kami di kebun anggur Tuhan. Dengan teman-teman yang mundur dari imamat itu, kami tetap bersahabat dan berkomunikasi dengan baik, sebab Tuhan yang memanggil kami mengasihi kami satu per satu sesuai dengan tempat dan tugas kami masing-masing.
Jadi kesimpulannya, rahasia kebersamaan kami bersembilan ini barangkali terletak pada doa kami, para imam seangkatan, yang sejak imam baru, kami mempunyai kebiasaan untuk saling mendoakan satu sama lain, agar Tuhan melindungi imamat kami dan membuat imamat kami berbuah bagi Gereja dan sesama.

Misa Konselebrasi dengan para romo di Seminari Anging Mammiri


Safari Kegiatan
Kamis, 2 Juli 2015:  Kelima imam KAS tiba di Makassar, malam dengan bus menuju Toraja
Jumat, 3 Juli:  Misa Syukur Perak Imamat di Gereja Paroki Makale, dipimpin Mgr. John Liku-Ada’
Senin, 6 Juli:  Misa Kudus di rumah keluarga P. Valens
Rabu, 8 Juli:  Misa Kudus di rumah keluarga P. Frans
Jumat, 10 Juli: Kembali ke Makassar
Keterangan: Acara di Toraja juga ditandai     dengan wisata “Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’“

Sabtu, 11 Juli: Rekreasi ke Pulau Samalona, Makassar
Senin, 13 Juli: Menuju Manado, RETRET dan REFLEKSI IMAMAT di bawah panduan buku Paus Benediktus XVI “The Apostles”
Sabtu, 18 Juli: Kembali ke Makassar
Keterangan: selama di Manado juga sempat berkunjung ke beberapa destinasi wisata, a.l. Bunaken, Bukit Kasih, Tondano dan Danau Linow.

Senin, 20 Juli :
Sore: Misa Syukur Pesta Perak Imamat di Gereja Katedral Makassar, dipimpin Mgr. John Liku-Ada’
Selasa, 21 Juli: Ke-5 imam KAS balik ke Yogya
Rabu, 12 Agustus: Imam KAMS menuju Yogya, Makan malam di Jejamuran
Kamis, 13 Agustus 2015
Pagi: Berangkat ke Jumapolo.
Sore: Misa Pesta Perak – Rm Giyono di Gua Maria Bunda Pemersatu, Tengklik, didahului rosario
Jumat, 14 Agustus
Pagi: Sarapan di Morolejar (pak Wageyono – teman angkatan tk I FTW). Selanjutnya Lavatour dipimpin Pak Kamto (angkatan tk I FTW).
Sore : Berkunjung ke Melcosh CafĂ© di Pakem – milik Keuskupan cq. Yayasan Sanjaya.
Sabtu, 15 Agustus
Sore: Berangkat dari AM ke rumah keluarga Rm. Marta di Bantul Timur. Sesudah Misa Kudus yang dipimpin Mgr. Ign. Suharyo dilanjutkan ramah tamah dan sesudahnya wayang wahyu.
Minggu, 16 Agustus
Pagi: Misa Pesta Perak ke-4 Yubilaris KAMS bersama para Romo dan Frater Seminari Anging Mammiri
Sore: Misa Pesta Perak bersama keluarga Kodyat dan didukung eks Seminari dan eks teman FTW.
Senin, 17 Agustus
Pagi: Berangkat ke Sendang Sono
Sore: Misa Pesta Perak di rumah keluarga Rm. Saryanto
Selasa, 18 Agustus
Pagi : Misa Pembukaan Tahun Akademik dipimpin Ketua FTW didampingi para Rama jubilaris – pesta perak. Homili oleh Rm Saryanto. Dilanjutkan Lectio Brevis, Masukan Alumni dari Rm Felix dan Rm. Atas; dan Studium Generale dengan tema “Teologi dalam tantangan keanekaragaman budaya” oleh Rm. Raymundus Sudhiarsa SVD.
Rabu, 19 Agustus
Siang: Makan siang di Pastoran Kidul Loji – Kevikepan DIY
Sore  : Misa di kapel Adorasi Ekaristi Abadi di Jatiningsih (Gua Maria), Klepu, perarakan Sakramen Mahakudus dari kapel ke lingkungan.
Kamis, 20 Agustus
Sore: Berangkat ke Ngembesan, Misa Pesta Perak – di Rumah keluarga Rm. Giyono.
Jumat, 21 Agustus
Sore: Misa Pesta Perak di Konvik Seminari Tinggi St. Paulus, Kentungan. Misa dipimpin Mgr. Hadisumarta O’Carm. Rm. Marta homili. Sambutan-sambutan: Rm. Rektor Seminari Tinggi, Rm. Frans Nipa mewakili para Rama jubilaris dan ungkapan hati dari Bp. Kardinal Julius Darmaatmatja, SJ.
Sabtu, 22 Agustus
Pagi : Berangkat ke Gua Maria Kerep, Ambarawa. Makan siang di Ambarawa, langsung ke Weleri.
Sore: Misa di Gua Maria Besokor, Weleri – bersama Rm Atas Wahyudi. Malam langsung pulang ke Yogya.
Minggu, 23 Agustus
Pagi: Para Romo KAMS kembali ke Makassar.
Jumat, 28 Agustus:  
Pagi: Misa dengan Uskup KAS dan UNIO di Paroki Administratif Pringgolayan. 
 
Yubilaris Rm. Marta memotong tumpeng untuk diserahkan kepada Mgr. Ign. Suharyo yang menjadi Selebran Utama di rumah Keluarga Rm. Marta di Bantul

  Rangkaian safari pesta perak imamat tersebut sama sekali bukanlah perayaan atas apa yang telah kami buat selama 25 tahun ini, sama sekali pula bukan parade kesetiaan dan kesanggupan kami bertahan dalam imamat selama 25 tahun ini, sebab siapakah kami sehingga berani membanggakan apa yang sejatinya hanya kami terima dari Allah saja? Tetapi yang benar ialah, bahwa rangkaian pesta perak imamat ini adalah perayaan atas kasih, kemurahan dan belaskasih Allah yang berkenan memandang kami bersembilan ini, para hamba-Nya yang rapuh dan lemah. Benarlah kata-kata Paus Benediktus XVI pada sambutan pertamanya ketika terpilih sebagai Paus, bahwa Allah sering menggunakan sarana yang terbatas bagi karya-Nya. Kami ini hanyalah sarana Tuhan yang terbatas. Maka, kami hanya ingin bergabung pada perkataan Santo Paulus: “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan” (2 Kor 1:3). Satu-satunya kebanggaan yang kami boleh bermegah hanyalah dalam kelemahan, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa Kristus menjadi sempurna (bdk. 2 Kor 12:9). Kami sendiri tidak pernah tahu, sampai kapan kami boleh melayani Tuhan dan Gereja, tetapi yang kami tahu dengan pasti ialah bahwa Allah yang memanggil kami adalah setia, Ia juga akan menyelesaikannya (bdk. 1 Tes 5:24). 
Dan menarik juga untuk kami renungkan kenyataan bahwa sementara “Safari Pesta Perak Imamat” berjalan, dua orang sesama imam meninggal dunia. Di Makassar kami bersembilan menghadiri Misa Requiem P. Gilbert Keirsbilck, CICM di Gereja Katedral tanggal 20 Juli 2015 (pagi). Dan di pulau Jawa kakak kandung dari Rm. Marto sendiri yakni Rm. Djita, SJ meninggal dunia tanggal 25 Agustus 2015. Pastor, guru dan saudara kami, selamat jalan kembali ke rumah Bapa di surga, terima kasih atas “wasiat” yang ditinggalkan bagaimana menjadi imam yang sejati hingga akhir hayat dikandung badan.

Penutup
Pada bagian penutup ini kami bersembilan ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada para Bapa Uskup, pimpinan kami, yang dengan penuh kebapaan dan kasih sayang menerima, mendampingi dan melindungi kami. Kepada para Rama UNIO KAMS dan KAS, kami juga berhutang terimakasih tak terhingga atas persaudaraan yang boleh kami alami sebagai keluarga sendiri. Terimakasih juga untuk semua saudara-saudari yang kami hormati dan kasihi, yaitu mereka yang terlibat dan hadir dalam pelayanan kami selama dua puluh lima tahun ini. Dan terutama untuk kasih, perhatian dan doa yang boleh kami alami dari Anda semua dalam perjalanan hidup kami selama ini, sekaligus khususnya pada perayaan pesta perak imamat kami ini.
Perkenankanlah pula kami memohon maaf dan pengampunan kepada Anda semua, siapapun saja, untuk semua kesalahan, kekurangan dan kerapuhan kami selama ini.
Semoga pada akhirnya kita semua bersama boleh menyampaikan puji, hormat dan kemuliaan untuk selama-lamanya bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus, dalam Roh Kudus (bdk. Rm 16:27).***

        Catatan: Disalin dan diedit oleh Pastor Frans Nipa dari Buku Kenangan “Tuhan Berkenan Memandang Kami”, Kanisius 2015.

Tidak ada komentar: